3. voyeurism - semi public sex

1.5K 82 8
                                    

"Kacchann, jangan dimainin terus." bisik Izuku pada Katsuki yang berjalan di sebelahnya.

"Apa? Minta dinaikin?" balas Katsuki dengan seringai piciknya. Kekasihnya ini memang suka melihat Izuku menderita.

Setelah mengetahui lebih dalam mengenai kinks Katsuki, Izuku mulai berani untuk mencoba hal-hal lain yang ia rasa lebih ekstrem. Semua ini ia lakukan demi menyenangkan kekasihnya, kasihan juga sih saat mengetahui bahwa selama ini Katsuki menahan semua kesangeannya. Pantas saja Katsuki gampang sensi.

Alhasil, disinilah mereka, melakukan patrolling sebagaimana biasa pro hero lakukan. Salah. Yang mereka lakukan ini jauh dari kata biasa. Jika kau berpapasan dengan mereka, pasti kau akan bilang "Wah, Dynamight protektif sekali ya saat patrolling bersama Deku."

Ya memang sih dari luar tampak normal saja. Tapi masalahnya, sebelum berpatroli, Katsuki sudah memasukkan sebuah vibrator pada lubang Izuku. Ditambah dengan cock ring yang bertengger nyaman di penis Izuku seolah nyaman bersemayam di habitat barunya.

Frustasi? Pasti. Sange dan butuh pelampiasan? Tentu saja tak bisa. Ingin rasanya Izuku menyamplak kepala Katsuki hingga ia pingsan dan menggunakan batangnya itu bak sex toy yang tak bernyawa. Ah, mungkin lain kali.

"Deku~ kenapa lo ngumpet di belakang gue terus? Kalo ada villain gimana sayang?"

"Maluu.." jawab Izuku pelan.

"Sini ikut gue."

Belum sempat Izuku menjawab, tangan kanannya sudah ditarik oleh Katsuki menuju sebuah taman yang sepi pengunjung, hanya ada burung-burung kecil saja yang berkeliaran. Mereka berhenti di belakang pohon yang cukup rindang.

Tidak, tidak, tidak. Tak mungkin Katsuki ingin melakukannya di sini kan?

"Kacchann, ngapain ke sini?"

"Katanya tadi lo malu, ya udah gue bawa ke sini."

"Ta-tapi kan kita lagi patroli.."

"Hush, ga ada yang tau."

Katsuki mendorong tubuh Izuku, menguncinya di antara kungkungan kedua tangannya. Pohon rindang yang tak bersalah itu menjadi saksi sekaligus pembatas kegiatan erotis mereka dengan dunia.

Untung saja Izuku tak bertambah tinggi sejak SMA, sehingga badannya nyaris tertutup sempurna dengan adanya Katsuki dan pohon tadi.

Katsuki menaikkan frekuensi vibrator tersebut dengan aplikasi di ponselnya. Menetapkannya pada setting tertinggi yang ada, astaga Izuku bisa lemas kalau begini terus.

"Hmmhh Kacchann-" desahan Izuku menjadi pertanda baik bagi Katsuki.

Katsuki menaikkan kedua kaki Izuku, meletakkan tubuh bagian bawah Izuku yang montoknya bukan main itu pada pinggangnya. Suara Izuku makin melengking, ia sudah sangat dekat dengan orgasmenya. Namun apa daya, Katsuki masih tak mau melepaskan cock ringnya.

"AAhh.. please Kacchann.."

"Please what?"

"Dimasukin kamuuh-"

Pandangan Izuku kabur, ia hanya bisa menikmati sensasi bergetar di prostatnya. Ditambah dengan panggul Katsuki yang maju-mundur seolah sedang menggagahi dirinya. Ritsleting kostum pahlawan Izuku diturunkan Katsuki, menampakkan kulit penuh peluh dibaliknya. Ujung penisnya merah padam, menanti kepuasan yang tak kunjung datang.

Katsuki meremas bokongnya, membuat vibrator tadi makin masuk dalam analnya. Tak ada ruang bagi prostatnya tuk bersembunyi.

"Kacchann.. Kacchahhh.." Izuku hanya bisa merepetisi nama kekasihnya, sensasi di pantatnya membuat ia lupa bahwa mereka sedang berada di mata publik.

Nafsunya sudah berada di puncak, ereksinya menegang. Badan Izuku mengejang hebat, bergetar tak ada habisnya. Ia klimaks tanpa mengeluarkan air maninya.

Seksi.

Hanya itu yang ada di pikiran Katsuki. Kekasih mungilnya itu ambruk di pelukannya. Lidahnya menjuntai, bibir ranumnya bengkak dan dipenuhi saliva.

Katsuki ingin membuatnya lebih berantakan.

Ia menurunkan Izuku, membiarkannya bersender tanpa tenaga di pohon. Katsuki mengeluarkan batangnya,

"Zuku, gue belum klimaks. Sepong gue dulu, okay?"

"Mmokay Kacchan."


haloo, terima kasih udah baca! cerita ini masih ada 3 part lagi ya. bisa dibaca tanpa berurutan >.<

desires - bakudeku smutshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang