CHAPTER 003

4 1 0
                                    

" Mengeluh bukanlah cara yang tepat untuk  menanggapi sesuatu! ambil hikmah nya dan jadikan pelajaran"
- Zara

Aku langsung mengumpulkan tugas matematika-ku setelah bel istirahat berbunyi, berkat Ocha yang membantu ku, kalau tidak? matilah aku. Sementara Ocha sudah melaju ke kantin memesan makanan untuknya dan untukku juga. Terkadang dibalik sikap menyebalkan Ocha ia adalah sahabat yang sangat perhatian. Terbukti ia bisa menghilangkan mood ku yang buruk akibat kejadian tadi.

Ia adalah sahabatku Rosana Akbar tapi aku lebih nyaman memanggilnya Ocha, sahabat super menyebalkan tapi bisa berubah sangat perhatian ketika aku sedih, Ocha selalu membantu ku ketika aku sedang sulit. Dia sudah ku anggap sebagai saudariku sendiri. Aku sangat menyayangi nya lebih dari apapun. Ku harap ia juga menyayangi ku seperti aku menyayangi nya.

Aku sudah sampai di kantin setelah dari ruang guru. Aku mengedarkan pandangan mencari dimana ocha berada,Hingga lambaian tangan dan seseorang memanggil namaku. Ah dari suaranya saja aku sudah bisa menebak siapa yang memanggil ku. Pasti Ocha!

"ZARA! Sini" aku langsung menuju asal suara. Dan melongo melihat apa yang ada di meja kantin, terlihat dua porsi bakso, siomay dan jus jeruk. Aaa Ocha emang sahabat terbaik ku, tau saja makan emang obat-ku. Hilang sudah kekesalan ku berkat Ocha ehhh bukan, tapi berkat makanan.

Di kantin aku menceritakan semua apa yang aku alami dari mulai aku bangun kesiangan sampai aku yang berdebat dengan Ocha yang akhirnya mendapatkan teguran oleh Guru agama. Akhir? Aku tidak percaya bahwa ini akhir kesialan ku hari ini, firasat ku mengatakan bahwa teguran dari guru agama bukanlah jadwal terakhir dari semuanya. Aku menghela nafas berat. Jangan tanyakan bagaimana reaksi 'Ochantik' katanya. Yang menurutku tidak ada cantik nya sama sekali. Ia tertawa terbahak sampai mengeluarkan air mata mendengar cerita ku yang menurutnya lucu. Lucu darimana nya coba?! Awas kamu Cha nanti kalau kamu juga ngalamin kayak gini. 'Jangan harap aku membantu mu'. Tunggu, sejak kapan Zara menjadi pendendam?'. Ahhh aku beristighfar menghentik kan pikiran kotor ku, aku tidak boleh menjadi pendendam.TIDAK BAIK!

" HAHAHA kok bisa sih kamu ngalamin kayak gini ?" tanya Ocha tak menghilangkan tawa nya, yang membuatku kembali geram.

"Ihhh jangan ketawa, bisa tidak?" kataku memberengut sebal. " Tidak tahu! mungkin ini bukan hari beruntungan ku. Mungkin. Tapi kenapa cobaan nya diberikan sekaligus sih kayak kata pepatah, udah jatuh ketimpa tangga lagi" lanjut ku dengan muka berat

" Coba ingat-ingat barangkali kamu ngelakuin kesalahan? Anggap saja ini cara Tuhan mengingatkan mu untuk menjadi lebih baik lagi, ceroboh misalnya" Ucap Ocha yang kedengaran nya seperti menyindir ku. Aku mendelik menatapnya tidak terima.

" Zara cuman bangun kesiangan kok Cha, Tidak ada kesalahan lain. Apa kesiangan masuk dalam daftar ceroboh?" tanyaku berlagak polos

" Ya pikir aja sendiri Zara ku sayang" jawab Ocha gemas menyentil kening ku.

" Aduh sakit, jahat banget kamu jadi teman" keluh ku yang sebenarnya tidak sakit sama sekali. Dasar aku nya saja yang lebay. Ocha hanya terkekeh pelan menanggapi keluhan ku

" Jangan lebay bisa tidak?!" katanya lagi

"TIDAK!!!" ucapku kencang yang menarik perhatian penjuru kantin menatap kearah ku. Aku menahan merah di muka ku. Malu. Ocha tertawa kembali melihat ku.

" HAHAHAHA" Ocha berdiri dihadapan ku. Membenarkan letak hijab ku yang sudah miring sana, miring sini dengan perhatian " Nah kan, rapi walau sedikit" kekeh nya.

Benar kan kataku Ocha itu adalah sahabatku yang sempurna.

Setelah makan kami langsung menuju ke kelas, Jangan tanyakan siapa yang membayar tagihan kantin? Tentu saja Ocha, katanya' untuk hari ini biar ocha yang traktir biar Zara senang,tapi besok-besoknya Zara yang bayar' aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Ocha.

📍📍📍

Sepulang sekolah aku kembali mengayuh sepedaku. Sebenarnya Ayah sudah melarang ku menaiki sepeda. Tapi aku nya saja yang bebal. Tidak mau diantar jemput karena akan merepotkan ayah. Aku memikirkan ayah, kalau ayah harus mengantar jemput ku itu akan mengurangi jam istirahat ayah,atau mengganggu pekerjaan ayah. Tidak cukupkah aku merepotkan ayah? Aku sadar sebenarnya sudah banyak membebani ayahku. Aku sudah besar dan seharusnya tidak bersikap seperti anak kecil lagi yang harus diantar jemput.

Di tengah perjalanan pulang, Tiba-tiba ada sepada motor yang menyenggol sepeda ku alhasil aku terjatuh. Ternyata firasat ku benar bahwa di tegur pak guru agama bukanlah akhir dari segalanya, hukuman pak Sugi bukan apa-apa dibandingkan jatuh dari sepeda, kata-kata kejam bu Mona tidak semengerikan daripada melihat darah yang keluar dari lutut ku. Parahnya lagi orang yang menabrak ku melaju begitu saja tanpa membantu ku, padahal aku tidak marah sama sekali da tentunya tidak akan meminta ganti rugi. Tinggallah aku sendirian di pinggiran jalan dengan lutut yang berdarah, stang sepeda ku bengkok, penampilan yang super duper berantakan dan air mata keluar dari mataku yang membuatku semakin menyedihkan.

" Hiks..hiks apasi salah Zara Ya Allah? Kok Zara di kasi cobaann ya banyak banget"ucap ku dengan muka tertunduk. Menangis. Perih yang kurasakan membuatku semakin mengencangkan tangisan ku. Aku lelah. Sungguh

Menatap miris sepeda ku yang rusak, melihat sekeliling orang yang berlalu lalang tanpa berniat membantu ku. Aku menghela nafas pelan

Hingga tiba-tiba sebuah uluran tangan tepat berada didepan ku, aku mendongak dengan air mata yang terus jatuh. Aku menggeleng menolak uluran tangannya. Bukan aku berniat tidak sopan atau apalah. Tapi dalam agama ku tidak boleh bersentuhan dengan orang yang bukan mahrom ku. Aku berdiri sendiri dengan susah payah, ia berniat membantu ku tapi mengurung kan niatnya ketika melihat gelagat ku yang kurang nyaman.

" Maaf, tapi itu lutut kamu masih berdarah" katanya

Aku membalasnya dengan senyuman yang menurutku terlihat mengerikan dengan penampilanku saat ini " Tidak apa-apa, terimakasih ya kak" kataku dengan tulus.

" Beneran? Lukanya lumayan kayak nya, paling tidak di bersihin dulu" tawar nya.

" Bener kak, Tidak apa-apa. Ini lihat udah tidak sakit lagi kok" balasku menolak tawarannya, seraya menggoyang-goyangkan kaki ku dengan ringisan yang sangat kentara.

Ia tersenyum. Sungguh pemandangan apa ini,senyumnya yang manis, tahi lalat dipipinya yang sangat menawan 'MasyaAllah sungguh indah ciptaan mu" buru-buru aku mengalihkan pandangan dengan malu. Sudah menatap lawan jenis yang tak ku rencanakan sebelumnya. Sungguh aku telah berdosa. Tapi rugi untuk kalo dilewatin.

Hi!
Gimana ceritanya?
Kira-kira yang bantu Zara siapa yaa?
Ada yang sama dengan zara?kalo liat cogan dikit langsung wow? Hehehe
Makasi udah baca:3
Jangan lupa vote ya biar makin semangat hehehheh
Love you all ❤
Ig@vanillathee
Ig@meilin_wrndi

CINTA UNTUK ZARA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang