03. If

84 26 2
                                    

❝Aku seperti orang bodoh
Tak mampu mengucapkan kata cinta
Dan mungkin takut pada rasa sedih dan pedih
Yang akan muncul atas pertemuan kita❞
Taeyeon — If

❝Aku seperti orang bodohTak mampu mengucapkan kata cintaDan mungkin takut pada rasa sedih dan pedihYang akan muncul atas pertemuan kita❞Taeyeon — If

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sun with (out) Moon | If

☀️ & 🌙

Haekal Dewangkara, lelaki itu merintih, untuk yang ke sekian kalinya. Tubuhnya bergetar, matanya memejam. Dadanya sesak. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Tak terkecuali dengan jari-jemarinya.

"Cih, segitu doang tenaga lo? Payah! Nggak guna jadi orang!"

Sosok itu mengatainya. Dewa, sebut saja panggilan Haekal, dia tersenyum getir dalam kesusahannya. Hanya hal itu yang bisa ia lakukan. Tenaga untuk melawan, memang tidak ada. Payah, memang benar.

"Gimana jadinya kalau Giselle, cewek yang lo ceritain berkali-kali bahkan dalam sehari itu tahu kalau Haekal yang dia kenal kaya gini? Cowok sok humoris ini nyatanya nggak jauh beda kaya anak TK. Lemah, cengeng!"

Seketika, tubuh Dewa menegang ketika mendengar nama Giselle. Wajahnya terlihat sangat panik, bukan karena takut jika Giselle mengetahui dirinya yang seperti ini, namun ia takut jika sosok itu bertemu dengan Giselle. "Jangan sekali-kali lo nyoba ketemu, Giselle! Lo nggak pantas, Anggara!"

Anggara, cowok itu menyeringai. "Oh, ya? Gue tampan, gue bisa bela diri, gue bisa segala hal. Nggak ada yang nggak bisa gue lakuin, sekalipun itu ketemu sama Giselle. Cuma hal kecil, Dewa."

"Jangan!"

"Khawatir banget, ya?"

Anggara mendekati Dewa, mencambukkan sabuk celana itu di lengan Dewa, bahkan punggung, meninggalkan bekas merah dan berdarah di beberapa bagian. Dewa membiarkannya, membiarkan Anggara terus melukai dirinya.

"Dengan begini, lo nggak akan bisa nyebut Giselle lagi, Dewa!"

Anggara melempar sabuk celana ke sembarang arah, ia masih mengingat kejadian saat dirinya bertemu Giselle. Mata gadis itu, kenapa ia menyukainya? 

Dewa merasakan tubuhnya seolah hancur, antara sakit, perih, juga panas bercampur menjadi satu. Bahkan, Dewa tak bisa merasakan lengannya, padahal di situlah yang membuatnya kesakitan. Ia menatap Anggara, membiarkan sosok itu melakukan segala hal yang dimau padanya.

Namun perlahan-lahan, seluruh pandangannya menjadi gelap, hitam, tidak ada siapapun. Haekal Dewangkara tak bisa mendengar apapun. Tubuhnya terasa ringan. Sesungguhnya, ia pasrah jika hari ini adalah akhir hayatnya.

Sun with (out) Moon | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang