Chapter 3

2K 111 11
                                    

Entah kenapa aku kurang semangat pagi ini. Malas pergi kesekolah.

Aku duduk ditaman belakang, menikmati hembusan angin dan matahari pagi.

"Lo jahat Keylo!" Suara menggelegar itu.

Tidak salah lagi Devira?

Aku menoleh kearah suara. Disana sudah ada Keylo dan Devira.

Aku menguping pembicaraan mereka.

"Sorry, tapi kita sampe sini aja." Ucap Keylo tenang, setenang air tidak ada wajah wajah bersalah.

"Gue gamau Keyl! Gue sayang sama lo!" Tolak Devira tidak ingin mengakhiri hubungan dengan Keylo.

"Dev- "

Tiba tiba cewe itu berlutut depan Keylo. Aku kaget begitu juga Keylo.

"Please Keyl, gue masih sayang banget sama lo. Tolong jangan tinggalin gue." Ucap gadis itu sambil menangis.

"Devira. Kita gak bisa lanjutin hubungan ini lagi. Maaf." Ucap Keylo pelan dan berlalu pergi.

"Gak ada keyl. Gak ada yang boleh milikin lo selain gue! Lo denger itu?! GAK ADA!!" Teriak Devira diakhir kalimat namun Keylo hanya mengabaikannya dan terus berjalan.

"Ehem." Suara seseorang menghetikan aksi mengupingku. "Kayanya lo terlalu banyak tau deh, gue bisa punya saingan nih."

Aku menoleh sesaat.

"Excel?"

Yang benar saja? Excel Fernard Timothy, penguntit canggih.

"Kenapa? Kok kaget?" Tanya dia dengan alis bertaut.

"Umm, itu apa maksudmu?" Tanyaku pelan.

Dia mengambil nafas dan membuangnya. "Iya, gue berasa punya saingan. Karna lo udah denger berita putusnya Keylo dan Devira. Bahkan sebelum gue."

Aku semakin tidak mengerti maksudnya.

"Aku kurang paham." gumamku tapi dia bisa mendengar.

"Gue biasa dateng kesekolah pagi pagi. Kerjaan gue yaa mencari sesuatu. Misalnya hari ini gue keduluan lo, karna lo udah denger duluan berita gempar putusnya hubungan Keylo dan Devira sebelum gue. Asal lo tau gue gapernah punya saingan." Jelas dia. Pada akhir kalimat terdengar nada mengancam.

Aku menelan ludahku.

"Aku- aku tidak akan bilang ke siapa pun soal putusnya mereka berdua. Kau boleh mengambil beritanya duluan." Ucapku terbata.

'Hahhhh ... sudahlah, berita itu biar aja jadi milik lo. Gue punya berita lebih menggemparkan dari mereka berdua." Ucap dia sambil menaik turunkan alisnya.

"Oh, hmm yasudah. Aku pergi dulu." Ucapku dan segera berdiri dari dudukku.

Namun tangan Excel menahan tanganku.

"Duduk aja dulu."

Aku menuruti permintaannya.

"Lo gamau tau berita itu?" Tanya dia tetap memegang tanganku.

seperti bergandengan.

"Hmm, tidak. Sepertinya itu privasi." Jawab aku menolak.

"Bukan, ini bukan privasi." Ucap dia sambil menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, apa?" Tanyaku mulai penasaran.

"Ini tentang temen gue, Davian Dava Reynad. Putra kedua dari keluarga Reynad. Dia mewarisi setengah kekayaan Ayahnya dan Kakek dari Ibunya. Dia bisa mulai menikmati warisannya itu kalau dia sudah tunangan dengan seorang gadis."

Promise Me, You Won't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang