W A R N I N G !
[ s e n s i t i v e c o n t e n t ]•••
"Kalau sudah selesai aku akan menunjukkannya padamu."
Meski pun hanya sebentar, aku dan Jouis menghabiskan waktu luang kami dengan baik. Menikmati pemandangan yang senja ciptakan di musim gugur dan saling mendengarkan cerita sudah lebih cukup untuk meredakan stres yang berkecamuk di kepala.
Sebelum pukul delapan malam, kami memutuskan untuk pulang. Malam ini, Cornelia Street tak seramai biasanya dengan orang-orang yang berkunjung ke restoran setempat.
"Kamu sangat berbakat, Mary," katanya membuat semburat merah di pipiku.
"Terimakasih, tapi aku tidak sehebat itu," tolakku terhadap pujiannya dengan sopan karena masih tidak terbiasa dengan kata-kata pujian.
Langkahku dan Jouis berhenti di tengah jalan tak terlalu lebar yang membentang di antara apartemen kami. Tubuh kami saling berhadapan, membuatku bisa melihat jelas setiap inch wajah Jouis yang diterangi lampu kuning temaram serta surainya yang tersingkap oleh angin malam.
Menilik wajahnya, aku kembali disadarkan bahwa pria di depanku benar-benar tampan. Bahkan bulan yang bersinar di atas sana tidak bisa mengalahkan pesonanya.
Merasa angin malam semakin menerpa kuat, aku segera pamit kepada Jouis dan melangkah masuk ke dalam. Aku pikir pria itu akan melakukan hal yang sama, nyatanya saat tubuhku berbalik aku mendapati Jouis masih berdiam di tempat menatapku teduh.
"Jouis? Kenapa belum masuk?" tanyaku heran hanya untuk mendapatkan jawaban yang membuat wajahku menghangat seketika.
"Aku ingin memastikan kamu sampai di dalam dengan selamat."
Maksudnya, ia rela kedinginan hanya untuk memastikan aku baik-baik saja?
Dokter Jung, tolong katakan jika memang seperti ini caramu memperlakukan semua orang terutama perempuan sebelum jantungku semakin berdebar tidak karuan.
Tak mau Jouis menunggu lebih lama di bawah malam bersuhu sembilan derajat celcius, aku segera masuk ke dalam apartemen dan naik ke lantai dua untuk membuka jendela yang memperlihatkan pemandangan Cornelia Street serta Jouis yang berdiri di sana.
"Aku sudah sampai dengan selamat," kataku setengah berteriak. "Masuklah, nanti kamu sakit."
Ia menatapku sebentar lalu melemparkan senyum tipis sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam apartemen miliknya, meninggalkan sebuah ucapan hangat.
"Selamat malam, Rosemary."
Menatap kepergiannya yang ditelan apartemen bertingkat empat tersebut, aku menghela napas yang menjadi satu-satunya suara di tengah sepi.
Netraku menatap apartemen nomor 23 itu dengan sendu. Ada rasa hampa yang mengisi relung hati ketika sosoknya tidak ada di sampingku.
Mungkin setelah ini kami akan jarang bertemu atau menghabiskan waktu seperti tadi karena kesibukan yang berbeda dan tentu saja padat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cornelia Street || Jung Jaehyun
Fanfiction𝐅𝐭. 𝐉𝐀𝐄𝐇𝐘𝐔𝐍 𝐟𝐫𝐨𝐦 𝐍𝐂𝐓 We bless the rains on Cornelia Street; memorize the creaks in the floor. "Menggunakan darah sebagai cat?" *** [𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆] Some parts might dealing with abuse and self harm. Dilarang membawa cerita FIKSI ini...