Tentang Aku

91 8 0
                                    

               Namaku Nazhifah Zukhrufa. Aku biasa dipanggil Nazhifah atau Az Zukhruf. Az Zukhruf hanya pernah dipanggil oleh satu orang, dulu. Aku lahir di Medan. Nama Ayahku Muhammad Amir Khalid dan Ibuku Shafiyah Muizzy. Aku merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Aku memiliki 2 kakak laki-lakiku bernama Ihsanul Jihad dan Rahman Rasyid.

               Ayahku seorang direktur utama, pemilik salah satu perusahaan yang berada di Medan. Sementara Ibu, pernah sempat menjadi seorang guru di salah satu sekolah swasta di Medan. Tetapi, semenjak aku lahir, Ibu berhenti bekerja dan memilih menjadi ibu yang baik dan memfokuskan diri untuk mengurus anak-anak serta suaminya.

              Sementara ini, Kak Ihsan diangkat sebagai Manajer di perusahaan Ayah dan Kak Rahman menjadi guru di salah satu sekolah ternama di Mesir setelah kelulusannya dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Kak Ihsan mengakhiri masa lajangnya di usia dua puluh tiga dan Kak Rahman mengakhiri masa lajangnya lebih cepat yaitu umur dua puluh satu. Saat ini Kak Ihsan berusia dua puluh enam, Kak Raihan berusia dua puluh empat, dan aku berusia dua puluh dua tahun. 

               Aku bekerja sebagai sekretaris di perusahan senior Ayah sewaktu kuliah dulu, yaitu Om Hafiz. Aneh, bukan? Ayahku memiliki perusahaan sendiri, kenapa aku tidak bekerja di perusahaan Ayah? Alasannya cuma satu. Agar aku mandiri dan tidak selalu bergantung kepada Ayah. Kemudian, di umurku yang dua puluh dua tahun ini, aku merasa aku sudah terlalu lama sendiri. Padahal kakak kelasku di kampus saja banyak yang belum menikah. Ya, cita-citaku menikah muda, tapi pikirku kalau di usia segini, apa masih di katakan nikah muda? karena menurut Aku nikah muda hanya berjangka waktu ketika kita masih kuliah saja.

***

"NAZHIFAH!! NAZHIFAH.....!" Teriak Ibu dengan suara keras sambil menggedor-gedor pintu kamaku sampai aku terbangun dari mimpiku. Dengan ramut yang kusut dan langkah yang malas aku membuka pintu.

"Iya, Bu? Kenapa?" ucapku sambil menguap.

"Astaghfirullah, Nazhifah. Kamu  Nggak kerja? Ka.. Kamu ini gimana? Katanya mau menikah, tapi kenapa malas seperti ini? Mck," decak Ibu kesal dan langsung menarik tanganku keluar kamar. 

"Cepat mandi, kerja! Kalau kamu telat terus, lalu dipecat gimana? Ya Allah Nazhifah," Ibu terus merepetiku dari mulai keluar kamar sampai hingga depan kamar mandi. Memang, keluargaku selalu menghkhawatirkan akan kemalasanku dan kekecorobohanku. Aku memang suka sekali tidur setelah salat subuh. Apalagi malamnya harus lembur, aku pasti akan tidur lagi setelah subuh. Setelah sampai pas di depan kamar mandi, aku tidak langsung ke kamar mandi, aku termenung memikirkan mimpiku yang sangat indah. Ketika aku bertemu kepada seseorang yang meneduhkan hati paras dan senyumnya di dalam mimpi, tiba-tiba wajah Kak Azhar muncul di kepalaku. Aku langsung meggaruk rambutku kasar. 

"Astaghfirullah, sial. Azhar lagi Azhar lagi. Dasar," Aku mendobrak kesal pintu kamar mandi. Untuk apa aku mengingat Azhar, orang yang tidak bisa memilih dan tegas atas perasaannya sendiri, hmm.

               "Wih, ada selai cokelat hari ini. Suka sekali," Aku langsung mengambil dua potong roti dan selai cokelat kesukaanku itu. Tanpa ragu aku pun ingin langsung melahap roti yang sudah berada di tanganku. Tiba-tiba Ibu mencubit tanganku.

"Nazhifah, bacalah bismillah dulu. Kamu sudah besar, Nak. Ya Allah," tegur Ibu yang sedag memegang roti juga. Sementara Ayah hanya tersenyum sambil mengunyah rotinya melihat kami berdua.

"Em, Nazhifah, nanti malam kamu nggak ada agenda apa-apa, kan?" tanya Ayah kepadaku.

"Nggak ada, Yah. Kenapa, Yah?" jawabku sambil menjilat sisa-sisa cokelat yang ada di tanganku.

"Om Hafiz mengundang kita semua untuk makan malam di rumahnya," ucap Ayah santai.

"Kita semua? Kak Ihsan Ikut, Yah?" 

Az ZukhrufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang