Hold your hand

152 19 10
                                    

•_•




Sorak sorai menggema di lapangan sekolah. Bagaimana tidak? Seorang Jaemin yang notabenya salah satu pangeran sekolah sedang bermain futsal saat ini. Jaemin bisa dibilang jago dalam futsal. Ia sudah berlatih sejak SMP. Dan sering membawa prestasi bagi sekolah.

Namun siapa sangka jika Jaemin adalah siswa yang suka balapan. Setiap malam tertentu, ia akan balapan mobil dengan jaminan mobil tentunya. Maklum sultan, satu mobil tak ada apa apanya baginya. Sangat jarang ia kalah dalam balapan, terakhir kali ia kalah saat tangannya cedera.

"SEMANGAT JAEMIN...."

"JAEMIN SEMANGAT YA..."

Suara teriakan kaum hawa memenuhi lapangan. Jaemin menyugar rambutnya ke belakang, membuat teriakan tadi semakin menggila.

"Astaga rahim gue anget bang."

"Woii cakep banget masa depan gue."

"Enak aja, pacar gue tuh."

"Punya gue itu, jangan halu dong."

"Cihh, cakep dari mananya? Muka kayak pantat panci aja bangga. Sama pantat panci malah bagusan pantat panci. Cakepan juga gue." ucap Jeno sebal karena mendengar teriakan dari para siswi.

Renjun yang ada di sampingnya mendelik kesal. Kesal karena Jeno terlalu percaya diri. Memang sih Jeno ganteng, hanya saja tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi. Membuat Renjun malas menanggapinya.

"Dih dihh, sok sok an tebar pesona. Kayak cakep aja, masih kalah jauh lah sama gue." ucapnya lagi saat melihat Jaemin mengelap keringat di wajah dan lehernya.

Yang mengherankan adalah, walaupun ia sebal dengan Jaemin. Tapi tetap saja ia tak pergi dari lapangan.

"Lo tau hukum karma nggak?" ucap Renjun.

"Karma? Yang sering ada waktu puasa itu ya?"

"Itu kurma bego, lo jangan terlalu bego bego amatlah. Jadi malu gue."

"Ya elahh, gue kan canda doang Njun. Hidup jangan dibawa serius."

"Bodo lah Jen, males gue."

"Heh heh, buruan tadi lo mau ngomong apa? Ada apa dengan karma?"

"Bisa aja Jaemin yang sekarang paling lo benci bisa berubah jadi orang yang paling lo sayang."

"NAJIS YA ANJIR, NGADA NGADA LO." protes Jeno.

"Gue kan cuma peringatin lo doang. Tuh tuh ada Chelsea tuh." tunjuk Renjun pada Chelsea yang baru saja memasuki lapangan sekolah.

"Bentar gue mau nyamperin doi dulu."

Jeno segera pergi menghampiri Chelsea yang sedang duduk di pinggir lapangan.

"Hai Chel, sendiri aja nih?"

"Eh Jeno, iya nih."

"Mau gue temenin nggak?"

"Boleh."

"Eh itu minum buat gue ya?" tanya Jeno setelah melihat sebotol minuman yang dibawa Chelsea.

"Ohh ini buat Jae..." belum selesai Chelsea bicara, tiba tiba saja Jeno mengambil minuman itu.

"Makasih ya, lo perhatian banget deh."

BUGHH

Mendadak sebuah bola menghantam kepala Jeno saat ia hendak meminum minuman itu. Membuat minuman itu jatuh. Kepalanya terasa nyut-nyutan sekarang. Ia segera mencari siapa yang melempar bola itu.

Best Rival | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang