CHAPTER 004

5 0 0
                                    

" Jangan lupa mengucapkan tolong ketika butuh, maaf bila salah dan terimakasih bila di bantu" -Zara



Leonathan menghentikkan laju mobilnya ketika melihat seorang perempuan duduk dengan memeluk lulutnya. Ia kemudian menghampiri orang tersebut karena ia masih memiliki rasa empati sebagai manusia,tidak mungkin ia akan membiarkan saja saat melihat orang lain yang membutuhkan pertolongannya,bukan?.  Leonathan mengulurkan tangannya berniat membantu gadis itu berdiri, kemudian gadis itu mendongak menatap uluran tangan Leon sehingga Terlihat air mata yang masih bercucuran di pipinya. Ia mengabaikan uluran tangan Leonathan.

Leon pun menarik kembali uluran tangan yang sempat di abaikan oleh gadis itu. Ia sebenarnya merasa malu sudah di tolak oleh gadis kecil seperti dirinya,ini adalah penolakan pertama yang leon alami.

Tapi, sepertinya leon tidak asing dengan wajah itu? Tapi ia tidak ingat siapa hingga suara isakan gadis itu, menghentikkan pikirannya yang bercabang.  Leon mengikuti arah mata gadis itu memandang,  terlihat darah yang masih menempel di lutut gadis itu. Sebenarnya Leon hendak membantu gadis itu, tetapi melihat gelagat yang kurang nyaman, ia menghentikkan tindakannya itu.

" Maaf, tapi itu lutut kamu masih berdarah" Ujar Leon lembut. Ia tidak ingin membuat gadis itu semakin tak nyaman padahal niat Leon pure ingin membantu.

Gadis itu membalasnya dengan senyuman manis walau terlihat mengerikan dengan penampilannya yang berantakan " Tidak apa-apa, terimakasih ya kak" katanya dengan tulus.

" Beneran? Lukanya lumayan kayak nya, paling tidak di bersihin dulu" tawar Leon.

" Bener kak, Tidak apa-apa. Ini lihat udah tidak sakit lagi kok" balasnya menolak tawaran yang Leon berikan, seraya menggoyang-goyangkan kakinya dengan ringisan yang sangat kentara.

Ia meringis, melihat sikap gadis itu padahal jelas-jelas tadi menangis menahan sakit dilututnya tapi sekarang berlagak seolah tidak terjadi apa-apa.  Sebenarnya Leon tahu gadis itu hanyalah berbohong mengatakan bahwa ia "tidak apa-apa"untuk menolak bantuannya.

" Tapi itu lutut kamu masih berdarah, ayo saya antar kamu pulang?! " Ucap Leon

" Tidak usah kak,  Zara bisa pulang sendiri kok, pake sepeda" balasnya sambil menunjuk sepedanya yang sudah rusak. Zara meringis menatap sepedanya

"Yakin? Itu sepeda kamu rusak loh, lagian lutut kamu luka, emang ga sakit? " tanya Leon

Ya benar sepedanya rusak dan itu tidak bisa digunakan lagi, di tambah perih yang terus menerus membuat Zara bimbang. Gadis itu pasrah

" Tidak apa-apa kak?  Tapi kata ayah tidak boleh berduaan di dalam mobil nanti yang ketiganya setan" kata Zara.  Oh jadi ini alasannya menolak bantuannya. Leon menahan tawa mendengar ucapan lugu gadis yang bernama Zara itu.

Dengan langkah yang tertatih-tatih pun ia melangkah menuju mobil Leon. Dengan ragu ia membuka pintu mobil 'apakah ini benar? 'pikirnya. Sementara Leon sudah masuk ke dalam mobil sambil menunggu Zara yang masih terdiam di depan pintu mobilnya. Zara kemudian duduk disamping Leon dengan canggung sesekali memelintir ujung seragamnya yang kotor. Hijabnya berantakan,mukanya mengerikan sehabis menangis tapi sikapnya membuat Leon tak habis pikir.

"Mm kak, tidak apa-apa kan? Nanti dosa lagi, Zara takut dosa kak" tanya nya dengan takut.

" Iya, lagian saya ini mau niat nolongin kamu aja,  saya ga akan macam-macam sama kamu. Jadi, kamu tenang, okay" jawab leon.

"Beneran kak?! " tanyanya lagi dengan kepala menunduk

" Kak" panggil Zara

"Apalagi?! Saya ga akan macam-macam,nanti saya antar kamu sampai rumah dengan selamat" balas Leon jengah yang tak habis pikir dengan Zara.

" Emang kakak tau rumah Zara dimana?" tanya Zara dengan bingung padahal ini baru kali pertamanya ia bertemu dengan cowok ini.

Leon berdehem berusaha bersikap setenang mungkin, merasa malu karema salah menanggapi panggilan Zara "Dimana? " tanyanya mengalihkan pandangan

"Diperumahan Al-hikmah nomor G8" jawab Zara. Sementara Leon terus melaju tanpa menanggapi ocehan Zara.

Tiba-tiba Zara tersadar akan satu hal,ia menjadi panik sendiri " Terus sepeda Zara gimana kak, itu sepeda kesayangan Zara. Kalo hilang gimana? Kakak mau tanggung jawab?! " kata Zara

Leon terkejut mendengar perkataan Zara, loh ini dia membantunya kok malah dia juga yang bertanggung jawab? Gimana ceritanya?

"Lah kok saya yang bertanggung jawab? "tanya leon bingung

"Iya! Kan kakak yang nyuruh aku naik mobil kakak? " balas Zara

" Kan kamu yang mau, lagian kalo kamu tidak naik, saya juga tidak akan rugi!! " balas Leon tak mau kalah

Zara melotot " Kan kakak yang maksa! Pokoknya tanggung jawab sama sepeda Zara" kekeuh Zara.

" Tidak mau! " tolak Leon. Apa-apaan disuruh tanggung jawab dengan sepeda? Aneh sekali.

Leon melihat kesamping, gadis itu menunduk dengan mata yang sudah berkaca-kaca hendak menangis

"Baiklah nanti saya urus sepeda kamu" kata Leon mengalah demi menghindari perdebatan dengan gadis keras kepala ini. Baru bertemu saja Leon sudah bisa menebak batunya kepala anak ini.

Leon menghentikkan mobilnya setelah sampai di depan rumah minimalis, kediaman Zara. Zara turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Leon,  Bagaimanapun Ayah mengajarkan untuk tidak lupa dengan kata Tolong, Maaf,  dan terimakasih, itulah yang diterapkan Zara saat ini.

" Terimakasih bantuannya kak,dan maaf Zara udah ngerepotin" ucap Zara dengan senyum tulus, ia kemudian membuka pintu mobil dan turun menuju pintu rumahnya dengan tertatih-tatih sesekali meringis perih.

Tak berniat membalas ucapan Zara,ia langsung melajukan mobilnya untuk kembali ke lokasi tadi, berniat membawa sepeda gadis itu ke bengkel.

Di sepanjang perjalanan ia tersenyum mengingat nama 'Zara' yang lugu dan keras kepala. Ia kemudian menggeleng tak percaya mengingat percakapannya dengan Zara, sejak kapan ia menggunakan kata ganti 'kamu' dan astaga sejak kapan ia berbicara panjang kepada orang lain dan repot-repot mengantarkannya kerumah? Ini tidak bisa dipercaya Oleh seorang Gabriel Leonathan Izy, orang yang sangat anti disuruh-suruh, tapi hari ini? Astaga Ini sangat diluar kendali seorang Leonathan.





Hi!
Gimana ceritanya?
Ambil baiknya buang buruknya aj ya:)
Jangan lupa vote ya lup heheheh
Makasih yang udah baca
Lup u all ❤
Ig@Vanillathee
Ig@meilin_wrndi




CINTA UNTUK ZARA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang