5. Malam Kelam

4 0 0
                                    

Perdebatan sore tadi berakhir dengan Mayra yang langsung masuk ke dalam kamar, mengganti pakaian lalu keluar dari rumah.

Katanya rumah adalah tempat berkumpul dengan orang-orang tersayang, tempat melepas penat, membagi suka dan duka. Katanya rumah tempat paling aman dan nyaman. Sudah dikatakan bukan? Jika semua definisi rumah di atas tidak berlaku kepada Mayra.

Beruntung Mayra tidak mengatakan semuanya, kenapa Mayra bisa berada di basecamp futsal dengan Cakra.

Clara, bagaimana pun dia adalah sepupu Mayra. Mayra menyayanginya, sungguh! Terlepas dari semua kelakuan buruk yang selalu Clara lakukan kepada Mayra, dia tidak ingin membuat sepupunya kesusahan.

Bagaimana jika video itu benar-benar tersebar? Masa depan Clara tentu akan dipertaruhkan nantinya.

Mayra mengatupkan kedua tangannya, sesekali menggeseknya juga meniup-niup agar memberikan efek hangat kepada tubuhnya walau tidak berdampak banyak.

Dinginnya angin malam menusuk-nusuk kulit Mayra. Gadis itu sedang duduk di salah satu bangku yang terbuat dari besi, sudah dua jam lebih Mayra hanya berdiam diri di kursi itu. Memperhatikan orang-orang yang berada di alun-alun kota.

Banyak pedagang kaki lima yang berjualan, orang dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua ada di area alun-alun kota ini.

Maklum saja keadaan di alun-alun sangat ramai, malam ini bertepatan dengan malam Minggu. Istilah 'malam Mingguan' tidak selalu bersama pacar 'kan? Bisa bersama keluarga, teman, ataupun sahabat.

Disaat yang lain pergi ke alun-alun kota dengan pacar, keluarga, teman, atau sahabat, Mayra malah duduk sendirian di salah satu bangku.

Suara gitar dan nyanyian yang dimainkan oleh segerombolan anak-anak jalanan yang berada di ujung alun-alun juga tidak kalah meramaikan suasana.

Sekarang Mayra lebih suka berdiam diri di tempat ramai, dengan begitu pikirannya teralih untuk melupakan kejadian di rumah. Jika saat ini Mayra diam diri di rumah, pasti dia akan menangis semalaman di pojok kamar.
Mayra sudah lelah, setiap hari harus mengeluarkan air matanya.

Kali ini satu keluarga menjadi objek penglihatan Mayra. Anak kecil yang kurang lebih berusia lima tahun sedang memegang baling-baling terbang, dengan dibantu sang ayah untuk menerbangkannya, ibunya sedang memperhatikan anak dan suaminya sambil tersenyum, tidak lupa juga dia memegang ponsel untuk mengabadikan momen.

Tepuk tangan, dan sorak gembira tercipta kala bocah lelaki itu berhasil menerbangkan baling-baling.

Sesederhana itu ... mereka terlihat seperti keluarga harmonis.

Mayra ikut tersenyum bahagia, namun ada rasa nyeri di dadanya, dirinya teringat kepada Ibu dan Ayahnya, Mayra merindukan mereka.

Pandangan matanya coba Mayra fokuskan kembali, dia melihat ada seorang lelaki dengan mengenakan hoodie hitam sedang berdiri tidak jauh dari posisi keluarga yang sedang Mayra perhatikan.

Lelaki itu melihat ke kanan, kiri, juga belakang seolah memperhatikan situasi. Mayra semakin menajamkan penglihatannya.

Mayra dengan cepat berdiri dari duduknya dan berlari menghampiri keluarga itu. "Bang Soni?" panggil Mayra dengan suara yang lumayan kencang. Bahkan beberapa orang lainnya menatap ke arah Mayra sekarang.

Keluarga itu saling menatap satu sama lain ketika Mayra sudah berada di hadapannya.

"Maaf, Adek siapa ya?" Ayah dari anak kecil itu bertanya dengan wajah bingung.

Mayra terus menatap ke arah lelaki yang memakai hoodie hitam dengan wajah panik. Si lelaki itu juga balas menatap Mayra dengan wajah dingin.

"Eum ... It—"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Beauty and The Criminal BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang