tiga

2 1 0
                                    

aku berjalan menyusuri jalanan aspal di sebuah kompleks dekat asramaku. lagi lagi, aku hanya seorang diri. mereka, yang mengaku teman satu kamar ku di asrama telah pulang lebih dulu, dan melupakan aku yang masih tertinggal di belakang.

saat sampai di depan pintu kamar. ternyata, mereka sudah duduk rapi, berjejer untuk menikmati makan siang yang telah di sediakan. miris, nikmat sekali hidup mereka.

"hara mah, kan anak rajin, dia mah selalu pulang terakhir. kan anak kesayangan guru."

"maap ya hara, gimana lagi. kamu kan orang sini, pastilah berani pulang sendiri."

'hei, kalian yang selalu bilang solidaritas itu penting. pakah ini yang di namakan solidaritas buat kalian? giliran aku pulang duluan, kalian selalu memakiku tak setia kawan lah, tak solidaritas lah. dan aku, hanya diam saja.' Tapi, itu semua hanya hati burukku yang berbicara.

nyatanya, aku hanya tersenyum dan menyimpan sepatuku di rak.
sangat susah hidup di antara orang orang yang tak sejalan dengan kita, susah hidup dengan orang yang menganggap apapun lelucon, susah hidup bersama orang yang hanya ingin enaknya saja. dan, itulah temanku. ralat, orang yang hidup denganku di asrama.

🖤🖤

walaupun aku hanya bersekolah di sekolah swasta. dan, tinggal di sebuah asrama yang dekat dengan rumah serta sekolahku. tapi, aku selalu ingin menjadi yang terbaik. karena bagiku, menjadi orang yang baik dalam segala hal adalah sebuah kebhagiaan tersendiri. ya..

semua orang punya versi kebahagiaan nya masing-masing. tak perlu saling menentang, karena aku, sudah bosan dengan hal itu.
setiap hari, masalah selalu datang tak ada hentinya padaku. padahal aku selalu duduk diam di manapun, aku hanya selalu mengerjakan apa yang harus di kerjakan.

tapi dunia seakan menjadikanku sebagai hamba yang baik dan sabar. seperti pada hari ini, hari dimana teman sekelas ku bertingkah seperti musuh padaku.

aku tak menyukainya.

orang itu, bernama rakasya indah. perempuan berbadan besar yang merasa dirinya paling cantik sedunia, dia selalu mempunyai seorang kekasih via jejaring sosial. alias, pacar tak nyata (online). dan dia merasa bangga atas pencapaiannya itu. seringkali aku mengingatkan, bahwa kamu akan bosan dengan ini, dan itu. tetapi, telinganya seakan tuli oleh cinta pada orang tak nyata.

pagi buta.
saat aku baru saja selesai membersihkan tubuhku, dia datang menghampiriku dan memberi tatapan sinis. aku merutukinya dalam hati. 'apaan sih, kebiasaan banget. ngelirik orang kayak gitu. pengen nabok jadinya bukan takut.'

bahkan, hingga malampun tiba, dia tak berbicara padaku, bahkan dia tidak tidur siang di kamarnya. aneh - tapi, begitulah orang yang tinggal denganku.

a n e h

hanya perlu menerima (sekuel BAAJS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang