Setelah melewati koridor, lapangan, dan menjadi pusat perhatian setiap orang yang di lewatinya, lelaki itu menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan.
Dia membuka pintu ruangan tersebut, dinding yang di dominasi oleh warna putih, ruangan ini cukup luas, ada satu sofa panjang berwarna hitam lengkap dengan mejanya, dapur kecil, di samping dapur ada sebuah pintu, sepertinya itu adalah pintu menuju kamar mandi. Di sudut ruangan yang lain ada whiteboard dengan ukuran sedang, juga beberapa styrofoam board yang ada di dinding untuk menempelkan beberapa lembar kertas yang terdapat tulisan, Mayra tidak tahu tulisan apa itu, masih mengedarkan pandanganya ia melihat ke arah dinding yang di hiasi oleh mural dengan gambar sebuah logo, juga banyak foto-foto yang terpajang.
Mayra menyadari jika ini adalah tempat berkumpulnya para anggota ekstrakurikuler futsal, terlihat ada beberapa baju futsal yang menggantung di lemari kaca, juga keranjang cukup besar yang berisi banyak bola.
Tidak berbohong, Mayra cukup kagum dengan ruangan ini. Bukankah ruangan ini bisa di bilang rumah kedua? Mungkin ruangan ekstrakurikuler yang lain juga sama seperti ini? Mayra tidak tahu banyak, bisa di bilang Mayra adalah murid baru, ya ... baru sebulan dia sekolah di sini.
"Duduk!" titah lelaki itu.
Mayra duduk di ujung sofa, mencoba menjaga jarak dengan lelaki itu yang duduk di tengah-tengah sofa.
"Kak Clara?" tanya Mayra.
Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk menarik tangan Mayra agar ia lebih dekat dengannya.
"Kak!" Mayra mencoba menggeser lagi duduknya, namun dengan cepat lelaki itu merangkul pundak Mayra agar ia tidak berpindah.
"Kak, jangan gini!" Mayra melepaskan tangan lelaki itu yang ada di pundaknya, setelah lelaki itu melepaskannya, Mayra menggeser duduknya hingga menyisakkan jarak di antara keduanya.
"Ada apa sama Kak Clara?"
"Kakak suka sama Kak Clara? Mau ngasih coklat, hadiah, atau bunga?" tanya Mayra lagi.
Bukan tanpa alasan Mayra menanyakan itu, karena selama hampir satu bulan ini ia menjadi murid SMA Gemilang bukan satu kali ataupun dua kali ia di datangi oleh laki-laki yang ingin memberikan sesuatu kepada Clara.
"Gue gak mau, buang aja! Tapi kalau lo mau ambil aja sana!" ucap Clara saat itu, Mayra memberikan sebuah paper bag yang berisi kalung dari salah satu laki-laki yang menyukai sepupunya, namun Clara menolaknya.
Mayra juga tidak mau menerimanya, untuk apa? Bukankah aneh nantinya jika malah Mayra yang mengenakan kalung itu?
Ya ... bunga, coklat, ataupun hadiah dari laki-laki yang Clara tidak suka akan berakhir di tempat sampah nantinya.
Para laki-laki itu menyuruh Mayra, karena Mayra adalah sepupunya sekaligus ia tinggal di rumah yang sama dengan Clara.
Padahal, kenapa tidak langsung saja memberikan kepada orang yang bersangkutan 'kan? Pernah Mayra menanyakan hal itu kepada mereka, dan mereka menjawab, "Malu."
Padahal kalau menyukai seseorang kenapa tidak diungkapkan langsung saja? Kenapa harus malu? Mencintai bukan tindakan kriminal bukan?"Lo beneran gak tahu gue?"
Mayra dengan jujur mengangguk, karena memang dia tidak tahu siapa lelaki di sampingnya ini.
Lelaki itu membuka kancing seragamnya, Mayra yang menyadari itu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Aku tunggu di luar, nanti kalo Kakak sudah selesai kasih apa yang mau Kakak kasih ke Kak Clara sama aku, biar aku yang kasihin sama dia," ucap Mayra, tangannya masih menutupi wajahnya, ia juga berniat untuk pergi dari ruangan itu. Namun belum sempat Mayra melangkah pergi tangan lelaki itu kembali memegangnya dan menariknya hingga Mayra harus kembali duduk di sofa.
"Kak!"
"Buka mata lo!"
Mayra menggeleng, dia enggan menuruti ucapan lelaki di sampingnya.
"Turutin apa yang gue suruh, kalo lo gak mau gue kasarin!"
Mayra dengan perlahan membuka matanya, namun ia menundukkan pandangannya. Seragam milik lelaki itu sudah ada di tangan Mayra.
'CAKRA ADYAKSA N.' Mayra membaca name tag yang ada di seragam itu.
"Sekarang lo kenal gue?"
Mayra hanya mengangguk pelan. Jadi lelaki di sampingnya ini membuka seragamnya hanya untuk memberi tahu namanya? Mayra benar-benar tidak habis pikir, lelaki itu bisa bicara, tidak bisu, dia bisa mengatakan namanya kepada Mayra secara langsung.
"Kalo tidak ada yang penting, aku pergi ke kelas aja ya, Kak."
"Duduk dengan tenang! Gue bakalan kasih tau lo sesuatu hal yang sangat penting!" Lelaki itu memegang sebuah remot kontrol, lalu menekan salah satu tombol hingga proyektor LCD menyala. Mayra hanya memperhatikan layar di depannya, sebuah video sudah di putar oleh lelaki yang Mayra ketahui bernama Cakra itu.
Video itu menampilkan sebuah kamar yang tidak ada ada orang, hanya menampilkan sebuah kasur dan beberapa furniture kamar lainnya. Di saat Mayra masih kebingungan dengan tayangan di depannya, Cakra bangun dari duduknya lalu berjalan untuk mengambil cemilan di kulkas lengkap dengan minumannya.
Cakra menyimpannya di meja, lalu kembali duduk di samping Mayra. Mayra menatap baju seragam Cakra yang masih ada di pangkuannya.
"Aku sudah tahu nama Kakak, jadi pakai saja seragamnya," ucap Mayra memberikan seragam itu untuk menutupi tubuh bagian atas Cakra.
Cakra menampilkan smirknya, lalu dia menyimpan seragam miliknya di sofa.
"Kak Cakra!"
Cakra kembali merangkul bahu Mayra, menyenderkannya ke senderan sofa agar mereka duduk dengan tenang dan menikmati tayangan video di depannya. Melihat Mayra yang terlihat tidak nyaman, Cakra mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu lalu berbisik, "Tidak pernah melihat yang seperti ini?"
Mayra pernah melihatnya, hanya saja itu karena memang tidak sengaja. Sedangkan Cakra membuka seragamnya hingga tubuh bagian atasnya terlihat jelas dengan sengaja. Itu membuat Mayra tidak nyaman dan risih, apalagi dengan posisi ini, di ruangan tertutup hanya berdua saja. Lelaki di sebelahnya sepertinya tidak waras!
"Sebenarnya kita mau nonton apa Kak? Dari tadi video ini hanya menampilkan sebuah kasur?" Mayra sudah jengkel.
"Sstt! Keep calm."
"Kak, tangannya gak harus kaya gini kan?"
"Harus!"
Suara tawa dari tayangan video membuat Mayra memutuskan kontak matanya dengan Cakra, matanya di fokuskan untuk menatap layar dengan ukuran besar di depannya.
"Happy watching!" Cakra kembali berbisik tepat di telinga Mayra.
Video yang tadinya hanya
menampilkan kamar kosong, kini sudah ada tiga orang yang ada di dalamnya, tawa ketiga orang itu terdengar. Dua laki-laki dan satu orang perempuan. Mayra hanya melihat wajah kedua laki-laki itu, belum melihat wajah si perempuan yang sudah terbaring di kasur karena terhalang oleh kedua laki-laki itu.Mayra mengernyit bingung kala dua laki-laki itu membuka pakaiannya, setelahnya mereka menaiki kasur.
Kedua mata Mayra membelalak sempurna, jantungnya berdetak cepat, wajahnya langsung pucat pasi, tenggorokannya terasa tercekat, bahkan ia susah payah menelan ludahnya. Perempuan yang ada di video itu adalah Clara.
~✿✿✿~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Criminal Boy
Novela JuvenilRumah ... katanya rumah adalah tempat paling nyaman, tempat berlindung, tempat melepas penat dari semua aktivitas yang di lakukan di luar rumah, tempat berkumpul dengan orang-orang tersayang. Tidak semua orang menganggap definisi rumah seperti itu...