Happy Reading ....
-“Karena kamu, aku jadi kehilangan makan malamku.”
🍁🍁🍁
Enam kelas telah dilalui dan ini adalah kelas terakhir yang harus Diandra kunjungi.“ANYEONGG KESELEOO ... SAYA DIANDRA DANENDRA DARI 12 IPA-3 INGIN MEMINTA MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA KEPADA ORANG-ORANG YANG SUDAH SAYA KECEWAKAN. TERUTAMA BU TUT. EH, MAKSUDNYA BU TUTI YANG SEKARANG INI TENGAH MENGHUKUM SAYA KARENA TELAT MASUK PELAJARAN BELIAU. SEKIRANYA KALIAN DAPAT MEMAKLUMI. SEKIAN TERIMA GAJIH.”
Gadis itu membungkuk, memberi hormat kepada seisi kelas 12 IPS-4 yang kini sibuk menertawakan dirinya. Masa bodoh, gadis itu malah menyengir ke arah seorang pemuda yang terlihat tidak peduli dengan kehadirannya di kelas itu.
“Selamat pagi P—“
“Pagiii!” seru seisi kelas 12 IPS-4 dengan wajah menyebalkannya.
“Ih, apaan, sih? Gue ngucapinnya buat Pak Damar, ya! Bukan buat kalian!” Gadis itu mendelik tajam.
Sementara pemuda yang tengah duduk di meja guru hanya memutar kedua bola matanya sembari terpejam kemudian dalam hati dia berkata, ‘Seandainya saya punya jurus menghilang, sudah saya lakukan sedari dulu juga.’
“Udah dihukum, gak tau malu banget lagi pake ngegodain Pak Damar segala. Urat malunya udah putus kali, ya!”
“Hahaha! Emang dia punya urat malu, ya? Kalau punya mungkin dia gak bakal berani kegatelan lagi sama Pak Damar. Tapi ini?”
Pemuda di seberang sana menghela napas berat. Pertengkaran antara murid-muridnya ini pasti akan memakan waktu. Sedangkan jadwal mengajarnya sebentar lagi usai. Benar-benar merepotkan.
“Emang urat malu gue udah putus. Ngapa lo? Mau donor?” tantang Diandra mengangkat sudut bibirnya sebelah. Kedua siswi di depannya ini sungguh membuat Diandra ingin mengsatenya hidup-hidup.
Memang, menyukai orang yang disukai banyak orang adalah hal yang menyusahkan. Akan ada banyak perselisihan yang harus dihadapi dengan extra kesabaran.
“Sudah-sudah! Saya ke sini buat ngajar, ya, bukan buat liatin kalian berantem kayak gini!” lerai Pak Damar memelototi mereka. Dengan sigap, pemuda jangkung itu langsung menarik pergelangan tangan siswi yang selama tiga tahun ini mengganggu dirinya. Membawanya keluar kelas, kemudian meninggalkannya di balik daun pintu. Sebelum pergi, Pak Damar memberikan sorot tajam ke arah Diandra sebagai peringatan.
Namun, gadis itu malah cengar-cengir tidak jelas seraya terus mengelus-elus pergelangan tangannya yang baru saja disentuh oleh sang guru pujaan.
“Aduh, wangi banget sentuhan jodoh gue ....”
Alai memang, tapi mau bagaimana lagi? Kealaian itu sudah mendarah daging dan sulit dimusnahkan. Segera Diandra meninggalkan kelas 12 IPS-4 karena suara menggelegar Bu Tuti sudah kembali menyapa.
Setibanya di kelas, gadis itu mencoba mengatur napas terlebih dahulu sebelum akhirnya Bu Tuti menyuruhnya mengerjakan sesuatu.
“Kapok kamu, hm?” tanya Bu Tuti menunjuk Diandra dengan dagu.
“Sedikit,” gumam Diandra seraya cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebutan Guru Tampan
Ficțiune adolescențiGuru. Digugu dan ditiru. Namun, bagaimana jika diganggu dan dirayu? Seperti siswi SMA ini yang berambisi mendapatkan guru Bahasa Indonesia di sekolahnya. Namun, berita pahit tersebar ketika pria es yang dikaguminya merupakan tunangan sang kakak. Ak...