Setelah memberi ukiran indah di perut Mikasa. Levi langsung mengobati luka gadis itu. Dan sampai saat ini Mikasa masih tak membuka suara, tetap bungkam dengan wajah yang berpaling--seolah enggan untuk menatap Levi.
Jadi, pelayanan khusus yang Levi maksud adalah ini ? lelaki itu tidak akan membunuhnya langsung, tetapi akan menyiksa nya lebih lama. Kenapa ? Apa salah Mikasa ?
Malam terlelap bersama sunyi. Semilir angin dingin dari celah jendela kamar yang terbuka memicu ujung jemari Mikasa untuk membeku, kian mendukung suasana tidak mengenakan yang terasa begitu mengganggu. Meski sukar diakui, Mikasa sadar bila tubuhnya merasa tegang berpeluk debar.
"Inilah alasan mengapa untuk tidak memancing emosiku Mikasa"
Levi tersenyum, mengelus perut sang gadis setelah selesai mengobati luka Mikasa. Tangan Mikasa menggenggam erat gaun tidur tipis yang meliliti tubuhnya. Ruangan itu terasa begitu mencekam berteman nuansa kecokelatan temaram mengelilingi seluruh ruangan. Ini adalah kamar Levi, Mikasa tidak tahu mengapa lelaki itu membawanya ke sini setelah menyiksanya.
Lelaki berparas tampan itu tiba-tiba ikut merangkak naik ke atas ranjang, mengukung Mikasa di bawah kuasanya dan menyentuh dagu sang gadis memaksa agar melihatnya. Debaran di dada nyaris meninggalkan tempat tatkala manik selayak kristal mengkilau Mikasa bertemu tatap dengan manik mata kelam milik Levi.
"Kau milikku, aku yang memegang kendali atas dirimu. Jangan pernah melukai dirimu sendiri, jangan pernah memancing emosiku dan jangan pernah mencoba kabur"
Levi mengecup rahang Mikasa, membuat sang gadis menahan nafas dengan tubuh yang meremang. Sentuhan Levi begitu intens dan membuat sesuatu dalam diri Mikasa berdesir hebat.
"Atau kejadian tadi akan terulang, atau mungkin akan lebih buruk" Bisiknya yang membuat Mikasa memejamkan mata dengan tubuh yang gemetar dan mengeluarkan keringat dingin.
"Mengapa kau tidak langsung membunuhku ? Mengapa kau masih menyiksaku ? Apa salahku"
Mikasa menatap Levi yang berada begitu dekat dengannya, Mikasa bahkan dapat merasakan hembusan nafas lelaki itu. Debaran jantung Mikasa kian bergemuruh, dia juga dapat merasakan aura dominant dan intens dari Levi, membuat Mikasa merasa seolah tak bisa berkutik.
"Salahmu ? Kau menarik perhatianku, membuatku merasa memiliki keinginan yang besar untuk memilikimu seorang. Menjadikanmu milikku, membuatmu berada di bawah kendaliku."
Jari-jemari Levi menyusuri wajah Mikasa, semakin membuat tubuh gadis itu meremang. Mikasa merasa panas, panas yang membuatnya seakan menginginkan lebih sentuhan Levi.
"Kau gila" Ucap Mikasa bergetar dengan air mata yang mengalir melalui ujung matanya, perasaannya campur aduk dan semuanya semakin kacau kala melihat senyum keji Levi.
"Ya, aku gila dan itu karena mu"
Levi tidak pernah se-tertarik ini pada wanita. Dalam hitungan hari dan Mikasa sudah membuat sesuatu dalam diri Levi menguap naik menginginkan untuk menjadikan Mikasa sebagai miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Blood ✔
Romance[M] Mikasa mendapati dirinya terikat di atas kursi kayu dengan sebuah kain yang menutup matanya. Tak ada satu pun di antara tangan dan kakinya yang bisa digerakkan, semua tubuhnya seperti mati rasa. Dimana Mikasa ? Mengapa dia diculik ? Mikasa inga...