EP. 01 : Kekhawatiran

128 35 0
                                    

Di suatu malam dengan diiringi dengan hujan, sang pengemudi bus ingin ingin pulang dari lelahnya mengantar para pelajar seharian, sang supir harus mengantar beberapa murid terakhir untuk pulang ke rumah mereka, sebelum itu, ia singgah terlebih dahulu sebentar di kedai kopi setempat untuk beristirahat sejenak.

Waktu telah berlalu hingga larut malam, setelah minum secangkir kopi, ia kembali mengantar pulang beberapa pelajar terakhir beserta satu dosen mereka yang ingin pulang bersama para murid.

Mereka semua menempuh jalan pulang dengan masuk ke tengah hutan, karena jalan di perkotaan yang mereka biasa lewati itu akan memakan waktu yang sangat lama sekali. Dan akhirnya sang supir memilih jalan pintas melalui hutan.

Namun, saat mereka ditengah-tengah jalur didalam hutan itu, mereka berhenti karena jalur mereka di blokade oleh seorang sherif.

"Malam pak, ingin pergi kemana ya?". Tanya Sherif.

"Hanya ingin mengantar beberapa penumpang ini pulang kerumahnya, mengapa jalan nya diblokade?". Tanya balik sang supir.

"Di depan sedang terjadi longsor yang sangat amat parah, bisa-bisa tergelincir jika dilalui bus sebesar ini". Jawab Sherif.

"Silahkan lewat jalan sebelah ini pak, hanya memakan beberapa saat saja untuk keluar menempuh jalur yang sama seperti jalur yang di blokade, jalur itu melewati kota Salem". Sherif mengarahkan sang supir untuk mengambil jalan alternatif dengan melalui kota Salem.

"Baik, pak terimkasih". Ucap sang supir.

Sang supir menempuh jalur itu dengan perasaan yang tidak enak, karena banyak rumor yang mengerikan di tempat itu.

"Apakah kita tersesat?". Tanya seorang murid.

"Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja". Dosen mencoba menenangkan para murid yang sedang kebingungan.

Para murid saling menanyakan hal yang sama berulang kali hingga membuat sang supir muak dengan ocehan mereka.

"Bisakah kalian tenang!". Sang supir marah karena di dalam bus terjadi keributan yang membuat fokus sang supir menghilang.

Tak lama kemudian, saat sedang melaju kencang, ada sesosok anak kecil yang tiba-tiba muncul di hadapan bus mereka secara misterius. Sang supir mencoba menghindari kecelakaan dengan membuat bus nya berbelok sehingga mengakibatkan bus nya tergelincir karena malam itu hujan sangat deras sekali yang membuat jalan nya sangat licin.

Bus pun terjatuh menyamping dengan menghalangi jalan.

Axel, seorang mahasiswa tersadar kembali dari kecelakaan yang menimpa mereka.

Mereka semua berjumlah 6 orang beserta sang supir.

Seorang dosen yang sudah cukup tua, Mr. Karter.

Jane, murid perempuan yang sedang mencari sinyal di tengah jalur tersebut.

Ada dua murid yang terjatuh ke jurang di dekat bus itu. Brandon, dan Caroline.

Brandon adalah salah satu mahasiswa yang cukup terkenal di kalangan para murid perempuan di universitas mereka. Sedangkan Caroline adalah seorang lansia yang sedang ingin menyelesaikan masa pendidikan di hidupnya.

"Kau baik-baik saja?". Tanya Mr. Karter.

"Dimana aku? Siapa dirimu?". Tanya balik Axel.

"Tenang, saya adalah dosen mu, dan sekarang kita berada di tengah hutan, karena kecelakaan yang mengakibatkan bus kita tergelincir, mungkin sang supir telah melihat sesuatu". Jawab Mr. Karter.

"Siapa dirimu?". Tanya Mr. Karter untuk memastikan ingatan hanya sedikit saja yang menghilang.

"E-ee aku? Aku Axel". Jawab Axel.

"Syukurlah, baik ini teman satu dengan universitas mu namun di jurusan yang berbeda, Jane".

Axel ini terlihat seperti lupa ingatan, mungkin karena kecelakaan yang membuat ia lupa ingatan. Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya sekarang, yang ia tahu kepalanya sakit sekali, mungkin karena benturan keras saat kecelakaan tersebut.

Jane membantu Axel untuk berdiri.

"Terima kasih". Ucap Axel.

"Tak masalah, aku Jane salam kenal ya". Balas Jane.

"Hey! Apa ada seseorang mendengar kami?". Teriak Brandon dari dalam jurang bersama dengan Caroline.

Sontak mereka bertiga yang di atas jalur, Axel, Jane, dan Mr. Karter pergi melihat jurang yang dimana ada Brandon dan Caroline.

"Tetap tenang dan coba jalur lain, disini ada banyak sekali jalan menuju kembali ke atas sini". Mr. Karter mencoba membantu mereka keluar dari jurang tersebut.

"Apa aku akan mati?". Tanya Caroline.

"Marilah bangun dari tempat itu dan pergi dari sini". Tegas Brandon.

Setelah melewati jalan untuk kembali ke atas, mereka semua bertemu kembali.
Syukur saja mereka telah bersama dan nyaris menghilang, jadi yang terluka parah hanya Axel dan yang lainnya mengalami luka ringan saja.

Namun, sang supir telah menghilang, seperti ditelan bumi, ia menghilang tanpa adanya jejak satupun. Sangat aneh sekali.

"Tunggu dulu, dimana si supir?" Tanya Jane ke semua orang.

"Entahlah, coba kau cek di tempat nya mengemudi". Jawab Brandon.

"Kau sajalah! Kau kan lelaki masa menyuruh perempuan? Dasar penakut sekali".

"Aku tidak takut tapi aku... ah sudahlah ya benar aku takut sekali".
Mr. Karter yang mengecek dimanakah sang supir berada.

"Apa? Aneh sekali, tak ada tanda-tanda dari keberadaan sang supir, bahkan jejak kakinya saja tak ada, pergi kemanakah dia?".

"Pak supir telah menghilang". Mr. Karter memberitahu kepada mereka semua.

"Yang benar saja, aku tak ingin tersesat disini, mana tak ada sinyal disini, ini semua salah mu pak, jika saja tak ada tugas yang menumpuk kita tidak akan pulang selarut ini". Jane marah dan memaki Mr. Karter.

"Benar pak! Saya juga merasa ini semua karena bapak, kalau saja tak banyak tugas yang harus diselesaikan hari ini juga, kita tidak akan pulang ikut dengan bus sialan ini!". Brandon ikut memaki Mr. Karter.

"Baiklah! Gantikan posisi bapak sekarang! Kalian tidak tahu betapa besar tanggung jawab diriku atas kalian! Kau anak muda jaga omonganmu kau tidak tahu apa-apa dengan apa yang terjadi ini, aku memberikan banyak tugas agar kalian rajin dan tekun dalam mengikuti pembelajaran di perguruan tinggi. Jadi jangan sok menjadi pahlawan kalian, sekarang kalian tersesat di tengah hutan ini, dan apa yang akan kalian lakukan hah!". Mr. Karter marah kembali kepada mereka.

Caroline mengoceh sendiri dengan mengatakan apakah dia akan mati berulang kembali.

"Tolong pak dimana kita? Aku tak ingin mati disini!". Panik Caroline karena khawatir mereka akan mati

"Bisakah kalian diam! Berbicara tanpa bertindak tidak akan menghasilkan apa-apa". Axel menengahi mereka agar tidak melakukan perdebatan. Semua terdiam dan sadar jika mereka terus membicarakan hal yang tidak penting tidak akan membantu mereka keluar dari tempat itu.

"Baiklah maafkan bapak, dan sekarang kita berada di jalur menuju kota Salem, sekarang kita akan bersama menuju kota Salem, siapa tahu ada telepon yang bisa di gunakan disana". Ujar Mr. Karter.

Mereka semua setuju dan bersama-sama menyusuri jalur di tengah hutan tersebut.

Saat sedang berjalan menuju ke kota, mereka diperhatikan oleh sesosok misterius dibalik pohon.

BERSAMBUNG...

THE BUS DRIVER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang