1. Tentang Anandita
Seorang gadis tengah bersantai di balkon kamarnya, menikmati indahnya langit ketika sang surya mulai menampakan diri ditemani secangkir susu coklat hangat ditangannya. Dia Anandita Zanetta Kusmawan seorang gadis manis yang terkenal humoris, humble dan periang yang dibalik sifatnya yang terlewat ceria tersebut tersimpan luka yang mendalam karena keluarganya.
Memandang sendu kearah matahari terbit, merenungkan nasibnya yang selalu dibanding-bandingkan dan dibedakan dengan saudara kembarnya sendiri, Aretha Greta Kusmawan. Seorang gadis cantikk dengan berbagai prestasinya didunia model dan kecerdasannya yang tidak dapat diragukan.
Terlahir kembar dengan kemampuan lebih rendah dalam bidang akademik bukanlah keinginannya. Bukan ia tidak punya kemampuan dan kelebihan, kemampuannya tak dapat diragukan dalam bidang seni tidakkah oranguta dan keluarganya lebih menghargai kemampuannya sedikit saja tanpa membawa masalah nilai dalam akademik? Apakah kepintaran seseorang diukur hanya dari besar angka yang tertulis di sebuah kertas?
Tiitt titt titt tiitt
Suara alarm menyadarkan dirinya dari lamunan singkatnya, mengambil tas dan memakai sepatu sekolahnya. Menghembuskan napas sebelum membuka pintu kamarnya dan menghadapi kenyataan pahit yang harus diterimanya.
Tiba diundakan tangga terakhir ia mendengar suara gelak tawa dari Papa, Mama dan saudara kembarnya yang tengah menikmati sarapan tanpa mengajak dirinya (lagi). Menampilkan raut dingin dan datar, berjalan ke dapur meletakan gelas susu dan berpamitan kepada Bi Yem. Berusaha sekuat tenaga tidak mempedulikan mereka yang tak pernah menganggapnya ada dan selalu mencelanya.
" Ga punya tata krama kamu, ada orang tua bukannya nyapa asal nyelonong aja." Sinis Mamanya ketika dirinya baru saja menginjakan kaki di ruang makan dekat dapur. Memilih mengabaikan dan tetap berjalan, dirinya ingin segera meninggalkan rumah yang seperti neraka dunia ini walau hanya sebentar, ia lelah selalu disalah, lelah selalu tak dipedulikan dan lelah selalu dibandingkan.
Praanggg
" Bener-bener nggak punya sopan santun ya kamu?!!?" Teriaknya lagi kali ini dibarengi dengan lembaran sendok, lagi Dita tak memperdulikannya.
" Udah Ma, percuma biarin aja anak itu sesukanya." Ucap sang Papa menenangkan istrinya yang diselimuti amarah.
" Iya mending Mama lanjutin makannya, gabaik loh marah-marah masih pagi" Celetuk Dini, kembaran Dita. Hati Dita sakit, dadanya sesak entah sampai kapan orangtunya tidak menganggap dirinya, kapan dirinya dihargai, disayang dan dibanggakan?
" Pagi Bi Yem." Sapa Dita sambil mengecup pipi wanita paruh baya yang sedang bergelut dengan berbagai macam sayuran yang baru dibelinya dari pedagang sayur keliling, peluh keringat membasahi tubuhnya. Dia adalah Bi Yem, sosok yang selalu menghibur dan menemani serta memberi kehangatan seorang ibu kepada Dita yang tidak merasakannya lagi sejak berumur 7 tahun.
" Eh, pagi juga atuh neng gelis, kaget Bibi teh." Sahut Bibi dengan terlonjak lantaran terkejut dengan kehadiran Dita yayng tiba-tiba mengecup pipinya, sang empu hanya cengengesan menampilkan gigi-giginya yang rapi dengan kedua lesung pipitnya yang menambah kesan manis pada dirinya.
" Dita berangkat dulu ya Bi, takut telat." Ucapnya sambil menyalami dan mengecup punggung tangan Bi Yem.
" Iya hati-hati atuh kalo di jalan ya Neng, jangan badung di sekolah teh nyak." Sahut Bi Yem sembari mengelus lembut surai hitam kecoklatan milik Dita.
Setelah menyanggupi petuah-petuah yang diberikan Bi Yem, Dita berlalu pergi melewati pintu belakang yang terhubung dengan kolam renang di belakang rumahnya. Bi Yem memandang sendu punggung ringkih Dita yang perlahan menghilang di balik pintu dan menghela napas.
~~~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
' GESICHT '
Teen FictionGesicht, berasal dari bahasa Jerman yang berarti wajah atau muka. Wajah berarti sesuatu yang nampak lebih dulu, pernahkah terpikir jika sebenarnya manusia memiliki wajah yang beragam, baik rupa maupun bentuknya? Tak ada yang tau bagaimana dirinya ya...