"CBOY" • 04

88 19 0
                                    

7.40 pm

Taeyong duduk di atas kasur sembari mengutak atik laptopnya. Ntah apa yang ia lakukan tetapi kelihatan sangat sibuk. Sembari sesekali mengecek handphone nya, ia terus berkutat dengan laptop itu.

"Uh sial, kenapa Renjun memberiku banyak sekali, mana lusa harus sudah selesai. Haish" keluh nya. Ia sendirian karena suaminya, Mingyu belum juga kembali dari bekerja. Taeyong tak peduli akan hal itu, ia sudah menyiapkan makan malam sebelumnya, jadi ia tidak khawatir jika Mingyu pulang sebab makan malam sudah ia siapkan.

Saat ia serius mengerjakan sesuatu di laptop nya, ia mendengar jendela nya di lempar sesuatu hingga retak. Taeyong sedikit terkejut dan juga takut. Siapa malam begini yang meneror nya? Apakah musuhnya? Setau Taeyong, ia tidak memiliki musuh. Atau, musuh Mingyu? Bisa jadi saja. Tetapi, Mingyu tidak pernah aneh aneh. Atau mereka iri dengan pekerjaan Mingyu? Ah itu hanya pikiran Taeyong saja. Melihat sepersekian detik, tak ada teror lagi, ia beranjak lalu menuju jendela dan membukanya. Ia berada di balkon dan mencari sesuatu disana. Ia menemukan sebuah kertas yang didalam nya terdapat batu.

Taeyong mengambilnya lalu membaca isi pesan itu

"Lee Taeyong. Ku tunggu kau berpisah dengan Mingyu. Setelah itu, maka kau akan menjadi milikku. Jika semakin lama kau tidak berpisah dengannya, maka perlahan, akan kubuat Mingyu yang menderita dan perlahan pergi"

Membaca isi pesannya, gigi Taeyong menggeretak. Dilain sisi ia lemah lembut, seperti seorang ibu. Namun disisi lain, ia juga punya jiwa laki laki. Ia tak suka jika keluarga nya di usik seperti ini, terlebih jika menyangkut Mingyu.

Ia mengambil batu yang tadi ia lihat di bawah lalu membungkusnya kembali. Melemparnya ke bawah sembari pandangan nya mencoba mencari seseorang yang melempar tadi, namun tidak ia temukan. Ia sangat kesal karena mungkin ia terlambat memergoki random guy yang mengganggunya tadi. Ia menghela nafas kasar lalu memutuskan untuk kembali saja ke kamar dan melanjutkan pekerjaan nya tadi.

Ia duduk lalu kembali mengetik di laptop nya sambil menggerutu. "Sial, siapa sih yang meneror malam begini? Mana dia mengancam ku harus berpisah dengan Mingyu. Hey siapa dia, punya hak apa dia ingin aku dan Mingyu berpisah? Hello tolong. Ku tau memang hal ini tidak seharusnya terjadi tapi atas dasar perasaan cinta lah yang menyatukan. No, walau tuhan juga menolak dan tentunya aku sudah bersalah sejak awal karena melanggar nya, tapi mungkin memang ini jalan nya bagiku. Ah tidak tahu Tae. Aku tidak mau memikirkan nya".

Ia kembali berkutat dengan laptopnya sampai satu gebrakan pintu berhasil mengalihkan pandangannya.

Brakk-!!

"Aarghhh-!"

Pekikan itu berasal dari suami nya, Mingyu. Taeyong terlonjak kaget ketika ia mendapati Mingyu terkapar di lantai dengan keadaan wajah yang babak belur. Taeyong segera menghampiri Mingyu lalu menolongnya.

"Gyu-! Kau kenapa Gyu?!". Taeyong mengangkat badan Mingyu menuju pelukan nya sekuat tenaga lalu berusaha mengajak Mingyu berinteraksi karena Taeyong melihat Mingyu nampak sedikit parah.

"Gyu, kau mendengar ku? Jawab aku Gyu. Mingyu?! Answer me?! You hear me?? Daddyyy?!". Taeyong panik kala melihat Mingyu memejamkan matanya. Dia, pingsan.

Taeyong dengan sigap menidurkan nya kembali dilantai. Ia mengambil bantal lalu menaruhnya di bawah kepala Mingyu. Ia tidak bisa berpikir karena terlalu panik. Ia takut terjadi apa apa dengan suaminya itu. Taeyong mengambil nafas lalu membuangnya dan berpikir sejenak. Sekarang ia harus mencari cara bagaimana agar Mingyu bisa siuman. Seketika otaknya tidak bekerja seperti dokter.

"Agh, Gyu, kau kenapa?! Aku tidak bisa fokus"

Drrtttt ddrttt . . .

Ia menoleh ke sumber suara. Hp nya bergetar di atas kasur. Ia bisa mendengar nya. Taeyong buru buru mengambilnya lalu mengangkatnya, itu adalah Renjun.

CRAZY because of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang