Jeaneth Eleanor, menjadi pemilik dari waralaba D'Leanore berkat suaminya.
Veethoven Naltese adalah konglomerat ternama, menjadi ketua NT Grup diusia muda.
Rumah tangga mereka renggang akibat kurangnya berkomunikasi. Sang suami terlalu sibuk beker...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rintikan hujan membuatnya berbalik menghadap kaca, dia mengistirahatkan otaknya sejenak dengan memandang bangunan bangunan yang tak sebesar gedung miliknya.
Padahal dia sudah membeli dress yang cocok untuk istrinya, namun pekerjaannya terlalu penting untuk dilewatkan sehingga dia tidak bisa melihat langsung Jeaneth memakai dress yang dia pilihkan. Waktunya terlalu banyak dihabiskan untuk memilih baju mana yang akan cocok dengan istrinya. Dia enggan membatalkan janjinya besok, tapi akan lebih runyam lagi jika dia tidak datang tanpa kabar terlebih dahulu.
Veethoven segera menghubungi jeaneth dengan ponselnya. "besok kamu dateng sendirian, aku masih ada kerjaan."
"Iya kamu kan emang kerja terus alasannya. Aku juga ada kerjaan, Vee."
"Salah satu dari kita harus hadir, J. Kamu kan tau kita nikah salah satu alasannya karena ini." Jeaneth hanya menjawab dengan suara benturan yang berulang ulang. Tak biasanya Jeaneth mengeluh seperti ini kepadanya, dia jadi semakin tak ingin membatalkan janjinya.
Mereka terdiam cukup lama, namun suara keributan dari ponselnya membuat dia tak jadi mengakhiri panggilan.
Benda terjatuh didekat Jeaneth mengeluarkan suara yang nyaring. Veethoven sedikit panik ingin tau apa yang terjadi disana.
"Anda tak apa apa, nona?" suara laki-laki membuat Vee mengernyitkan dahi. "tak apa apa, terimakasih."
"Setidaknya anda harus menutup lukanya."
Dia terluka? apa yang orang orang bodoh itu lakukan...
Jeaneth tertawa canggung disusul oleh kekehan pria disana "biar saya yang pasangkan."
"Beraninya bocah itu." gumamnya
"Terimakasih, saya akan membalas budi suatu saat nanti." Jeaneth berbicara dengan lembut "saya akan menunggunya, nona" pria itu menjawab tak kalah lembutnya membuat Vee meremas ujung kemejanya dengan gelisah hingga kukunya memutih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mengendarai mobilku dengan cepat, jika saja aku tak punya otak untuk menaati aturan lalu lintas, mungkin saja aku sudah menerobosnya dan menyumpal mulut polisi dengan uang suamiku. Namun ketakutan ku akan kematian nampaknya datang lebih cepat daripada mobilku, kupelankan lajunya dengan kecepatan normal.