healthy heart?

158 21 17
                                    

JJ

Malam ini waktu Jaemin untuk rebahan terganggu oleh kehadiran makhluk yang mengganggunya. Siapa lagi kalau bukan Haechan, baru saja datang Haechan sudah membuat kericuhan di kamarnya. Haechan bersikeras mengajaknya untuk keluar. Padahal jiwa magernya saat ini sedang menggebu gebu.

"Ayolah nyet, lo mager amat. Ayo kita keluar, kalo bisa ntar nginep rumah gue. Mumpung tadi gue dikasih ijin sama bunda lo"

"Lo mau kemana si? Sumpah gue males chan, ngantuk."

"Yaelahh, besok libur jaem. Main main ajalah, kemana gitu kek. Jangan di kamar mulu lo, kayak perawan."

"Tuh mulut nggak pernah disekolahin?"

"Bodoamat lah, ayokkk. Ntar gue traktir."

"Lo yang nyetir, gue males."

"Iya iya."

Mereka berdua segera keluar dari kamar lalu berpamitan pada Bunda Jaemin.

"Bundaaa, Haechan ajak perawannya bunda keluar dulu ya."

"PALA LO PERAWAN." Jaemin memberikan geplakan manis pada kepala Haechan.

"Aduhh sakit woi, bun liat tuh anak bunda."

"Bang, nggak boleh gitu sama temennya."

"Dia duluan lho bun, ganggu waktu Jaemin."

"Halah, waktu lo mah tidur doang bang." Tiba tiba Jisung menyahut.

"Diem lo sung, gue nggak lagi nyari perkara sama lo ya."

"Udah bang, buruan keluar gih. Kasian Haechan ngajakin dari tadi."

"Wihhh bunda mah terbaik." Ucap Haechan gembira.

Jaemin mendengus kesal, lalu segera salim pada bunda.

"Sebenernya yang anaknya tuh lo apa gue si anj?" kesal Jaemin saat mereka sampai di mobil.

Haechan hanya tertawa.

*****

"Lo ngajak gue keluar cuma mau ke cafe doang?? Are you seriously?"

"Lah lu mau kemana si nyet, tadi gue tanyain katanya terserah."

"Tau ah."

"Eh eh jaem, itu bukannya Jeno ya?" Haechan menunjuk ke arah pojok cafe.

"Ngapain tuh anak disini?" Tanya Jaemin.

"Ya mana gue tau, lo kira gue emaknya. Wait, emaknya kan udah nggak ada. Skip skip."

"Gak jelas."

"Gak lo samperin Jaem?"

"Ngapain??"

"Minta maaf lah, apalagi."

"Tapi chan..."

"Apaan??" Tanya Haechan lalu menyedot minumannya.

"Malu lah anjir."

Byurrr

"Uhuk uhukk, lo ngapain malu njir?"

"Ya iya lah, seorang Jaemin kok minta maaf duluan. Gengsi lah."

"Lo jangan gitu jaem, kasian si Jeno."

Setelah bergelut dengan egonya, akhirnya Jaemin mendatangi meja Jeno.

"Ngapain?" Tanya Jeno dengan wajah datar.

"Gue minta maaf jen, karena kemarin ikut campur urusan keluarga lo. Gue juga minta maaf udah nyinggung tentang mama lo yang bahkan gue nggak tau beliau kayak gimana."

Best Rival | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang