Ternyata Dia?

35 4 0
                                    

               Aku dan keluargaku masih berada di rumah Om Hafiz. Namun perasaanku awal pergi dan detik ini sangatlah berbeda. Aku terus menerka-nerka, siapakah orang yang ingin dijodohkan denganku ini? Kami saling fokus pada makanan hingga selesai, tak kunjung aku lihat seorang pria selain, Om Hafiz, Kak Ihsan dan Ayah. Aku penasaran, siapakah Karim itu?

"Alhamdulillah," ujar Om Hafiz sambil membersihkan mulutnya dengan sebuah tisu.

"Pak, dari tadi saya nggak melihat Karim. Karim di mana, ya?" tanya Ayahku dengan Om Hafiz.

"Em, ini yang mau saya katakan," suasana mulai serius. Tiba-tiba saja ponselku bergetar, ada yang mengirimkanku pesan. Siapa lagi kalau bukan Kakakku, Kak Rahman.

Kak Rahman: Ayo coba tebak, Kakak sedang bersama siapa?

Kak Rahman mengirimkan sebuah foto. Tampak disitu ada laki-laki yang menngendong Nuwaira, anaknya Kak Rahman. Aku pun segera membalasnya.

N: Kak, itu siapa yang menggendong Nuwaira? Nazhifah nggak liat Kak Hezya. Kemana dia?

Kak Rahman: Masa sih Nazhifah ngga kenal? Coba ingat-ingat lagi.

N: What? Nazhifah memang ngga kenal. Gimana, dong? Memangnya dia siapa?

Kak Rahman: Wow.. Memangnya Ibu dan Ayah tidak memberitahunya?

N: Memberitahu apa, Kak?

Kak Rahman: Perjdohanmu dengan laki-laki yang menggendong Nuwaira.

N: Oh, ini Nazhifah lagi di rumah Om Hafiz. Ya, Nazhifah sudah tau, tapi Nazhifah tau sendiri

N: A.. apa?

N: Itu Karim?

N: Kalau iya, tolong fotokan dengan jelas, Kak. 

Kak Rahman: Sudah dulu, ya. Kakak mau pulang ke rumah.

Ku perhatikan kembali foto yang dikirim Kak Rahman kepadaku. Rasanya mirip Kak Azhar. Aneh sekali memang. Belakangan ini aku malah lebih sering merasa rindu kepada Kak Azhar. Tapi mana mungkin ini Kak Azhar. Memang sih, Kak Azhar sekarang berada di Kairo, tapi mana mungkin dia kenal dengan Kakakku.

                "Begini, Kahlid. Karim belum bisa pulang ke Medan, tapi sudah di Indonesia lantaran dia ada tugas mendadak. Insya Allah besok dia akan sampai untuk menemui Nazhifah," ujar Om Hafiz.

"Ah tidak apa-apa, Pak Hafiz. Itu bukanlah suatu masalah," balas Ayahku ramah dan santai. Sambil mengambil teh yang berada di sebelah kanan Ayah. Aku pun ikut menikmati perbincangan santai ini. Jantungku sudah mulai reda karena Karim tidak ada di sini. Aku pun dengan cepatnya mengambil roti dan selai cokelat yang ada di meja makan.

"Iya, kemungkinan juga besok Karim akan masuk kantor, karena semua sudah dipersiapkan untuk pelantikannya esok," timpal Tante Maryam.

Aku seketika berhenti mengunyah roti yang ada di dalam mulutku dan menatap ke arah Tante Maryam. Kantor? Kantor mana yang di maksud tante Maryam? Padahal tadi aku hampir saja tau wajahnya Karim.

"Khalid, bagaimana dengan Nazhifah sendiri? Apakah Nazhifah bersedia untuk dijodohkan dengan Karim?" tanya Om Hafiz kepada Ayahku.

Az ZukhrufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang