SATU'

25 2 0
                                    

"Setiap manusia pasti punya harapan tersendiri.

Jangan pergi atau lari.

Hadapi dengan percaya diri."


***

Konon katanya, rumah yang aku tempati saat ini ada penunggunya. Aku yang lagi asyik melukis tiba-tiba saja... Ada yang bergetar tapi bukan hati. Apakah itu? Grrtt... Grrttt... Grrrrttt.... Oh, ternyata itu suara handphoneku yang bergetar tertimpa bantal. Nomor tidak dikenal. Jadi, aku tolak aja panggilan masuknya. Grrtt... Grrttt... Grrrttt... suara handphone ku bergetar lagi dan aku mengangkatnya.

"Hallooo... Siapa? Ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku pada nomor tak dikenal.

"Iyaa... ada kok. Buaruan datang ke rumah ella ya. Hehe" ucap nomor tak dikenal.

Ternyata, ituu....

"Astaga... Kamu toh ndok... Ada acara yaaa dirumah ella?" tanyaku pada putri sambil cengengesan.

"Iyaaa... Acaranya jemput putri dirumah ella hehe" jawab putri dengan suara gemesnya.

Ternyata, itu putri yang handphonenya lagi lowbet. Dengan semangatnya aku langsung bergegas menjemput putri dengan semprotan 8kali minyak wangi agar tidak kelihatan bahwa aku belum mandi. Begitunya aku sampai kerumah ella, putri sudah menunggu di depan teras rumah ella. Tanpa basa-basi, putri langsung menaiki motorku. Karena sudah larut, aku langsung tancap gas si letjend.

Seketika, malam ini bulan dan bintang bersembunyi di balik awan lalu sebagian sinarnya menyoroti malamku. Aku menelusuri jalanan bersama Putri dengan bercanda tawa yang begitu mesranya.

Di tengah perjalanan, rintikan hujan pun perlahan turun.

"Put, kita neduh dulu di kedai ini gapapa?" tanyaku pada putri yang lagi mengendarai si letjend.

"Yaudahdeh zann gapapa. Lagian rapet banget gerimisnya" jawab putri yang lagi berlindung di balik badanku. Lalu aku membelokan motorku di kedai tua nomor 51 untuk berteduh.

Aku tidak sampai hati melihat putri yang kedinginan.

" Nih put. Jangan dilepas" kataku sambil memberikan jaket jeans yang kupakai.

Putri tersenyum sambil memakai jaket yang kuberi " iya zan, makasih yaa" jawab putri yang kedinginan.

Malam semakin larut dan air awan yang ganas perlahan semakin reda. Tanpa sadar, kami sudah menghabiskan waktu 1 jam lebih hingga putri pun tertidur nyaman di bahuku dengan wajahnya yang lucu membuatku lebih bernafsu.

"Puutt... Bangun... Hujannya sudah reda." kataku yang sambil mengelus pundaknya putri dengan perlahan. Putri pun terbangun.

"Ehh, maaf zan... Putri sampai ketiduran. Habisnya enak banget udaranya." ucap putri dengan wajah sayunya yang lucu. Aku hanya bisa tersenyum melihat nya.

Jam sudah pukul 23:18.

Dan aku bergegas mengantar putri pulang ke kostsannya.

"Malam rabu ini membuat malam kami begitu berwarna, yang sangat nyaman walaupun sinarnya redup dan dinginnya malam menjadikan kami begitu terkesan. Terkadang gelap begitu menakutkan bagi sebagian orang, tetapi bagiku gelap adalah tempat diskusi terbaik untukku dan diriku."

"Di perjalanan, lagi dan lagi putri masih saja tertidur di bahuku hingga sampai di tempat kostnya"

"Put, bangunnn. Sudah sampai kostsan nih" kataku yang sambil mengelus bahu putri dengan perlahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Harapan Untuk Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang