Selamat membaca
Tidak ada salahnya untuk meninggalkan vote. Terimakasih ^~^
Maaf jika ditemukan beberapa typo, saya hanya manusia. Tempatnya salah hehe :D
{Trouble}
Selamat membacaKelopak mata itu terbuka menampilkan iris indah yang lesu. Bibirnya meringis kecil merasakan sakit ketika ia sedikit bergerak.
"Jangan bergerak, luka nya belum kering."
Sebuah suara berat menarik perhatian nya. Tak jauh dari tilam ia melihat sang komandan terduduk di atas kursi kemudian pria tinggi itu berjalan mendekat, menatap nya lekat dengan wajah khawatir.
"Komandan...kapan anda ke sini?"
"Hanya ada kita berdua, berhenti memanggil ku seperti itu."
(Name) tersenyum kecil sebagai tanggapan. "Maafkan aku Erwin. Kapan kau ke sini?"
"Setelah kau terbujur di atas tanah karena luka tusukan." Erwin menaikan kembali selimut (name) yang hampir terjatuh.
Bukan Levi. Suara kuda yang terakhir ia dengan tadi bukan milik Levi. Lantas kemana pria itu sekarang? Apakah janji itu dilupakan nya?
"Mengapa kau ke sini? Sendirian?"
Maksud hati menanyakan keberadaan ayah Viona, (name) tidak ingin Erwin salah faham dengan nya akan tetapi sang komandan itu mengerti maksud dan tujuan dari pertanyaan nya itu.
"Aku kemari bersama Levi dan Hanji tapi di tengah perjalanan mereka harus mengunjungi keluarga Rall karena ayah nya sakit."
Untuk seseorang yang diberi harapan semu oleh cinta yang tersisa hal ini membuatnya hanya bisa tersenyum miris menyadari bahwa sang harapan masih memprioritaskan orang lain. Atau ia takut perasaan seperti ini hanyalah keegoisan nya karena sang harapan sudah terlalu sering memberikan nya cahaya.
Maka dari itu wanita ber-anak satu itu hanya dapat tertawa renyah mendengar penjelasan sang mantan komandan tanpa berani bersitatap dengan nya.
"Mereka akan ke sini. Terimakasih karena anda sudah datang lebih dulu, Erwin."
Erwin terdiam untuk beberapa saat kemudian mengangguk. "Tidak masalah. Aku memang tidak sabar untuk bertemu dengan putri mu. Apa kau tahu siapa yang menyerang mu tadi?"
(Name) memang tidak mengenali orang-orang yang menyerang nya itu namun ingatan nya cukup kuat untuk mengenali sebuah wajah hanya dalam sekali lihat. Pria bertubuh besar dengan iris bulat kecoklatan serta alis mata kemerahan,warna kulitnya cokelat matang, suara nya besar dan berat namun lantang.
"Seperti nya mereka tukang pukul bayaran." Simpul (name) tanpa menatap Erwin.
Ia sangat yakin jika mereka adalah orang-orang suruhan. Ada yang berniat menyakiti dirinya atau putri nya namun siapa?
Dan mengapa saat ini Levi belum sampai?"Dimana Levi?" (Name) bertanya kembali.
"Mengurusi sesuatu." jawab Erwin dengan senyum ramah.
🌺🌺🌺🌺🌺
Kening itu berkerut dalam setelah Levi menyelesaikan kalimatnya. Suara nya berdekhem kecil namun cukup untuk memecahkan keheningan canggung. Seraya melipat tangan di depan dada, ayah Petra itu menatap Levi dengan tatapan tidak suka.
Tentu saja, bagaimana tidak? Levi mengucapkan kalimat yang tidak disukai seorang ayah yang dituju kepada putri kesayangan nya.
"Padahal jika kau merasa terpaksa di awal kau bisa menolak pertunangan ini." Tuan Rall berucap seramah mungkin walau Levi tahu ada kebohongan di sana.
"Dia tidak bisa menolak karena rasa hormat nya terhadap komandan." Jelas Hanji yang ikut menimpali percakapan.
Seorang gadis bersurai karamel datang dengan beberapa cangkir dan teko berisi teh. Dengan anggun ia memberikan orang-orang yang tengah berbicara di ruang tamu itu minum sekaligus menghilangkan rasa canggung.
"Tanpa gula?" Petra bertanya pada Levi untuk memastikan.
"Ya."
Setelah ia selesai mengisi cangkir dengan teh, gadis itu hendak pergi akan tetapi sang ayah menahan nya untuk ikut ke dalam pembicaraan serius tersebut.
"Duduk saja, topik ini tentang mu."
Petra nyaris menahan nafas melihat ekspresi Levi akan tetapi ia tak dapat menolak, maka dari itu kini ia terduduk di samping sang ayah dengan sedikit kikuk.
"Kapten saya dengar anda menolak karena seorang wanita dari masa lalu anda datang? Wanita itu kabarnya memiliki anak dari mu, apa itu benar?"
Mata elang nya mendelik tajam. Levi meletakan cangkir ke atas meja dan ia mulai kembali berbicara dengan serius namun tetap ramah.
Ramah? Untuk seorang Levi sangatlah sulit namun ini adalah saran si kacamata pintar itu agar tidak ada kesalah faham antar dua pihak, katanya.
"Kalau soal alasan saya membatalkan pertunangan itu karena seorang wanita maaf anda sepertinya sudah salah faham ...," Levi melirik ke arah Petra, memastikan ekspresi yang ditunjukan gadis itu saat ini
"... Anda tahu sendiri rasanya jika putri anda menikah dengan seseorang yang jelas tidak mencintainya." Lanjut Levi.
"Tapi cinta itu bisa tumbuh setelah menikah."
"Itu bukanlah cinta, namun sebuah keterpaksaan yang harus wajib dihadirkan. Saya tidak ingin saya atau putri anda memaksakan diri untuk mempertahankan sebuah pernikahan."
Petra mengepalkan kedua tangan di atas paha nya dengan erat, pandangan nya sedikit menunduk.
"Kau bijak juga untuk ukuran pria dewasa. Lalu dengan wanita beranak itu bagaimana? Ku dengar dia sudah berhenti dari survey corps?"
"Itu benar. Dia terlalu sibuk mengurusi putri nya."
"Seorang putri ya..kau pasti juga akan memahami perasaan ku sebagai seorang ayah yang melihat putrinya jatuh cinta. Sesakit apa perasaan seorang ayah melihat putrinya berjuang akan cintanya."
"Ayah cukup. Aku juga tidak ingin memaksakan kapten jika dia tidak bisa." Kali ini Petra mulai bersuara. Ekspresinya sedikit tertekan sejauh yang Levi tangkap.
"Sepertinya pembicaraan kita sampai di sini saja, saya harap anda mengerti Tuan Rall."
Levi serta Hanji berdiri. Mereka memberikan salam pamit lalu berjalan pergi meninggalkan kediaman Rall, begitupun Petra yang ikut mengantarkan kepergian mereka.
Setelah ruang tamu itu pergi, tuan Rall memanggil seseorang kemudian berbisik padanya.
"Pastikan kau menjalankan rencana ini dengan baik. Buat wanita jalang itu putus asa."
Orang itu mengangguk lalu pergi melalui pintu lain.
09/09/2021
Bersambung
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
You. What Your Name? ||Levi X Reader [END] ✓
RomanceIngin menyerah namun masih memendam rasa. Dirinya tak akan pernah menyadari seberapa besar rasa cintanya ini. Disudutkan oleh berbagai pilihan membuat batin nya menjerit. Dari aku yang menyukai kekasih mu