Part 4

3 4 0
                                    

"Adzila!!" teriak neneknya dari arah kamar. "Sini dulu!"

Adzila langsung bergegas menuju kamarnya sambil berlari. "Iyaa nek?"

"Adikmu belum makan. Nggak punya apa-apa,"

"Uang tadi?"

"Di pake bayar utang Nita." katanya acuh.

Seketika Dzila terdiam. "Semua ...?" Neneknya mengangguk membenarkan. "Emang utangnya berapa?"

"Halah! Udah sekarang kamu ke warung, minta telor seperempat, sama minyak."

"Nek, tapi kan yang kemarin belum bayar."

"Ya terus? Kamu mau adikmu nggak makan?" neneknya mendelik. "Mau dengerin dia nangis seharian?"

Adzila menghembuskan nafas panjang. "Yaudah." katanya pergi dari sana.



"Assalamualaikum." teriaknya setelah samapai di warung.

"Waalaikumsalam." saut tukang warung dari dalam.

Adzila terdiam sebentar. "Engh ... mba, saya mau minta telur seperempat sama minyak. Boleh nggak?"

"Tapi yang kemarin kan belum bayar."

"Nanti kalo udah ada uang di bayar sekalian." ucapnya memelas.

Si tukang warung menghela nafas pelan. "Bentar ya." Lalu pergi dari hadapan Adzila.

Adzila tersenyum tipis. Beberapa menit kemudian si tukang warung kembali dengan sekantong kresek di tangannya. Ia tersenyum tipis. "Nggak papa yang ini nggak usah di itung utang, buat Eki aja."

Wajah Dzila berbinar. "Beneran?"

"Iya. Ini juga ada beras dua kilo, tapi maaf ya telurnya cuma seperempat."

Adzila tersenyum canggung. "Nggak papa mba, makasih banyak ya, ini saya terima."

"Iya sama-sama."

"Kalo gitu saya pamit, assalamu'alaikum." ucapnya pergi dari sana.

Tukang warung tadi mengangguk. "Waalaikumsalam."







"Kak." panggil adik kecilnya kepada Adzila yang sedang duduk melamun.

Adzila segera sadar dari lamunannya. "Hm?"

"Kakak kenapa? Kok belum makan. Tadi aku liat, kakak masak banyak. Tapi kok belum makan?"

"Nggak papa, kakak makan nanti. Kamu makan aja yang banyak biar sehat." jawabnya tersenyum.

Adiknya mengangguk. "Oke deh, kak bunda kapan pulang ya?" tanyanya menatap ke arah Putri.

"Nanti pulang kalo kamu udah besar."

"Yah ... lama. Kemarin aku liat Davi sama mamahnya pergi berenang. Dede juga pengen."

"Nanti ya kalo kakak punya uang."

Adiknya cemberut kesal. "Kapan kakak punya uang?"

"Kalo udah kerja." jawabnya tersenyum tipis.

"Kapan kakak kerja?"

"Kalo udah berhenti sekolah."

"Masih lama ... masa dede berenangnya nungguin kakak kerja si."

"Doain aja, semoga kita punya rezeki biar kamu bisa berenang oke?"

"Iya." jawab adiknya pasrah.

"Eh tapi ... bertenang nggak harus ke sana loh. Kamu juga bisa berenang di bak, mau nggak?"

Wajah adiknya seketika berbinar. "Emang ... bisa?"

Adzila mengangguk cepat. "Bisa, mau nggak?"

"Mau, mauu kak." jawab adiknya antusias.

Me And My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang