Ternyata Alvin?

32 0 0
                                    

              Perlahan aku membuka mataku. Aku mendengar suara gorden terbuka. Entahlah siapa yang membukanya. Aku dapat merasakan sinar matahari yang masuk ke dalam kamarku. Aku terbangun dari tidurku. Ternyata Mbak Klara yang masuk ke kamarku dan membuka gorden.

"Mbak Kla," ucapku senang sambil memeluknya.

               Mbak Klara melepaskan pelukanku, kemudian melihat penampilanku dari atas sampai bawah. Setelah itu Mbak Klara terkekeh pelan.

"Mbak, Kla, kenapa tertawa? Ada yang aneh, ya, dengan penampilan Nazhifah hari ini?" ucapku kesal.

"Lihat deh, Nazh, wajah kamu kusut sekali. Mata yang sembap, rambut yang berantakan. Hmm, Mbak tahu. Kamu habis menangis semalam, ya?"

               Aku tidak menjawab pertanyaan dari Mbak Klara. Yang aku lakukan, aku langsung pergi menuju cermin dan aku sangat terkejut melihat penampilanku. Aku lari menuju Mbak Klara.

"Nggak! Ini bukan Nazhifah, Mbak. Mana mungkin Nazhifah sejelek ini," kataku yang memegang rambutku yang sangat kusut.

"Nazhifah, kamu cepat sana siap-siap. Kamu hari ini kerja kan?" tanya Mbak Klara.

"Iya. Sekarang jam berapa, Mbak?"

"Sekarang sudah jam tujuh lewat," jawab Mbak Klara yang tengah duduk di sofa yang berada di kamarku.

"Hmm, malas, ah. Aku nggak mau ketemu Pak Azhar," kataku dan aku menghampiri Mbak Klara dan duduk di sampingnya.

"Oh, ya. Mbak ke sini kapan?"

"Mbak ke sini tadi pagi, sekalian mengantarkan baju Mas Ihsan. Kan Mas Ihsan nginap di sini tadi malam," jelasnya.

             Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Ternyata Kak Ihsan yang membukanya dan membawa si kecil Zain. Terdengar si kecil Zain memanggil bundanya. Aku segera menghampiri keponakanku dan ingin menggendongnya. Tetapi hal yang lain ku dapati. Zain merengek sejadi-jadinya. Aku juga heran. Biasanya aku dan Zain akrab sekali.

"Lho, sayang.. Kamu kenapa?" tanyaku pada Zain.

"Anteu, anteu bukan anteu-nya Zain. Anteu Nacifah antik. Kalau anteu jelek, kaya monstel. Zain atut."

Aku memberikan Zain kepada Mbak Klara. "Hahaha," Kak Ihsan yang mendengarkan perkataan putranya itu pun tertawa keras membuatku kesal.

"Sayang, kita keluar saja, yuk, takut monsternya nanti ngamuk, terus gigit kita. Ihh, serem," ucap Kak Ihsan meledekku.

          Aku langsung menepuk bahu Kak Ihsan karena kesal. Kemudian Kak Ihsan dan Zain segera keluar dari kamaku dan dikuti Mbak Klara.

***

               Usai mandi pun aku terus berpakaian yang rapi. Aku turun tangga menuju ke ruang makan untuk sarapan pagi. Hari ini aku mengenakan gamis, bukan baju kantor. Untungnya Ayah sudah berangkat ke kantornya pagi-pagi, kak Ihsan juga baru saja pulang dengan Mbak Klara, dan Zain. Kini tinggal aku dan Ibu beserta Bi Ida, asisten rumah tangga.

                Aku duduk di ruang makan, Aku menyendokkan nasi serta lauk-paunya, kemudian memakannya dengan khidmat. Ibu tiba-tiba muncul menghampiriku.

"Nazhifah, kamu kok masih di sini?" tanya Ibu.

Nazhifah malas ke kantor, Bu. Nazhifah mau di rumah saja," kataku setelah meminum habis air di gelas. Kemudian mengelap mulutku dengan tisu dan beranjak pergi. 

Az ZukhrufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang