Wajib follow sebelum membaca!!!
DILARANG PROMOSI LAPAK LAIN!!!
Happy reading😉
•••••••••••••••••••••••••Althara Naufalino,biasa di panggil Ino.Mempunyai dua mata,satu hidung berlubang dua,dua telinga,satu bibir atas dan satu bibir bawah.*eike ga salah kan.
*Oke zerius.
Althara Naufalino,biasa dipanggil Ino,teman baik Aurine dan salah satu manusia yang di percaya bundanya Aurine.
Ino terlahir sebagai manusia yang masuk ke dalam kategori beruntung.Sidiq Al Qadar,selaku ayah dari Ino itu seorang pengacara yang cukup di kenal banyak orang.Sedangkan sang ibu,Maryani Nadhila pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.Ibu rumah tangga juga termasuk pekerjaan bukan?bekerja merawat suami dan anak di rumah.
"INOOO!!!" Dari cara memanggilnya saja Ino sudah mengetahui siapa pemilik suara itu.
"Apaan sih lu Rin,orang tuh kalo manggil dari kejauhan,lu mah udah di samping gue malah teriak manggil." Ucap Ino kesal,bagaimana tidak,Aurine memanggil Ino tepat di telinganya.
"Ino maap,Ino maapin,huaaa...Al,Ino ga mau maafin gue."
"Lagian lu juga salah Rin,dah tau Ino anaknya ngambekan,lu malah jailin." Al berusaha menengahi keduanya.
Zero Alvino Gibadesta,di sekolah ia di panggil dengan nama Zero sedangkan jika bersama Aurine dan Ino ia biasa di panggil Al.
Sejujurnya Al tidak sebebas Ino yang bisa 24 jam bersama Aurine karna jika di sekolah Aurine meminta Al agar berpura-pura tidak begitu dekat dengannya.
Alasannya karna Al cukup di kenal karena ketampanannya,jika ada satu wanita yang dekat dengan Al sudah di pastikan rumor 'pemenang hati Al akhirnya ditemukan' beredar dengan cepat.
Selain ketampanannya,Al juga di kenal karena sulit mematuhi peraturan sekolah.Al tinggal hanya berdua dengan sang ibu,Assyifa Humaira.
Jika kalian bertanya dimana ayahnya,jawabannya adalah 'tempat kelahiran'.Karena ada pekerjaan yang mengharuskan Kevin Gibadesta sang ayah dari Al untuk tetap tinggal disana maka tidak ada pilihan lain.
"Ino jadi cowo ga boleh lemah,masa di teriakin doang pundung."
"Rin gue bukannya pundung cuma lu ga kira-kira teriak di telinga gue banget."
"Iya-iya maap,gue salah,salahin aja gue terus."
"Lah emang lu salah dodol." Untung saja Ino masih bersabar.
"Jadi jalan kagak?kalo kagak jadi gue balik nih." Hanya dengan cara ini Al mampu mendamaikan keduanya.
"Lu mau makan dimana Rin?" Tanya Ino dan Al bersamaan.
Sudah menjadi kebiasaan ketiganya,jika ingin makan sesuatu pasti semua diserahkan kepada Aurine.Dengan begitu Aurine tak bisa menjawab 'terserah' karena jika ia menjawab begitu maka ketiganya tidak jadi makan dan berakhirlah dengan kelaparan.
"Kita pindah tongkrongan yuk,kemaren gue liat ada orang yang gue kenal lagi nongki disana."
"Rin gue bukan buronan kok,lu ga perlu takut jalan bareng gue." Ucap Al.
"Gue bukannya takut Al,makanya deh lu cari cewe biar ga dikira homo."
"Lu ada,ngapain cari yang lain." Ucap Al,tersenyum manis.
"Cangkem mu..." Ucap Aurine sembari merotasikan bola matanya malas.
"Gue tau tempat yang bagus dimana,gue yakin disana jarang ada orang yang kenal kalian."
••••••••••
Setelah 30 menit akhirnya Aurine,Ino,dan Al sampai ke tempat tujuan yang diusulkan oleh Ino.
"Lu yakin disini ga ada orang yang kenal kita?" Tanya Aurine,meragukan.
"Bagian depan doang sederhana,tapi pas lu masuk bagus kok,disini juga ga ada orang yang kenal kita gue jamin."
Tanpa pikir panjang,Aurine segera masuk tanpa disuruh.Al dan Ino pun ikut menyusul Aurine.
"Siang bos..." Ucap seorang waitress.
Aurine yang berdiri tepat di depan waitress tersebut merasa bingung,'bos?siapa bos nya?' begitulah isi hati Aurine.
Setelah sibuk bergulat dengan isi hati dan pikiran,akhirnya Aurine memilih untuk mencari tau siapa yang di panggil dengan sebutan 'bos' itu.
"Siang neng Yuri..." Jawab Ino dengan santai.
"Yuri?Yuri siapa?Ada yang namanya Yuri?Gebetan baru lu?" Pertanyaan tak henti-hentinya keluar dari mulut Aurine.
"Itu yang di depan lu namanya Yuri,dia salah satu pegawai disini." Penjelasan yang di beri oleh Ino dangat singkat.
"Tadi dia bilang 'bos' itu ke siapa?lu Ino?Lu bos di sini?Lu yang punya cafe ini?Lu owner nya?"
"Udah gue bilang,lu masuk aja duluan,ga usah di pikirin."
"Iya iya..." Kali ini Aurine menurut tanpa membantah perkataan Ino.
"Oh iya Yuri tolong anter mereka ya."
"Siap bos." Jawab Yuri tanpa bertanya lagi,seakan tau tempat mana yang di maksud Ino.
Sepeninggalan mereka,Ino melangkahkan kaki ke tempat yang berbeda.
'Althara Naufalino' nama itu sudah terpajang di depan sebuah ruangan,sebagai pertanda bahwa itu adalah nama pemilik ruangan.
Setelah membuka pintu ruangannya,lalu Ino masuk ke dalam.Tidak banyak hal yang ia lakukan,hanya mengecek saja.
Akhirnya Ino pun memutuskan untuk menyusul Aurine dan Al.
"Gimana tempatnya bagus kan?" Tanya Ino sembari berjalan santai menghampiri keduanya.
"Buat apa cari tempat yang bagus kalo ujungnya ga bisa buat kita nyaman?Dan disini tempatnya sederhana tapi bisa buat nyaman." Ucap Aurine dengan tulus.
"Jadi maksud lu cafe gue jelek."
"Gue ga bilang jelek."
"Tapi lu-" Ucapan Ino terjeda
"Rin lu kan anak ipa nih ya,ipa kan belajarnya atom-atom." Ucap Al seakan tau keadaan jika Ino melanjutkan perkataannya.
"Iya terus?."
"Kalo mau buat senyawa pasti dibutuhkan terdiri dari beberapa atom C dan atom H,tapi gue ga peduli mau seberapa banyak atom C dan atom H yang dibutuhkan untuk membuat senyawa."
"Karna itu bukan pelajaran lu,dodol."
"Soalnya yang gue butuhkan cuma 1 atom me dan 1 atom you agar membentuk senyawa us." Al berbicara kepada Aurine sambil menatap matanya lekat.
Hening.
"Al...yang anak ipa bukan Aurine doang tapi gue juga." Ucap Ino asal untuk memecahkan keheningan.
••••••••••
Jangan lupa vote and comment😉
See u bubs♡
Instagram : Helzda_
KAMU SEDANG MEMBACA
DRESS
Teen Fiction[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA‼️] "𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐚𝐮 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐩𝐚𝐤𝐚𝐢 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐤𝐮." "𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐛𝐮𝐧𝐝𝐚 𝐤𝐮 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐞𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧 𝐠𝐚 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐝𝐢𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢𝐧." "𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐧𝐚𝐧𝐠𝐢𝐬 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐲�...