Bagian 10

147 10 2
                                    

Beberapa hal akan terjadi di luar kendalimu, dan itu bukan masalah besar. Kamu hanya perlu menerima bahwa apa-apa yang sudah terjadi adalah takdirmu dan kamu tidak bisa menentang itu.

Beberapa hal datang bukan karena kamu butuh, tapi memang karena kamu layak. Mungkin kamu tidak menginginkannya, tapi dalam aturan semesta kamu layak untuk menerimanya.

Jika hari ini tak sebaik hari kemarin, maka kamu harus tetap bersyukur. Segala kegagalan, segala kekecewaanmu di hari ini akan menjadi pelajaran di masa mendatang.

Satu hal yang menjadi pengingat, label pemenang hanya untuk yang mau bergerak, karena yang hanya diam sudah jelas adalah pecundang.

Pukul delapan lewat lima menit, pagi hari yang cukup terik. Kala dan Dhika sudah ada di bandara menunggu jam keberangkatan mereka.

Ya, hari ini mereka benar-benar terbang ke Amerika untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Kala tak menceritakan hal yang terjadi semalam pada Dhika, biarlah semua berjalan dengan sebagaimana mestinya.

"Ayo, La," ajak Dhika pada saat melihat Kala melamun.

"Ah, ayo."

"Lo kenapa?"

"I'm okay, I'm really really okay. I feel so excited, setelah sekian lama akhirnya gue bisa samperin ayah ke Amerika," ujarnya disertai senyuman.

"Are you sure?"  tanya Dhika memastikan.

"Yea, of course."

Setelah itu, tidak ada lagi percakapan. Kala hanya menanggapi omongan Dhika dengan anggukan atau gelengan. Tidak, Kala tidak sedang marah atau merajuk, ia hanya sedang tidak ada mood untuk bicara. Di pikirannya kini hanya ada Reynald, ia tidak sabar sekaligus takut, takut akan kemungkinan penolakan yang mungkin saja akan ia dapatkan ketika sampai di sana.

Perjalanan berlangsung lancar, sepanjang perjalanan Kala tak mengeluarkan suaranya. Kala memejamkan matanya agar Dhika mengiranya tidur. Untuk kali ini saja Kala tak ingin berbicara, gadis itu ingin menetralkan pikirannya.

Ketika Dhika lengah, Kala membuka matanya lalu menyumpalkan earphone pada kedua telinganya, lama-lama bosan juga diam tak melakukan apapun.

Kala tidak mendengarkan lagu, ia hanya mendengar sebuah instrumental menenangkan yang biasa gadis itu dengarkan saat dirinya merasa butuh ketenangan.

Gadis itu juga membuat sebuah video singkat di dalam pesawat. Dirinya bukan seorang konten kreator, tapi untuk saat ini Kala sedang ingin mengabadikan momennya, ia tak tahu apakah ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menghampiri Reynald ke Amerika. Kita tak pernah tahu takdir kedepannya seperti apa, Kala hanya berjaga-jaga seandainya nanti ia sudah tidak bisa ke Amerika,  masih ada hal yang dapat ia kenang.

Kala melihat ke samping, terlihat Dhika yang sedang terlelap dengan rambut yang menutupi separuh matanya. Gadis itu merapikan rambut Dhika lalu mengelusnya dengan penuh perasaan.

"Thanks for everything, Dhik. I'm feeling so lucky bisa mengenal lo sejauh ini. I love you more than you know, Dhika," ujarnya pelan.

***

"Lo seenaknya aja rekrut anggota baru, maksud lo apa?"

KalaWhere stories live. Discover now