Palopomorisme

47 2 0
                                    

   Palopomoromisme, itulah yang dikatakan Raya, adik perempuanku yang baru saja genap 4 tahun bulan kemarin. Dia seringkali mengucapkan kata itu dan hanya dia ucapkan setelah dia melakukan suatu aktifitas, misalnya saat bangun tidur, setelah mandi, sehabis makan, dan 15 menit yang lalu dia mengucapkan kata itu sesaat setelah merapihkan mainannya.

   Palopomorisme, sudah berkali-kali kucari arti dari kata tersebut, tetapi belum juga membuahkan hasil. Sudah pernah kutanyakan juga kepadanya arti atau maksud dari kata tersebut, namun dia tidak pernah menjawabnya atau bahkan langsung kabur begitu saja.

   Palopomorisme, hingga kini diusianya yang hampir menginjak umur 6 tahun, dia masih saja mengatakannya. Kami sekeluarga sudah berusaha semampu kami untuk membiasakan diri mendengar kata tersebut terucap dari mulut Raya, dan merasa kalau itu hanyalah kata acak yang dia ciptakan dan tidak memiliki artian didalamnya.

   Palopomorisme, setidaknya itulah yang aku yakini sampai 2 hari yang lalu. Hari itu semuanya berjalan seperti biasa, Bapak kekantor, Aku membantu Ibu memasak dan merapihkan rumah, dan selanjutnya mengikuti matkul (mata kuliah) di siang hari. Hingga tak terasa waktu sudah berlalu, matahari sudah sepenuhnya terbenam, meninggalkan sisa cahayanya kepada bulan. Jam 9 malam aku baru sampai dirumah, Ibu menyambutku pulang lalu menyuruhku mandi, disofa Bapak sedang menonton berita, semua kelihatan normal sampai aku masuk kekamar mandi dan mendapati Raya sedang bercermin, namun ada keanehan dari aktifitas yang seharusnya wajar itu. 

   Raya diam mematung menatap ke arah cermin, taada tanda – tanda dia berkedip selama aku memperhatikannya. Kusapa dan kuhampiri dia, aku bertanya apa yang sebenernya dia lakukan. Tak ada jawaban. Sampai beberapa detik setelah keheningan itu dimulai, matanya perlahan-lahan bergerak, dia menatapku dari pantulan cermin. Dalam satu tarikan napas dia berkata 'He doesn't want you to know the truth, Palopomorisme' dan beranjak pergi dari sana.

   Sejak saat itu Raya tidak pernah mengucapkannya lagi, Bapak dan Ibu merasa lega karena tidak perlu menghkawatirkan tentang apa yang akan terjadi jika Raya masih mengucapkan kata tersebut saat dia mulai beranjak dewasa. Kini tidak ada lagi yang perlu dipusingkan, tidak perlu lagi menonton setiap acara televisi dan kartun yang sama dengan yang Raya tonton hanya untuk mencari tahu arti dari kata tersebut, tak perlu lagi mencari-cari artikel yang mungkin menyebutkan kata itu. 

   Hidupku kini bebas dari kata tak bermakna itu, mungkin memang seharusnya kata tersebut tidak pernah ada. Meskipun begitu sejak peristiwa di kamar mandi, munculah satu pertanyaan dibenakku, sejak kapan Raya belajar bahasa Inggris dan bisa sangat fasih dalam melafalkannya? Ah, sudahlah biarkan saja, Palopomorisme!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

:O

Gado-Gado CerpenWhere stories live. Discover now