6. Mimpi dan Firasat

7 3 4
                                    

"Jika kau memiliki seribu alasan untuk menangis, maka sisakan satu alasan untuk membuatmu tersenyum."
-Huang Renjun.

Happy Reading!

Jean menautkan kedua alisnya. Mencoba mengingat tempat Ia berada sekarang. Belum terlalu mengingat tempat yang dimaksud, tiba-tiba Jean mendengar suara seseorang yang memanggilnya.

"JEANNIE!"

Deg!

Tubuhnya bergetar, panggilan itu... panggilan sayang Mommanya kepada dirinya! Jean berbalik, memastikan bahwa orang yang berada dibelakangnya dan memanggilnya tadi memang sang Ibu.

Air matanya perlahan menetes. Benar! Itu Mommanya, ah bukan, tapi Momma dan Poppanya! Oh Tuhan! Betapa rindunya Jean kepada kedua orang tuanya itu.

"Mom-Momma? Pop-pa? Ini beneran ka-kalian?" Air matanya sudah mengalir sangat deras sekarang.

Miyoko menghampiri anak gadisnya yang menangis. Mengusap air matanya serta memeluknya.

"Ssstt... iya sayang. Udah ya, anak cantiknya Momma gak boleh nangis." Ucap Miyoko menepuk-nepuk pelan punggung anaknya yang justru membuat isakan Jean semakin kencang.

"Iya ih, masa calon Ratunya Poppa nangis. Sini peluk!" Reggie memeluk istri dan anaknya.

Oh sungguh! Jean sangat-sangat rindu pada mereka. Pelukan hangat mereka membuat tangis bahagia Jean semakin menjadi-jadi.

"Ja-jangan tinggalin Je-jean lagi ya? Jean sayang sama kalian. Jean ma-mau sama Mom-ma sa-sama Poppa, hiks."

Reggie dan Miyoko tidak menjawab, mereka hanya terus memeluk dan mengelus putri semata wayang mereka. Dirasa sudah cukup berpelukan, Miyoko melepas pelukan mereka bertiga. Lantas memberikan sesuatu kepada Jean.

"Sayang, Momma punya hadiah buat kamu."

"Hadiah? Apa itu?"

Miyoko mengambil tangan anaknya, meletakkan sebuah buku bersampul putih. Disampul tersebut tertera judul 'NIHON' dalam huruf Hiragana.

"Nihon? Jepang? Tempat kelahiran Momma dong!"

Miyoko mengangguk, "jaga baik-baik ya? Selalu ingat pelajaran yang dulu Momma ajarin."

"Kami selalu menyayangimu, Nak. Kami selalu abadi di hati kamu. Jangan sering bersedih ya? Kalaupun kamu punya seribu alasan untuk menangis, sisakan satu alasan untuk membuatmu tetap tersenyum." Lanjut Reggie seraya mengelus puncak kepala anaknya.

"Iya Pa, Ma. Jean juga sayaaaannnggg banget sama ka---"

DOR!

DOR!

Senyum Jean luntur seketika. Melihat dua peluru menembus jantung kedua orang tuanya dari belakang membuat dunianya seakan runtuh.

"MOMMA! POPPA!" Jean menubruk tubuh kedua orang tuanya yang sudah tak bernyawa dengan darah mengucur deras dari punggung mereka berdua. Tangis meraung-raung milik Jean menggema, menandakan betapa hancurnya hati seorang anak yang ditinggalkan kedua orang tua untuk selamanya. Hancur, adalah satu kata yang pas untuk menggambarkan Jean sekarang. Setelah sekian lama, dia bisa bertemu Momma dan Poppanya lagi. Tetapi kenapa memiliki akhir seperti ini? Dalam pandangannya yang buram karena air mata, Jean sempat melihat sosok seorang lelaki yang telah menjadi pelaku atas perginya Momma dan Poppanya. Tapi tidak melihat wajahnya, hanya tubuh tinggi tegap yang nampak familiar baginya.

Ongaeshi || Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang