4 : berpura-pura

103 18 0
                                    

Mannequin mannequin menjadi pemandangan pertama saat Mina membuka mata. Dia tadi tertidur di sebuah meja kerja. Mina mengernyit melihat desain desain pakaian di kertas-kertas yang berserakan di meja.

Dia menggeleng-geleng. Ini bukan ruangannya. Ruangannya bercat lebih gelap dan hampir penuh dengan rak buku, bukan patung-patung mannequin.

Pakaiannya juga bukan pakaian yang terakhir dia pakai. Di cafe. "Kak Nayeon!" pekik Mina baru teringat. Jadi ini yang dimaksud pengirim mesin aneh?

Buru-buru Mina mencari ponselnya. Ternyata ada di antara kertas-kertas berserakan. Hanya saja dia merasa asing setelah membuka ponselnya dengan fingerprint. Pesan baru muncul. Dari Saerom, menyertakan 4 panggilan tak terjawab pula.

Heh. Belum bangun? Begadang ngerjain projek model itu?

Mina tidak kenal Saerom, juga tidak mengerti isi pesannya.

Belum habis rasa herannya, terdengar suara bel di luar rumah. Mau tak mau Mina menyusuri setiap sudut dan ruangan rumah asing ini. Di salah satu sudut ruang tamu, ada sebuah gitar cantik di sana.

Pintu depan akhirnya ditemukan. Mina membuka pintu mesti takut disangka maling sebab ini bukan rumahnya. Tapi ada figura kecil dengan foto keluarganya di dalamnya. Membuat semua hal ini terlihat tidak masuk akal lagi.

"Hai!" Seorang wanita seumuran dengan Mina menyapanya antusias. Matanya bulat, rambut cokelat sebahu dan wajah elok tentu saja. Mina menatapnya bingung.

"Gue ikut nge chill dulu ya di sini. Maaf ganggu lo pagi-pagi. Baru bangun ya lo?" Wanita yang terlihat akrab itu menyelonong masuk. Mina memiringkan kepala dan mengernyit aneh. Tangannya menutup pintu dan menguncinya kembali.

"Kamu. . ." ujar Mina terhenti. Dia tidak tahu harus bicara apa. Satu kata saja memancing salah paham, bisa-bisa dibilang gila. Begitu pikirnya.

'Teman'nya menoleh ke belakang dan mengangkat alis. Mina hanya tersenyum dan menggeleng-geleng. Benar-benar linglung. Temannya terus melangkah sampai ke ruang kerja yang berisi patung patung mannequin. Aneh bukan? Sepertinya wanita ini lebih hapal letak ruangan di rumah itu daripada Mina.

Temannya ini berpakaian rapi dengan rok selutut dan blouse abu. Tak lupa handbag berwarna navy dengan gantungan nama. Eh? Mina menyipitkan mata. Jihyo, itu namanya. Kalau sudah tahu, Mina bisa pura-pura kenal.

Jihyo duduk di sofa ruangan itu lalu bersandar dengan muka kusut. Mina berdeham kaku lalu bertanya, "Nnggg... kenapa, Hyo?"

"Itu loh! Kampus gue kena masalah. Wartawan-wartawan mulai berdatangan tadi pagi. Gue males deh. Apalagi pasti didatengin Hoshi. Tau kan dia? Bawel dan nyebelin minta ampun! Gue numpang dulu bentar di lo. Mau balik lagi ke rumah, tapi jauh hehe." jawabnya dengan berapi-api, lalu terkekeh. Tasnya dia taruh di meja kerja Mina.

Mina mengerjap-ngerjap. Masih bingung tentunya. Jihyo kelihatan akrab dengannya tapi Mina sama sekali tidak pernah mengenal Jihyo. Dia ada di mana pula? Haruskah Mina ceritakan pada Jihyo? Dia terlihat bisa dipercaya dan diandalkan.

•••

"Lo gak apa apa, kan?" tanya SinB ketiga kalinya. Dia dan Dahyun sedang nongkrong di tukang bakso dekat kampus.

Satu tangan Dahyun hanya mengaduk kuah bakso dan lainnya menopang dagu. Tatapannya terus menerawang. Sebenarnya, dia dan SinB sudah terlibat beberapa percakapan selama 3 jam ini. Beruntung Dahyun orang yang ramah dan terbuka. Tapi tetap saja, SinB adalah teman yang baru dikenalinya. Masih banyak pertanyaan di benaknya.

"Hyun? Ada masalah apa sih?" Empat kali.

Dahyun menghela napas, menyeruput kuah bakso masih dengan tatapan kosong.

 trapped - ft. twiceteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang