5. Teman Baru

5 2 4
                                    

Happy Reading!

Pesawat telah tak berpijak 5 menit yang lalu. Jean menyalakan alat pemutar musik yang dibawanya. Bukan nyanyian atau suara idola yang Ia dengarkan, hanya instrumen-isntrumen yang menenangkan. Jean tidak memiliki idola, dia lebih suka petualangan ketimbang mengagumi orang lain.

"Penerbangannya sekitar dua jam, aku tidur aja kali ya?" Gumam Jean pada dirinya sendiri.

"Tapi masih terlalu awal."

Akhirnya Jean memutuskan untuk melihat-lihat pemandangan. Pemandangan langit malam di sekelilingnya membuatnya merasa tenang. Tidak, dia tidak takut ketinggian. Lantas ia mengedarkan pandangannya kedalam pesawat. Dan Jean baru sadar kalau ternyata disampingnya duduk seorang wanita yang sangat cantik dan rapi dengan setelan formalnya. Tapi sepertinya dia sedang kelelahan. Terlihat dari caranya menghela napas yang sedikit kasar.

Jean terlalu fokus memandangi wanita disampingnya, hingga tak sadar bahwa orang yang Ia pandangi melambaikan tangan pelan di depan wajahnya.

"Hey! Are you looking at me?" (Hey! Apakah kau sedang melihatku?)

Jean mengerjab-ngerjabkan matanya. Oh no! Dirinya terciduk!

"H-hah? O-oh nothing. So-sorry." (H-hah? O-oh tidak ada. Maaf.) Oh Tuhan! Jean ingin menghilang saja rasanya.

"You're funny. No need to be afraid. By the way, whats your name?" (Kau lucu. Tidak perlu takut. Ngomong-ngomong, siapa namamu?) Tanya wanita disampingnya ramah.

"I'm Jean. You?" (Aku Jean. Kau?)

"Actually my name is Na Tae Rae. But most people call me Teresa." (Sebenarnya namaku Na Tae Rae. Tapi kebanyakan orang memanggilku Teresa.)

"How come?" (Kok bisa?)

"My job requires me to go in and out of other countries. Since they have a hard time calling me Tae Rae, they prefer to call me Teresa." (Pekerjaanku mengharuskanku keluar masuk negara lain. Mereka sedikit kesulitan memanggilku Tae Rae, jadi lebih mudah jika memanggilku Teresa.)

"In and out of other countries?! Wow, you must be very smart!" (Keluar masuk negara lain?! Wah, kau sangat cerdas pasti!) Puji Jean pada Tae Rae, oh tidak, Teresa.

"By the way, I think I've heard of the surname 'Na'." (Ngomong-ngomong, kupikir aku pernah mendangar nama marga 'Na') Lanjutnya. Dia merasa pernah mendengar marga itu. Tapi dimana? Apa saat ia bersama Minji? Karena orang disampinya ini sudah pasti orang Korea dan Minji adalah penggemar segalanya tentang Korea.

"'Na Jae Min'? Hahaha, not only you. But most young people I just meet would ask something like 'do you know Na Jae Min?' or something. We did meet a few times, but didn't know each other. We met that too because of my job. Are you one of the fans?" (Na Jae Min? Hahaha, tidak hanya kamu. Tapi kebanyakan orang muda yang kutemui akan menanyakan hal yang serupa seperti 'Apakah kau mengenal Na Jae Min?' Atau semacamnya. Kita pernah bertemu di beberapa waktu, tapi tidak saling mengenal. Kami pun bertemu karena pekerjaanku. Apakah kau salah satu penggemarnya?)

"No, I'm not a K-Popers. I heard the name from my friend. She's a K-Pop addict." (Tidak, aku bukan seorang K-Popers. Aku mendengarnya dari temanku. Dia adalah seorang pecandu K-Pop.)

"Oh, really? What is her name? Who knows I can send her my limited edition photocard. I have a lot of idol photocards but I don't need them." (Oh, benarkah? Siapa namanya? Siapa tau aku bisa memberinya photocard edisi terbatas milikku. Aku mempunya banyak photocard idol tapi aku tidak membutuhkannya.)

"Wow, she must be so happy. But I forgot the address hehe, you can just send it to my house." (Wah, dia pasti akan sangat senang. Tapi aku lupa alamatnya hehe, kau bisa mengirimnya kerumahku saja.)

"Tapi keenakan Minji dapet PC Limited Edition gratis, dari luar negeri pulak." Lanjut Jean dalam hati.

Jean pun memberikan alamat rumahnya di Surabaya. Sebenarnya Ia tau alamat rumah Minji, tetapi teman somplaknya itu suka menginap dirumah kakek dan neneknya. Dirumah Minji juga tidak ada pelayan karena memang ayahnya tidak merekrutnya. Jadi daripada abang kurirnya kaya orang linglung, mending dikirim ke rumah Jean yang notabenenya selalu dirumah saja.

Jean dan Teresa melanjutkan obrolan. Dua perempuan beda usia itu membahas hal-hal random. Dari tujuan mereka ke Jepang hingga perbedaan skincare antarnegara yang pernah Teresa kunjungi. Jean tidak mengira bahwa wanita yang terlihat anggun seperti Teresa memiliki selera humor yang rendah. Dan ternyata, Teresa juga bisa berbahasa Indonesia walaupun sedikit. Jean sangat sangat mengagumi seorang Teresa, bahkan terbesit rasa ingin menjadi seperti dia. Sampai akhirnya Jean merasa kantuknya mulai menyerang.

Teresa yang melihat Jean menahan untuk menguap pun tergelak, "you seem sleepy. It's okay if you want to sleep." (Kau terlihat mengantuk. Tidak apa-apa jika kau ingin tidur. )

"But aren't we going to land soon?" (Tapi bukankah kita akan mendarat sebentar lagi?)

"There's still thirty minutes. Enough to sleep for a while, later when we will land I will wake you up." (Masih ada tiga puluh menit. Cukup untuk tidur sebentar, nanti jika kita akan mendarat aku akan membangunkanmu.) Ucap Teresa sambil melihat arloji di tangannya.

Jean mengangguk, lantas memejamkan matanya yang sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Teresa tersenyum kecil. Berteman dengan Jean sangat menyenangkan. Sudah lama dia tidak berbicara dengan anak remaja. Bercerita hal-hal random seperti tadi membuat pikirannya terasa lebih rileks.

Hening, itu yang Teresa rasakan saat remaja di sampingnya telah tertidur pulas. Duh, jangan sampai Jean ngiler, bisa jatuh imagenya nanti. Cukup Paman Sam yang tau, Teresa jangan.

TBC

 

Ongaeshi || Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang