3

3 2 0
                                    

Seakan menaiki mesin waktu, ku melihatnya kembali dengan senyum yang sama dan kepribadian yang sama. Apakah Tuhan telah menggantikan dia dalam sosok lain?

~~~~~~

Mentari dan langit pun kini sedang mengitari sekolah mereka itu, tak ada pembicaraan lain selain suara Langit yang terus menjelaskan setiap sudut dari sekolahnya.

Mentari sedari tadi hanya diam saja, karena ia tidak terlalu fokus dengan apa yang sedang dijelaskan oleh Langit. Sedari tadi ia sudah tidak nyaman, karena banyaknya pasang mata yang melihat nyinyir kepadanya, ada pula beberapa Kaka kelas wanita yang sampai mencaci Mentari karena ia sedang berjalan berdua dengan Langit.

"Emmm, dan di sana itu ada ruang guru. Nah kamu udah paham belum?" Tanya Langit yang tiba-tiba membuyarkan pikiran Mentari

"Emm ahh i-iya ka a-ku paham ko ka" ucap Mentari gugup

" Yaudah, mumpung masih jam istirahat mending kita ke kantin aja yu" ajak Mentari

" A-a ga usah ka" jawab Mentari

" Kenapa?" Tanya Langit yang hanya dijawab oleh tunjukan jari Mentari kebeberapa Kaka kelas wanita yang sedang memelototi Mentari,lalu berpaling saat Langit mengikuti arah tunjukan tangan Mentari.

" Ohhh itu,udah cuekin aja. Yaudah yu ke kantin" ajak Langit yang kali ini diterima oleh Mentari.

Langit dan Mentari pun kini sedang menuju ke kantin, jujur saja Mentari tetap merasa tidak nyaman ketika banyak pasang mata yang menatap dirinya, walaupun Langit telah memberitahukan kepada Mentari untuk mengabaikan mereka tetapi Mentari tetap tidak nyaman.

Kini langit dan Mentari telah sampai di kantin, dan benar saja di sana semakin banyak yang melihat ke arah Mentari, rasanya kini Mentari ingin melarikan diri ke rumahnya lalu tidur di kasur kesayangannya saja.

" Mau makan apa?" tanya Langit

" Emmm...."

" Woyyy Lang, sape ni? Tumben-tumbenan gunung es bawa cewe cakep biasanya yang lu bawa buku mula dah" ucap seorang pria yang merupakan teman Langit

" Bukan urusan lu" ucap Langit cuek lalu menarik tangan Mentari ke salah satu meja

" Lu mau mie ayam? Gua pesenin dulu" tawar Langit yang hanya di jawab anggukan kepala Mentari

Tetapi saat Langit sedang memesan makanan, datang 4 orang wanita yang termasuk wanita populer sekolahnya.

" Hehhh bocil, lu siapanya Langit hah? Bisa-bisanya lu bisa jalan bareng pacar gua" ucap salah satu wanita itu

" Emm...maaf ka, ka Langit cuma nganterin aku buat perkenalan sekolah doang ko" ucap Mentari, jujur saja ia ini merasa takut

" Alahhh ga usah alesan deh lo, mana ada ketos yang ngaterin murid baru buat perkenalan sekolah kalo ga ada hubungan" ucapnya lagi

"B-beneran ka, aku ga ada apa-apa ko sama ka Langit" bela Mentari

" Alahhh ga usah bohong deh lo, kalo hidup lo di sekolah ini mau aman mending lo ga usah macem-macem sama Bianka" ucap teman wanita tadi yang mengaku pacarnya Langit

" B-beneran ka, aku ga ada hubungan..."

Plakkkk....

Ucapan Mentari barusan terpotong dengan tamparan keras dari Bianka.

Kini air mata Mentari telah metes keluar tanpa henti, apalagi kini seluruh isi kantin sedang menatap ke arah Mentari, ada yang menatap iba ada pula yang menatap penuh bahagia. Rasanya kini Mentari ingin sekali pulang ke rumahnya, namun ia tidak bisa. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Mentari selain menangis karena terkejut. Hingga datanglah seorang pria yang menghampiri mereka.

" BI, lu itu ngapain si buat onar mulu" ucap pria itu

" Ga gitu sayang, a-aku bisa jelasin" ucap Bianka

" Heh lonte, sejak kapan gua sama lu pacaran hah? Dan lagi apa hak lu nampar Mentari?" Yaaa benar pria itu ternyata Langit.

" Ko kamu gitu si Lang?" ucap Bianka

" Ga usah lu ganggu hidup gua lagi, mending lu urusin aja tu akhlak lu yang lu gadein di pegadaian kemaren " ucap Langit

Langit pun menarik tangan Mentari untuk keluar dari kantin meninggal Bianka dan teman-teman yang kini wajahnya sudah memerah menahan amarahnya, yang lagi-lagi mengundang perhatian banyak orang.

Di sepanjang jalan, Mentari tetap menangis sembari mengikuti arah kaki Langit yang entah akan dibawa kemana.

" Lu duduk disini, bentar tunggu gua ambil obat dulu" ucap Langit menyuruh duduk disebuah bangku yang ternyata kini mereka telah sampai di UKS namun di sana tidak ada petugas satu pun

" Lu bego apa gemana si? Ada orang yang nampar lu, tapi lu malah diem aja ga ngelawan sama sekali" ucap Langit yang ternyata masih geram dengan kelakuan Bianka

" A-a aku salah apa ka?" Ucap Mentari yang sesegukan

" Hufftt, lu ga salah apa-apa. Ini semua salah gua yang dari awal kurang tegas sama Bianka" ucap Langit sambil meneteskan obat merah di atas kapas.

Ternyata dari tadi, ada darah yang keluar dari sudut bibir Mentari yang tidak disadari olehnya, akibat tamparan Bianka. Dan kini Langit pun sedang membersihkan sisa darah itu.

" A-aww M-maaf ka" ucap Mentari sambil menahan sakit yang menyerang sudut bibirnya

" Bukan salah lu ko, seharusnya gua yang minta maaf sama lu, karena gara-gara gua hari pertama lu di sekolah ini jadi berantakan gini. Udah lupain aja semua itu. " Ucap Langit

" Dahh ini udah selesai, lu bisa balik ke kelas sendiri kan?" Tanya Langit yang dijawab oleh anggukan kepala Mentari

" Yaudah gua tinggal ya, ada beberapa urusan yang mesti gua urusin dulu, byee" ucap Langit

" Iya ka, makasih" ucap Mentari

Setelah Langit keluar dari UKS duluan, Mentari kemudian membersihkan muka dan bujunya yang sedari tadi berantakan. Setelah dirasa perasaannya telah membaik, Mentari kemudian meninggalkan UKS menuju kelasnya. Sepanjang jalan banyak pasang mata yang melihat kearahnya apalagi saat ia tiba di kelasnya, ia menerima banyak pertanyaan dari teman-teman barunya apalagi dari Tyara, Alma dan Caca.

_____________________________

Okkkk guys maapkan kalo ada beberapa kata yang ga pake filter....hehehe maafkan yaaaaw.

Okkk makasiiii buat dukungannya, jangan lupa jaga kesehatan ya guys... Jangan lupa vote dan koment jugaaa

See you next time 🙋

MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang