Maksud Kedatangan Azhar

26 1 0
                                    

                Saat ini semua tugas-tugasku sudah selesai. Aku segera membawa tugas-tugasku ke ruangan Pak Azhar untuk meminta tanda tangannya. Aku mengetuk pintu ruangannya terlebih dahulu. Kemudian aku diminta untuk masuk dan duduk.

"Maaf, Pak, mohon tanda tangani berkas-berkas ini," Aku memberikan beberapa berkas kepada Pak Azhar. Tanpa menunggu lama, Pak Azhar menandatangani semua berkas yang sudah aku kerjakan. 

"Baik, terima kasih, Pak. Kalau begitu saya pamit keluar," Aku langsung membawa berkas-berkas itu kembali dan melangkah keluar. Ketika aku membuka pintu, Pak Azhar memanggilku dan aku langsung menoleh ke arahnya. 

"Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Nanti siang jadwal saya ke mana?"

"Jam satu siang, Bapak ada pertemuan dengan klien di Restoran Zoya."

"Ya sudah, nanti kamu ikut dengan saya. Sekalian ajak Rafika," ucapnya.

"Loh, kenapa ajak Rafika, Pak?" tanyaku.

"Saya tidak mau hanya berdua dengan kamu," jawab Pak Azhar datar.

"Siapa juga yang mau berdua sama situ?" omel hatiku.

"Tapi kan ada Pak Ilham di sana?" tanyaku heran.

"Saya dan Pak Ilham bukan Mahram kamu. Makanya saya suruh kamu ajak Rafika, biar kamu ada temannya," jelasnya.

"Oh, iya nanti akan saya beritahu Rafika. Kalau gitu saya pamit dulu. Permisi, Pak," Aku langsung keluar dari ruangan itu dengan raut wajah kesal. Rasanya sejak Pak Azhar ada di sini aku selalu kesal tak karuan. Aku berjalan dengan menghentakkan kakiku kesal dan "Aww..!" ringisku.

              Aku terjatuh tepat di depan ruangannya. Terdengar suara orang yang sedang tertawa. Siapa lagi kalau bukan Pak Azhar yang sedang mentertawaiku. Aku menatap tajam ke arahnya. Kemudian dia berhenti tertawa dan segera meraih buku yang ada di atas meja dan pura-pura membacanya. Ojak yang melihatku terjatuh langsung menghampiriku.

"Astaghfirullah, Bu. Bu Nazhifah tidak apa-apa?" tanya Ojak.

"Aa.."

"Lain kali tumpahin airnya lebih banyak lagi, ya. Kalau perlu gausah di lap sekalian," jawabku kesal sembari menatap ke arah Pak Azhar. Sebenarnya aku kesal dengan Pak Azhar, tapi malang Ojak yang saat itu sedang menghampiriku menjadi lampiasan kekesalanku.

               Kemudian dengan cepat aku berdiri dan masuk ke ruanganku. Aku duduk diatas kursiku dan mengepalkan tangan mengingat kejadian yang barusan tadi. Baru saja aku menghela nafas panjang, tiba-tiba Ojak mengetuk pintu ruanganku.

"Ada apa, Jak?"

"Anu.. maaf, Bu Nazhifah, karena kesalahan saya Ibu harus menahan akibatnya," Ojak menundukkan kepalanya, meyesali perbuatannya itu.

Aku tertawa. "hahaha, Ojak. Tidak apa-apa. Tadi saya kesal dengan bos kamu itu. Maafkan saya, ya, melampiaskannya ke kamu."

"Jadi, Ibu tidak marah pada saya?" tanyanya lagi memastikan. Aku hanya menggelengkan kepala. Ojak pun tersenyum senang. Aku menjawabnya hanya dengan menggelengkan kepalaku.

"Terima kasih, Bu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."

               Aku mengangguk sambil tersenyum menatapnya. Kemudian Ojak berjalan ke luar ruanganku dan aku kembali memfokuskan pada tugas-tugasku yang ada dihadapanku.

***

              Selesai salat Zuhur berjamaah, Rafika mengajakku pergi ke kantin, dan aku menurutinya. Tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada pesan yang masuk ke nomorku. Ternyata pesan itu dari Pak Azhar.

Az ZukhrufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang