3

23 5 6
                                    

Bara masih shock dengan apa yang ia lihat saat berada di samping sebuah kedai tadi.Bara masih tidak percaya.Dia belum bisa menerima kenyataan itu.Bara berusaha menangkis semua pikiran-pikiran yang datang menghampirinya.Ia berusaha tetap tenang,ia berusaha untuk terus yakin dan percaya.

Semuanya butuh diselesaikan,bukan didiamkan.Segala permasalahan harus dihadapi dengan kepala dingin.Jangan mudah mengambil keputusan.Duduk,dan mulailah berfikir.Pilihlah yang terbaik untuk dirimu.Kita memang tidak boleh egois,tapi kita juga harus adil terhadap diri sendiri.

Detik demi detik berlalu,hujan turun teramat deras menemani seseorang yang gelisah.Arista tak berhenti untuk memikirkan Bara.Bagaimana kondisi Bara saat ini?Arista khawatir jika terjadi sesuatu padanya.

Arista nekat mendatangi rumah Bara.Handphone Bara mati,Arista tidak bisa menghubunginya.Ia menggunakan payung untuk melindungi dirinya dari basah akibat hujan.Arista keluar dari rumahnya,menengok ke kanan dan ke kiri mencari angkutan umum.Tidak ada satupun kendaraan yang berlalu.Arista terpaksa harus berjalan menyusuri jalan di bawah derasnya air hujan.

Arista lelah,kakinya terasa pegal.Ia memutuskan untuk berhenti di suatu minimarket untuk membeli minuman.Setelah itu,Arista meminum minuman yang telah dibelinya.Kemudian,Arista mulai berjalan lagi.Lagi-lagi tak ada angkutan umum yang lewat, pangkalan ojek pun kosong.

Di depan minimarket tempat Arista membeli minuman tadi,ada seseorang yang memperhatikannya.Ia melihat Arista berjalan sendirian di bawah naungan sebuah payung.Ia sebenarnya sedang menunggu hujan reda,tapi ia urungkan niatnya.Ia lalu menghampiri motornya dan mengejar Arista.

Arista menghentikan langkahnya.Ia mendengar suara motor mendekati dirinya.Ia menoleh dan mendapati seseorang sedang menaiki sebuah motor.

"Gavin?" Arista mengenali pemilik motor itu.Ia sering melihat motor itu membawa pemiliknya saat masih kelas 7.

"Mau kemana?"

"Gue mau ke...." Belum selesai Arista menjawab,Gavin lebih dulu memotong kalimatnya.

"Gue anter." Gavin memberikan helm kepada Arista.

"Nggak usah Vin,gue bisa sendiri kok." Arista menolak untuk diantar oleh Gavin.

"Gue maksa." Arista mendongak melihat ke arah Gavin.

"T-tapi...."

"Buruan naik." Gavin menyuruh Arista untuk tetap mau diantarkan olehnya.Gavin tidak tega melihat perempuan yang membutuhkan bantuan.Lagipula ini juga hujan,tidak mungkin jika tidak ada keadaan darurat,Arista berjalan sendirian di tengah derasnya hujan,lagipula sekarang Arista adalah temannya.

"Iya Vin." Akhirnya Arista menerima untuk diantar oleh Gavin.

"Arahin jalannya Ris."

"Oke Vin,hati-hati."

Keduanya membisu,tak ada satupun yang memulai pembicaraan.Mereka berdua akan membicarakan apa.Gavin hanya fokus mengendarai motornya.Arista hanya mengeluarkan suaranya saat ia menunjukkan arah yang harus dilewatinya dengan Gavin.

Saat angin kencang,payung Arista ikut tertiup angin.Walaupun Gavin sudah mengendarai motor dengan pelan,tapi anginnya sangat kencang.Arista tak kuasa menahan payungnya supaya tidak kabur bersama angin.

Akhirnya,mereka sampai tujuan dengan keadaan baik-baik saja.Kemudian,Arista turun dari motor Gavin.

"Ini rumah lo?" Gavin bertanya kepada Arista.

"Bukan,lo mau ikut masuk?" Arista menawarkan untuk masuk ke dalam rumah.

"Nggak." Gavin menolak tawaran Arista.

Crush On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang