"Jangan kesana lagi, gue aduin ke nyokap, ya!"
Hoseok hanya terkekeh membaca pesan ancaman dari sahabatnya itu. Kakinya dengan ringan menyusuri jalan setapak pinggir Rumah Sakit, menuju tempat yang kini akan menjadi tempat pelariannya disaat hari yang berat menghampirinya.
Menjadi pasien selama 6 bulan dan menjalani pengobatan yang menyiksa fisik dan psikisnya terkadang membuat lelaki seperempat abad ini ingin menangis. Terkadang dalam diamnya ia meminta kepada semesta untuk segera mengambil nyawanya, namun ternyata tidak semudah itu. Jadi disinilah Hoseok, membaringkan badannya diatas rumput hijau yang dikelilingi bunga yang subur. Aneh rasanya jika semua keindahan yang memanjakan mata ini tak mempunyai pemilik.
"Ihh ternyata disini lebih cantik, ya." Hoseok mengulurkan tangannya, memetik bunga yang tak jauh dari jangkauan. "Kalian liar ya? hm, pasti bunga liar cantik semua." Gumamnya berbicara dengan dirinya sendiri.
Sesekali matanya melirik rumah kecil yang berada dibagian depan dari taman. Rasa penasarannya muncul bersamaan dengan rasa takut. "Rumah pemiliknya, kah?" Tangannya bergerak ragu menggenggam bunga yang dipetiknya.
Angin yang dengan lembut menghembus pelan seperti obat tidur yang menerpa Hoseok. Tak perlu menunggu waktu lama, mata bulat yang selalu berbinar itu tertutup. Hoseok terlelap diatas rumput hijau dengan pakaian pasien ditutup cardigan kuningnya. Tidur yang sangat jarang Hoseok rasakan. Biasanya dia akan merasakan beberapa rasa sakit ditubuhnya, atau bahkan akan bermimpi buruk. Tapi disini, Hoseok seperti tidur 3 tahun lalu. Tanpa rasa tertekan, damai, tenang dan nyaman.
"HEH!! PENCURI!!"
"Arrgghh!!! Siapa itu!!??" Hoseok terbangun dari tidurnya, melompat terkejut dengan mata yang awas mencari sumber suara. "H-halo? Ada orang, disana?" Mata bulatnya masih terus mencari, tapi nihil. Hoseok tak menemukan siapapun.
"G-gue.." mendengar jawaban lirih, tubuh Hoseok kembali bersiap dengan tangan yang mengepal. "Gue.. yang ng-nggomong."
"Lo dimana?" tanyanya masih dengan posisi yang sama.
Tak ada jawaban, membuat Hoseok semakin frustasi. "Lo dimana sih!?" seru Hoseok. Tangannya mengacak rambutnya dengan mata yang masih mencari-cari.
Sebuah bahu terlihat menyembul dari balik pohon besar, oh Hoseok yakin itu lelaki yang membangunkannya. "Kok dibalik pohon?" Hoseok melangkahkan kakinya menuju pohon.
"Jangan kesini!" Serunya.
Hoseok menurut. "Kenapa?"
"Nggak apa-apa."
Hoseok mengangguk paham, kemudian duduk diatas rumput sembari memegang-megang bunga yang bermekaran dengan cantik. "Lo siapa? Apa lo kesini buat kabur kaya gue juga?" tanya Hoseok diakhiri dengan kekehan kecil.
"Gue yang punya bunga ini." Jawabnya masih berdiri bersembunyi dibalik pohon.
Mendengar jawaban itu, Hoseok membulatkan matanya bersemangat. "Oh, lo yang tinggal di rumah itu? atau bukan?"
"I-iya." Jawabnya gugup karena melihat Hoseok yang berdiri seperti hendak menghampirinya. Tapi lelaki bercardigan kuning itu hanya tersenyum tipis tanpa beranjak. "L-lo nga-oain disini?" Tanyanya dengan nada tinggi tapi ada rasa takut.
Hoseok tidak menjawab, hanya kekehan yang ia berikan.
Melihat itu, sang pemilik menjadi tersulut emosi. "Ngapain lo? PENCURI KAN LO!!?" serunya masih dari balik pohon.
"HEH!! ENGGGAAAKK!! Sembarangan banget ngomongnya. Gue nggak tau kalo tempat ini ada yang punya." jawabnya menjelaskan.
"Ya lo pikir aja, mana ada bunga liar tapi rapi, sehat, cantik begini."
"Hehe iya, cantik." gumam Hoseok setuju.
"P-pergi sana."
"Hah kok diusir? Gue suka disini, please.."
"Tapi lo pencuri."
Ah celaka, tak mungkin Hoseok akan menyerah begitu saja, kan? Tempat ini terlalu nyaman untuk ia lepaskan begitu saja. "Janji besok-besok nggak nyuri lagi."
"Nggak boleh dipetik terus. Tempat ini juga nggak boleh kamu masukin dengan seenaknya." Suaranya tak semenggebu-gebu tadi, sedikit melembut bahkan nyaris tak terdengar.
"Janji kalo kesini lagi izin. Lo tinggal di rumah itu, kan?"
Lelaki itu mengangguk dari balik pohon. "Iya. Besok-besok harus izin. Izin terus."
"Jadi ketemu tiap hari, dong." Hoseok tertawa renyah, namun tak mendapat respon baik dari lelaki dibalik pohon itu. "Udah sore, gue mau balik nih. Lo nggak mau liat muka gue?"
Lelaki itu sedikit menyembulkan kepalanya, namun dengan cepat ia tarik kembali. "Nggak usah. Nanti lo takut."
"Emang lo monster, haha."
"Iya."
Jawaban itu mampu menghentikan tawa Hoseok. "Jangan bercanda, deh."
"Makanya jangan liat muka gue."
"Iya. Yaudah, gue ambil bunganya satu ya. Byee.."
Setelah mengambil satu tangkai, Hoseok berjalan perlahan meninggalkan tempat rahasianya. Bersenandung ringan dengan senyum yang merekah.
"Cantik.." Gumam Namjoon, sang pemilik perkebunan yang mengamati lelaki yang sudah beberapa hari ini mengganggu pikirannya karena mencuri bunganya. Namun kali ini mungkin akan mempunyai alasan lain mengapa Hoseok ada dipikirannya.
🌥️🐿️ see ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth untold
Fanfictionbased on the truth untold by BTS Mungkin, jika dulu aku punya keberanian sedikit untuk berdiri di hadapanmu Apakah semuanya akan berbeda sekarang? - Namjoon