08. Kenapa ?

11 2 0
                                    

Pagi yang cerah, membuatku bersemangat sekali.

Seperti biasa kakakku mengantarkanku ke sekolah.

"Ka, nanti jemput aku agak telat saja" kataku.

"Iya, hati - hati jangan nakal di sekolah" Sahutnya.

Aku berjalan memasuki gerbang sekolah masuk ke kelas dengan anggun.

Haha, terlalu banyak menonton model.

Melihat - lihat sekeliling bertanya - tanya dimana Doyoung ?

Eumm mungkin dia sedang ke toilet.

Chenle, Jisung dan Jeno menghampiriku begitu saja.

"Woi"

Kaget sekali...

"Apa ?" Sambil menoleh.

"Coba malem - malem lo ke lapangan basket nanti tanding sama gw, berani gak lo ?" Tanya Jeno.

"Gak mau, ga ada waktu" jawabku datar.

"Pengecut, gitu aja gak berani" sambar Chenle dan Jisung.

Mereka bertiga menertawakanku jelas di depan wajahku.

"Oke ! Gw terima tantangan lo"

Menyebalkan sekali pagiku dirusak oleh mereka bertiga.

Terlihat raut wajah mereka sangat mencurigakan, berbisik - bisik, cengengesan gajelas.

Aku bediri dan menerobos mereka bertiga, tiba - tiba saja...

BUGHK !!

"Awh, duh jalan tuh liat - liat" Teriakku.

Saat aku membuka mata, ternyata itu Jaemin.

Cowo populer idaman anak perempuan di sekolahku.

Pintar, idaman, ramah, ya Jaemin.

"Eh, sorry gw ga sengaja ga liat maaf ya" Ia mengulurkan tanganya padaku serta membantuku berdiri.

"E- enggak gapapa hehe" ucapku pada Jaemin.

Sungguh ini mimpi ? Dia tampan sekali.

"Serius, ada yang sakit ga ?" raut wajahnya khawatir, lucu sekali haha.

"Enggak ga ada cuman sakit sedikit" gugup sekali berbicara padanya untuk pertama kali.

Aku dan Jaemin tidak sekelas, makanya aku jarang bertemu denganya walau kelas kita bersebelahan.

"Yaudah ikut gw ke UKS gw bantu obattin"

Aku mengangguk, mengikutinya dari belakang layaknya rubah dan buntut haha.

Sesampai di UKS...

"Duh, jangan di teken sakit" bahuku sakit sekali, bahunya Jaemin sebenernya terbuat dari apa ? Sakit sekali.

"Iya tahan ya" Jawabnya.

Jaemin mengobatiku dengan sangat hati - hati dan telaten.

Jantungku berdebar dan gugup sekali, rasanya seperti mimpi.

Ya Tuhan dia sangat tampan, lebih tampan aslinya daripada lihat di photo.

"Sudah, bahumu tadi biru karena terbentur bahuku maaf ya" Ucapnya sembari mengembalikan obat - obatan ke lemari.

"Iya gapapa ko, makasih ya udah nologin sama obattin"

Dia berjalan mendekatiku, dengan tatapan manisnya.

Ya Tuhan tolong...

KYAAAA !!!

"Lagipula tadi kenapa sih jalannya buru - buru, kayak lagi dikejar hantu saja" Kekeh Jaemin.

"Emm gak papa sih, lagi nyari Doyoung aja"

Dia menaikan kedua alisnya otomatis alisnya ikut mengerut.

"Doyoung, murid yang pintar kimia itu ya ?" Pertanyaanya em sepertinya dia kenal Doyoung.

Aku menghembuskan nafas pendek.

"Iya, dia sahabat sekelasku" jawabku sambil tersenyum.

Jaemin tertawa lagi, entah apa yang lucu.

"Senyummu manis juga" Sahutnya dengan menatapku.

Aku ikut tertawa, sebenarnya hatiku sangat malu.

"Yaudah aku mau ke kelas dulu ya"

"Bareng aja, kelas kita kan searah" Katanya.

Ia langsung mengenggam tanganku, menarikku keluar dan menjauhi UKS.

Semua anak murid menatapku sambil berbisik - bisik, mungkin karena biasanya dengan Doyoung jadi mereka merasa aneh.

Saat aku menatap kedepan, terlihat jelas Doy yang sedang berjalan kearahku dan Jaemin.

"Soo - Jin" Teriak Doy.

dengan cepat ia menghampiriku, menarik tanganku membuat genggaman itu terlepas.

"Doy ?"

Tatapannya tidak biasa, berbeda sangat berbeda.

"Doyoung ? Em maaf bukan bermaksud tapi tadi gw cuman mau ke kelas bareng Soo-jin" Jelas Jaemin pada Doy.

Setelah itu Jaemin pergi dengan lambaiaan tangannya.

"Tadi aku dengar kamu menerima tantangan Jeno ya ?" Tanya Doy.

Aku mengangguk.

"Kenapa kamu terima sih ? Jelas - jelas gerak - geriknya mencurigakan" Jawab Doyoung.

"Aku ga bisa nolak, malu tau"

"Malam nanti kamu gak boleh tanding sama Jeno !" Doyoung membentakku, tidak biasanya seperti ini.

Aku yang kaget karena teriakan Doy hanya bisa menunduk.

"Jangan membentakku, itu menakutkan" Jawabku dengan mata berkaca - kaca.

"Karena kamu keras kepala !" Kasar sekali nada bicaranya.

Aku menoleh kearahnya.

"Kenapa kamu selalu mengatur ?" Berontakku.

"Kenapa kamu tidak memperbolehkanku ini itu ? Kenapa kamu juga suka membela Jaehyun padahal itu kesalahan dia sendiri, kenapa ??" Teriakku padanya.

Aku melihat jelas Doy mengepal tangannya.

"Karena kamu hanya satu - satunya yang ku punya"

Jawaban itu...

Tetes demi tetes air mataku mengalir deras melewati pipiku begitu saja.

Aku berlari menjauhi Doyoung yang tengah emosi.

Di tengah - tengah perjalanan, aku bertemu Mark.

"Soo-jin, what happened, why are you crying ?" tanya mark padaku.

"Ga aku gapapa"

"Gausah bohong, Tell me who made you cry?" Sambar Mark dengan khawatir.

"Udah gausah dibahas, aku mau masuk kelas duluan"

Pergi begitu saja dari hadapan Mark.

Doyoung juga begitu.

"Mark, lihat Soo-jin ?" Tanya Doy.

"Barusan masuk kelas" Jawabnya.

"Oh ya, soo-jin kenapa dia me..."

Mark binggung, karena dengan cepat Doy telah menghilang.

"L- loh ?"



To Be Continued

For You DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang