Sepertinya dibanding aku, Kia lebih mengenal sifat keluargaku. Saat aku mengutarakan keinginanku untuk hanya menggelar akad nikah saat pernikahan nanti, kakakku juga saudara dari ibu dan ayahku menentangnya."Apa kata orang kalau cuma akad nikah aja?" ucap kakak laki-lakiku.
"Orang tuh nikah sekali seumur hidup, maunya yang bagus yang mewah. Kamu malah mau akad nikah aja," lanjut tanteku.
"Masa nikahnya sama polisi acaranya biasa aja, malu lah sama tetangga." Ini kata-kata yang paling gong sih, dikatakan oleh kakak iparku, istri dari kakak laki-lakikku yang sejak dulu tidak terlalu aku sukai. Ia memang terkenal tidak mau kalah dan selalu merasa kaya dari tetangga di sekitarnya.
"Memangnya kalau nikah sama polisi harus mewah Mbak Nur?" tanyaku padanya.
"Ya iyalah, polisi kan uangnya banyak."
Oke percuma menjelaskan hal seperti ini kepada mereka, aku akan selalu kalah argumen. Lagi pula kenapa sih pesta pernikahan ini identik dengan apa yang harus dilihat orang, kenapa juga memusingkan omogan tetangga? Toh, tetangga kan tidak ikut membayar semua biaya pernikahan dan juga paling juga cuma sehari dua hari mereka membahasnya, hari-hari berikutnya para tetangga akan mencari mangsa baru untuk menjadi bahan gosip mereka.
Sabar Kanya, ini baru permulaan yang diajak bicara masih sedikit, belum semua anggota keluarga. Untuk mengakhiri perdebatan ini akhirnya aku memilih kembali ke kamar. Cara berpikirku memang berbeda dengan mereka, itu kenapa sering terjadi perdebatan.
Tidak lama kemudian, ibuku masuk ke kamar, beliau duduk di pinggir ranjang, sepertinya ingin menyampaikan sesuatu. "Kalau memang mau akad aja, Ibu nggak masalah," ujar ibuku.
Aku langsung duduk di atas kasur sambil memandang ibu. Benar ya, dalam situasi dan kondisi apapun ibu adalah orang yang selalu berada dipihak kita. "Beneran Bu? Nggak pa-pa?"
Ibuku mengangguk. "Ibu denger ceramah itu memang yang penting akad nikahnya, jadi nggak pa-pa acaranya sederhana aja. Uangnya nanti bisa untuk yang lain, masih banyak perlunya."
Detik itu pun aku langsung memeluk ibuku. "Makasih ya, Bu. Udah ngertiin kemauan Kanya."
"Iya, tinggal sekarang kejelasan kapan acaranya."
Aku langsung melepaskan pelukanku dan memandang wanita yang aku sayangi ini. "Kata Abang lebaran ini mau ngomong ke mamanya, terus abis lebaran langsung ngurus berkas-berkasnya."
"Ya udah kalau begitu bagus, udah ada kepastian."
"Nanti juga Abang mau ngomong sama Ibu. Tapi nanti sih katanya."
Ibuku mengangguk.
"Tapi kakak-kakak gimana, Bu? Kayaknya ngga setuju kalau cuma akad nikah aja," kataku takut.
"Nanti ibu yang bilang."
Aku tersenyum mendengarnya. Ibu memang selalu menjadi persaiku tidak peduli situasi apapun yang sedang aku hadapi, ibu akan selalu berada di pihakku.
*****
Bicara tentang keluarga toxic, sebenarnya keluargaku tidak teralalu parah. Ibuku tipe yang masih bisa diajak berdiskusi tentang sebuah masalah, bukan tipe yang berpikiran tertutup. Kalau ketiga kakakku, satu di antaranya Alhamdulillah sama seperti ibu. Namun yang dua lagi agak susah. Apalagi kakak laki-lakiku dan istrinya, aku tidak tahu sejak kapan Mas Roni berubah menjadi orang yang berpikiran sempit, apa mungkin pengaruh istrinya yang terkenal sebagai ketua geng tukang gosip di kampung ini.
Sangat sulit menjelaskan perkara sesuatu yang menurutnya berbeda dengan orang lain. Tipe yang menganggap suara terbanyak selalu benar. Apalagi berhubungan dengan pernikahan, mereka menginginkan pernikahanku digelar dengan mewah, dalihnya karena aku menikah dengan anggota Polri. Padahal sebenarnya apa sih yang harus dipamerkan? Sejak awal dekat dengan Bang Hilman saja aku tidak pernah memamerkan kalau dia seorang anggota Polri. Walaupun banyak sekali perempuan-perempuan di luar sana yang mengincar pasangan berseragam, bagiku kalau dia bukan Hilman ya aku tidak akan mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending?
ChickLitLanjutan cerita Kanya-Hilman ***** Setelah dilamar dengan cara yang sama sekali tidak romantis dan tak terduga walaupun dengan cincin, nyatanya tidak membuat Kanya merasa yakin dengan keseriusan Hilman. Karena hingga bulan-bulan selanjutnya pun, bel...