empat

1 1 0
                                    

Keanehan sebelumnya tak berlangsung lama. Saat ada butuhnya dia langsung menghampiriku tanpa rasa malu. dan berharap aku mengabulkan keinginannya.

"Apa?" Ucapku refleks

"Hehe, nanti kamu yang izin sama bu Ati ya. Aku malu."

Oh iya. di asrama aku di bimbing oleh seseorang yang baik hati, beliau yang selalu mengajar kami di asrama. Namanya Atiani Estyana, Orangnya begitu tulus dan baik hati. Bahkan pada pemberontak sekalipun.

"Ck gak mau ah, kamu aja. Kamu kan ketua kamar. Kenapa aku terus. Lagian yang harusnya  malu itu aku, aku izin pulang udah berapa kali. kamu pernah izin pulang?"

"Ahhh, ayo dong Hara. Sekali ini aja. Ini juga buat kemaslahatan kita semua."

"Aku gak bisa. Ra, kamu aja. Apa susahnya sih bilang, kalo di sekolah, kita bakal ngadain rapat buat program OSIS."

"Tapi, kamu kan yang jago ngomong, aku kalo udah ketemu sama Ibu (panggilan kami pada Bu Ani). Omonganku suka gak jelas, tiba-tiba gagu. Kamu ya please, sekali ini aja."

Karena kalo masih ada perdebatan antara siapa yang izin pada ibu, akhirnya aku pasrah, dan pergi menemui ibu yang sedang ada di rumahnya. Rumahnya tak jauh dari asrama, kita hanya perlu jalan melewati kamar mandi dan dapur, hingga akhirnya sampai di pintu belakang rumah ibu.

🖤🖤

Setelah izin yang sangat berkelit, akhirnya kami di izinkan untuk pergi ke sekolah di malam hari. itulah jadinya, ketika kamu jadi anggota OSIS. Yang kerjaannya selalu mengadakan acara.

Di asramaku, bila sudah bukan waktunya berangkat sekolah, kita tidak boleh pergi ke luar kompleks asrama. Siang sekalipun. Dan, kalau kalian ingin keluar maka harus izin dahulu kepada pengurus asrama. Yaitu ibu, dan abi. Suami dari ibu.

Sekolah

Inilah yang aku benci saat ada rapat di malam hari dan melibatkan anak-anak yang tidak ber-asrama. Mereka pasti membawa ponsel, sedangkan di asramaku tidak boleh memakai ponsel.  Dan, inilah saat di mana aku membenci kelakuan teman asramaku.

Setiap ada ponsel di tangan mereka, mereka seakan tak peduli dengan orang lain. Saat seharusnya kita kompak melakukan hal yang sudah kita sepakati. Mereka malah asik dengan ponselnya, dan memberikan semua tugasnya padaku. Apalagi Rakasya. Si gajah bengkak itu, selalu saja memperlakukan aku seperti ini.  Dia tak jahat, dia baik pada siapapun. Tapi, sifat yang paling banyak padanya yaitu jahat dan iri dengki. Entah kenapa dengan mulutnya, yang tak bisa diam saat melihat berbagai kejadian. Dari yang bakk sekalipun, dia selalu membicarakan keburukannya.

"Ra, udah dong! Jangan main ponsel terus! Fokus, fokus. Ini tuh acara besar buat besok, emang ada apa sih di ponselnya Siwa?"

Dia diam, dan menatap Dodi. Si ketua panitia dengan tatapan sinis dan mengejek. Tapi, akhirnya dia meletakan ponselnya di atas meja.

hanya perlu menerima (sekuel BAAJS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang