Disini,

40 10 1
                                    

Pohon rindang yang berdiri dengan kokoh mengelilingi taman belakang rumah kayu milik Namjoon mampu menghalangi sinar matahari yang cukup terik di sore ini. Dengan lelaki berseragam baju pasien dibalut kardigan kuning yang tertidur diatas rerumputan.

"He...hey.." Namjoon mencoba memanggil lelaki yang berada dibalik pohon tempatnya bersembunyi. "K..kamu tidur?" Tambahnya.

Lama tak ada jawaban, Namjoon berniat ingin memanggilnya lagi. Namun lelaki itu lebih dulu membuat suara dengan menguap. Sepertinya tidur siangnya cukup nyenyak.

"Hey, aku bawa makanan. Kamu mau?" Tanya Hoseok menyodorkan kotak roti lapisnya agar bisa diraih oleh Namjoon.

"Ini apa?"

"Sandwich, kamu nggak tau?"

Namjoon menggeleng dari balik pohon yang tentu saja tak Hoseok ketahui. "Eumm... Biasanya Hyung ku bikinnya nggak gini."

Terdengar tawa riang dari balik pohon, Namjoon yang mendengarnya merasa penasaran. Ia menggunakan ponselnya untuk melihat sosok lelaki dengan tawa yang menyenangkan itu. Tak tahan dirinya mengambil beberapa foto dan dengan cepat menyimpan ponselnya.

"Gemes banget," lirih Hoseok. "Oh iya, namaku Hoseok. Nama kamu siapa?"

"Namu." Jawab Namjoon gugup.

"Eum!? Namu kan pohon! Wuahh pantesan rumah kamu asri begini. Aku jadi betah deh."

Namjoon tidak menjawab, hanya tersenyum tersipu malu. Rasanya menyenangkan hasil tangannya dikagumi seseorang. "Aku makan sandwich nya ya."

"Iya, makan yang banyak. Aku masih ada satu kotak lagi."

"Makasih ya, ini enak."

Cukup lama mereka berada di dunianya masing-masing. Setelah makan, Hoseok memilih menatap dan berbicara kepada setiap bunga yang mulai ber-kuncup. Sedangkan Namjoon, diam-diam memperhatikan lelaki yang memiliki senyum sehangat langit sore. Benaknya terus bertanya apa yang membuatnya harus mengenakan pakaian pasien selama ini.

"Oh.. aku udah setahun disana. 4 tahun terakhir aku bolak-balik buat kemoterapi, tapi tahun ini ternyata harus nginep." Jelas Hoseok setelah pertanyaan itu berhasil keluar dari benak Namjoon.

"Aku baru tau kalo gedung itu Rumah Sakit."

Hoseok menghela nafasnya. Lagi-lagi membaringkan tubuhnya diatas rumput. Namjoon hanya menatap Hoseok dari balik pohon. "Asal kamu tau, aku seneng banget waktu nemu rumah kamu! Apalagi ada bunganya, Bener-bener healing banget."

Namjoon mengangguk setuju, "iya, aku bikin rumah ini buat healing. Buat gue."

Hoseok terkekeh. "Kamu kenapa disini?"

"Mau aja." Jawab Namjoon seadanya.

"Nam." Yang dipanggil hanya menggumam pelan. "Kamu nggak mau liatin wajah kamu?"

Mendengar itu Namjoon merasa gugup. Segala macam reaksi yang mungkin akan Hoseok berikan terlintas begitu saja. Menangis, terkejut, ketakutan, pingsan, atau mungkin melapor kepada polisi bisa saja terjadi. Mengingat mukanya seperti monster yang mengerikan.

"Kenapa?" Tanya Namjoon ragu.

"Ya biar kalo ngobrol nggak punggungan. Biar aku nggak merasa selalu dibelakang kamu. Aku mau disamping kamu juga."

Oh, entah apa maksud Hoseok mengatakan itu, tapi itu berhasil membuat dada Namjoon berdenyut hebat. "Kalo ak pake topeng gimana?"

Hoseok mendengus tak percaya. "Kenapa pake topeng?"

"Karena muka aku kaya monster."

Bibir yang tadinya melengkung kebawah langsung kembali lurus, Hoseok terdiam sesaat. "Namu, aku nggak maksa." Ucapnya merasa tidak enak.

"Aku nggak apa-apa. Aku juga mau ngobrol disamping Hoseok. Besok ya."

"Yah...besok nggak bisa." Lirih Hoseok, meremas jari-jarinya dengan keras.

"Kenapa?"

"Jadwal kemo. Hehe.."

"Hoseok, semangat ya."

Hoseok terdiam, merasakan gemuruh pada hatinya. Rasa kesal, sedih, takut, muncul begitu saja. "Nam," tenggorokannya terasa tercekat, namun rasanya memalukan jika ia harus menangis dihadapan Namjoon. "Haa.. dulu aku nggak peduli  sama sakit aku. Tapi setelah liat bunga disini, aku selalu menantikan jadwal kemo ku." Ucapnya pada akhirnya.

"Hoseok.."

"Eh, itu temenku dateng! Aku pulang ya. Bye Namu!!" Seru Hoseok berlari meninggalkan namjoon yang terdiam bingung.

Bohong soal temannya yang datang. Tentu saja Jimin tidak tau dimana keberadaan Hoseok saat ini. Ia hanya berlari karena rasanya menyesakkan dada. Suara Namjoon, bunga yang tertiup angin, semua itu membuatnya tak ingin meninggalkan dunia ini. Pertahanan Hoseok hancur, akhirnya tangis itu pecah setelah dirinya memasuki gerbang belakang Rumah sakit. Suara tangisnya lirih dan terdengar menyakitkan. Dadanya berdegup kencang hingga sakit tak tertahankan.

"Hoseok!! Hoseok kamu kenapa!?? Mana yang sakit!? Seok jawab!!" Jimin yang memang berjanji akan menjemput di gerbang terlihat panik melihat Hoseok yang meringkuk menangis meraung-raung.

"Jimin..."

"Iya Seok kenapa? Gue disini." Ucapnya memeluk erat sahabatnya itu.

Dengan tangis yang masih belum reda, Hoseok berkata. "Gue nggak mau mati, Jim."

🥀🐿️ See you...

the truth untoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang