Embun pagi terasa menyegarkan, dengan matahari yang masih mengintip dari balik pepohonan, siulan yang terdengar ringan mampu menjelaskan keadaan sang peniup. Hari minggu selalu menjadi hari yang menyenangkan. Hari yang selalu Namjoon habiskan untuk membaca buku yang selalu Yoongi bawakan setiap hari Sabtu. Tapi hari minggunya akhir-akhir ini berbeda, alih-alih membaca buku, lebih sering ia habiskan untuk mengamati wajah cantik lelaki yang selalu mengunjunginya. "Kira-kira kamu disana bagaimana? Kamu baik-baik aja, kan?" Lirihnya menatap bunga berwarna biru yang sudah mulai menguncup.
"Namjoon.." sapa Yoongi yang datang dengan beberapa kantong disetiap tangannya.
Yang dipanggil menengok, tersenyum lalu menghampiri. "Oh, Hyung!" Sapanya lalu matanya beralih menatap kantong yang lelaki itu bawa. "Wahh.. makanan! Ayo mampir hyung." Tangannya mengambil kantong itu dan berjalan masuk.
"Maaf Joon," Namjoon berhenti melangkah, menatap Yoongi yang masih ditenpatnya berdiri. "Hari ini hyung nggak bisa mampir."
Melihat Yoongi yang memakai pakaian serba hitam, Namjoon tersenyum tipis. "Seribu harinya Taehyung ya.."
Yoongi mengangguk mengiyakan, "Lo mau ikut?"
"Nanti kalo udah sepi Hyung kabari aja."
"Kita bisa bareng. Ada Mama."
"Justru itu, Hyung." Namjoon tertawa miris diakhir kalimatnya.
"Namjoon.."
"Jangan lupa kabarin ya Hyung. Pergi gih, keburu siang." Ucapnya lalu meninggalkan Yoongi dengan rasa bersalah. Berada disalah satu pihak bukanlah pilihan yang tepat. Yoongi hanya akan mengusahakan segalanya agar semuanya kembali seperti semula, seperti disaat ada Taehyung diantara mereka.
. . .
Masker, kacamata dan hoodie sudah lengkap melekat ditubuh besar Namjoon. Pakaian yang sudah menjadi andalannya semenjak kejadian itu. Tak lupa topi yang selalu menutupi rambut hingga matanya. Dengan satu buket besar bunga berwarna biru yang sengaja ia sediakan dari halaman belakang rumahnya, ia menatap dirinya didepan cermin. Wajah tirusnya masih belum berubah semenjak 3 tahun lalu, memperhatikan penampilannya sebelum keluar dari pintu kayu rumahnya. Matanya menatap matahari yang cukup panas untuk jam 10 pagi. Kepalanya menunduk, benar-benar menyembunyikan wajahnya dari orang yang mungkin saja akan melihatnya. Monster, ia selalu melabeli dirinya adalah monster. Dengan bekas luka dihamir separuh wajahnya, ia yakin siapappun yang melihat wajahnya akan berteriak ketakutan.
Tempat tujuannya tidak jauh, hanya naik bus sekali Namjoon sudah sampai tempat tujuan. Disini, ditempat dimana sisa-sisa Taehyung berada selama 3 tahun terakhir. Tangannya mengusap kaca persegi, dengan foto dibalik kaca dan sebuah guci berwarna putih. Senyumnya dibalik maskernya terasa menyakitkan, "Hai Cantik.. maaf, aku masih nangis," ucapnya, menyeka air matanya yang mengalir. "Hahaa,, aku datang lagi. Masih sama, bawa bunga kesukaan kamu. Aku nanem bunga smeraldo banyak dibelakang rumah aku, biar kalo kamu mau tinggal metik." Ia meletakkan bunga yang ia bawa tak jauh dari kotak kaca, lalu matanya kembali menatap guci bertuliskan nama orang yang ia sayangi, Kim Taehyung.
Taehyung sudah seperti belahan jiwanya, rasanya dunia runtuh begitu saja ketika Namjoon tak lagi bisa melihat senyum cerah sang kekasih. Rasanya segala janji akan menjaga lelakinya itu tak bisa ia tepati. Bukan maunya, takdir berkata begitu. Kalau bisa, ia bersedia takdirnya ditukar dengan Taehyung. Biarkan lelaki baik dan hangat itu terus bersinar di dunia. Kecelakaan 3 tahun lalu yang membuat Taehyung-nya pergi selama-lamanya. Kecelakaan yang membuat dirinya menjadi monster. Kecelakaan yang benar-benar mengubah seluruh hidupnya. Yoongi, kaka tertuanya, adalah orang yang paling berharga baginya. Hanya dia yang tetap berada disampingnya, membantunya dalam segala hal selama ini. Hanya Yoongi.
"Namu!!!" Suara itu, suara yang sudah membuatnya mulai lupa akan Taehyung. Matanya mencari kemana-mana demi menemukan lelaki itu. Disana, dibawah pohon dengan sinar matahari sore yang hangat meneranginya. Senyumnya yang selalu mengembang, wajah yang selalu berseri, wangi peach yang menjadi ciri khasnya. Namjoon suka.
"Hoseok.." lirih Namjoon dari kejauhan.
Terlihat Hoseok melompat kecil di jembatan depan rumahnya, melambaikan tangannya penuh semangat. Siapa yang bisa mengabaikannya. Dari balik maskernya, Namjoon tersenyum tipis. "Namu!! Namu!! Dari mana???" Tanya Hoseok membuntuti Namjoon yang sudah berjalan mendahuluinya.
"Aku abis pergi, aku ganti baju dulu. Kamu tunggu di taman aja." Suruhnyaa.
"Namu.." Suara lirih Hoseok membuatnya berbalik, menatap lelaki yang sedang menunduk dengan kedua tangannya menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.
"Kenapa?" Tanyanya sedikit khawatir, karena Hoseok sudah beberapa hari terakhir tak datang tanpa kabar.
"Maaf.." ucapnya sembari memperlihatkan topeng iron man yang Jimin belikan. "Aku tau ini aneh. Tapi.. nggak!! Kamu nggak perlu pake kalo nggak mau!" Ucapnya, menatap Namjoon dengan mata bulatnya.
See yaa..🎭🐨

KAMU SEDANG MEMBACA
the truth untold
Fanfictionbased on the truth untold by BTS Mungkin, jika dulu aku punya keberanian sedikit untuk berdiri di hadapanmu Apakah semuanya akan berbeda sekarang? - Namjoon ©Abillubiru