two

2.3K 143 38
                                    


Flashback...

"Apa yang akan ku dapatkan jika mencabut gugatanku?"

Park Chanyeol duduk bersila di kursinya. Di depannya kini sudah ada Son Hajun yang kembali berlutut setelah ia memerintahkan anak buahnya untuk memanggil pria tersebut. Pria kekar itu berubah pikiran setelah melihat gadis kecil di foto keluarga Son Hajun yang malang.

Son Hajun terlihat berpikir untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. Tak lama kemudian, ia berkata, "Anda bisa memgambil istriku, dia masih begitu cantik dan baik. Miliknya bahkan masih kencang setelah kelahiran putri kami."

Tanpa persetujuan istrinya, Hajun bahkan mengajukan istrinya sebagai bayaran atas pencabutan gugatan tersebut. Hajun memang sudah gila—dan bodoh karena dibutakan oleh obsesinya menjadi seorang yang kaya.

Park Chanyeol tersenyum masam dan memukul mejanya dengan keras hingga membuat Hajun menunduk takut. "Kau pikir aku sudi meniduri wanita yang sudah kau tiduri, hah?!" ucapnya tajam. Ia bangkit dari kursi dan berjalan mendekat pada pria malang di depannya.

Son Hajun yang kian panik pun akhirnya berucap, "Maaf, bukan itu maksudku. Seungwan! Putriku! Dia tidak punya pacar dan masih perawan. Sungguh, usianya masih muda dan banyak partner bisnisku yang tertarik dengannya. Tolong pertimbangkan!"

Dengan mata terpejam, ia mengucapkan maaf dalam hati untuk sang gadis kecil yang kini ada di rumahnya. Sementara Chanyeol tersenyum penuh kemenangan.

"Benarkah? Kalau begitu tandatangani kesepakatan atas penawaranmu ini!"

Flashback end.

---

"Ekhm."

Dehaman rendah Chanyeol membuyarkan lamunan Seungwan yang masih meminum minumannya secara perlahan. Atensinya kemudian beralih pada Chanyeol yang tersenyum tampan di hadapannya. Untuk sesaat, Seungwan yakin bahwa Chanyeol pasti sangat tampan saat seusianya.

"Kau suka minumanmu?" tanya Chanyeol basa-basi.

Seungwan tersenyum kaku lalu menjawab, "Uhm—ya. Terima kasih. Bisa kita mulai permainannya? Aku tidak ingin pulang terlambat." Sejenak ia sadar bahwa perkataannya mungkin terdengar tidak sopan, namun Seungwan tidak begitu peduli. Ia hanya ingin urusan ini cepat selesai.

Park Chanyeol tersenyum simpul. "Anak-anak sekarang tampaknya memang sudah melupakan sopan-santun," katanya dingin yang mampu menakuti si rubah kecil.

"Maafkan aku, ketika melakukan sesuatu dengan terpaksa, hal seperti ini memang bisa terjadi. Aku Seungwan," katanya jujur. Ia tidak mau ambil pusing jika Chanyeol kesal dengan tingkah dan cara bicaranya. Jika pun iya, bukankah pria itu akan mengusirnya—hal yang justru lebih bagus.

Chanyeol menyeringai mendengar pengakuan si rubah kecil. "Chanyeol, atau kau bisa memanggilku Tuan Park." Tangannya kemudian bergerak untuk mengatur satu set catur. Mereka mulai bermain—mengulur waktu agar ia mampu menikmati keindahan di depannya lebih lama. Ia mulai mengajukan beberapa pertanyaan meski sudah tahu segala hal tentang gadis muda itu.

Ia tahu bahwa Seungwan baru berusia enambelas beberapa minggu lalu, dan kini bersekolah di sekolah khusus perempuan. Tergabung dalam klub olahraga yang menjelaskan kenapa tubuhnya begitu segar—dan errr.

"Aku berumur empatpuluh tahun, kaya dan lajang. Aku menyukai wanita, tapi tidak tertarik menikahinya."

Seungwan memutar bola matanya malas mendengar kesombongan pria itu. Ia bahkan beberapa kali menguap karena dirasa permainan catur mereka begitu membosankan.

--kitten [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang