Chapter 34

934 60 6
                                    

Nadine POV.

"Diluar masih ujan, itu apaan ditangan lo?" Tanya Darian saat aku lewatinya.

Aku menyembunyikan passportku dibelakang tubuhku dan tersenyum lembut kearahnya.

"Kau tau dimana Davian tinggal sekarang? Ada hal penting yang ingin kubicarakan."

"Kemaren Keylo BBM gue kalo Davian tinggal disana."

"Makasih." Aku tersenyum manis kearahnya dan meninggalkan rumah besar itu.

"Lo mau ketemu dia? Mau gue anterin? Diluar masih ujan." tawar Darian lagi.

Aku membalikan badan dan memberi senyum untuknya. "Terkadang, cinta butuh pengorbanan kan?"

Setelah berkata itu, Darian hanya diam tidak mengerti.

---

Deras air hujan menghantam tubuhku.

Serasa semua tubuhku mati rasa karna dinginnya air hujan, ditambah terpaan angin malam.

"Permisi .."

Tidak ada jawaban.

"Permisi.. "

Masih hening.

"Permisi.. "

"Ya, siapa? Ada perlu apa?" tanya pak satpam setelah keluar dari posnya.

"Saya ingin bertemu Davian, cowok yang sedang menginap disini akhir akhir ini." Jawab gue.

Pak satpam memandangku dengan pandangan tidak percaya.

Karna sekarang aku acak acakan, pucat dan sebagainya.

"Tidak bisa, ini juga sudah malam. Sana pulang." Usirnya padaku dan menutup lagi pintu gerbang.

Aku mengulang perkataan yang ku katakan pada Darian "Terkadang cinta butuh pengorbanan!"

Aku menyemangati diriku sendiri.

"DAVIAN!" teriakku depan rumah Keylo.

"DAVIAN! INI AKU NADINE." suaraku serak dan kecil tidak bisa mengalahkan derasnya hujan dan bunyi petir yang memekakan telinga.

"DAVIAAAAANN!!" teriakku sekuat tenaga.

Pak satpam keluar dan menatapku tajam.

"Sana hush hush dasar orang gila teriak teriak depan rumah orang."

"DAVIAAAAAN! KELUARLAH."

"Hei, kau menganggu orang tidur tau?!"

Davian, ku mohon dengarlah panggilanku. Batinku menatap lantai dua rumah keylo yang lampu kamarnya sudah mati.

"Davian.. " Aku kehabisan suara, kehabisan tenaga.

Aku berdiri kaku didepan rumah Keylo.

"Sana pulang, dasar mengganggu." Ucap pak satpam dan menutup kembali gerbangnya.

Bibir pucatku dan tubuhku bergetar, kaki ku kram dan kaku.

"Davian.. " gumamku pelan.

Dengarlah panggilanku, aku ingin menemuimu malam ini saja ku mohon. Batinku lagi bersuara.

Hujan tidak berhenti sampai jam2 pagi.

Davian juga tidak keluar dari rumah Keylo.

Aku menggerakan paksa kaki ku pergi dari sana.

Sepertinya sudah saatnya meninggalkan semua kenangan berharga ini.

"Selamat tinggal Davian.. " gumamku pelan menaruh kedua tangan yang sudah pucat dan mengkerut kedadaku.

Promise Me, You Won't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang