Bab 9 " Lie "

164 19 1
                                        

Kini langit pelik kian mengusik jiwa Laila,  titik hujan membasahi bumi tiada hentinya.  Rasanya jatuh sudah air mata dipelupuk matanya. 

Walau tak sederas hujan dilangit saat ini.  Namun cukup sesak untuk mengeluarkan keluhnya.
Acara tadi sore yang tadinya , ia tidak ingin hadir dalam acara itu, namun banyak hal membuatnya harus melangkah ke kediaman sang mertua. Sampai semua kenyataan terjawab, lelaki yang saat ini sudah menjadi suaminya tidak ada ditempat yang sama.

Bahkan setelah sampai dirumahnya pun,  suaminya tidak ada.
Suara derit pintu menyadarkannya dan bersegera untuk  memperbaiki  mimik wajah yang kian mendung bak diterpa badai. Apakah Laila boleh sejenak berlakon bak pemain drama? Dia ingin melakukan itu sekarang. 

"Bagaimana acara dirumah Ayah Mas?  Semuanya sehat? ".

Regara yang saat ini berada di kamar dengan lampu yang temaram, cukup tahu hanya wanita ini satu-satunya yang ada diatap yang sama.

Namun ini sudah lewat tengah malam Laila belum juga beranjak dari Film yang saat ini ia tonton. Regara ingin menjawab namun ia teringat peristiwa hari ini.

"Masuk lah biar aku antar pulang".
Namun wanita dihadapannya ini cukup canggung bila berada di mobil yang sama.

"Hah...  Gak usah Ga,  aku naik taksi aja".

Yaaa raline berusaha menolak, namun lelaki dihadapannya ini bak seorang pahlawan melindungi dirinya.  Ia tidak ingin terjadi kesalahan pahaman setelah ini.

"masuklah ini sudah malam,  dan hujan lebat.  Gak baik buat perempuan diluar sendirian.  Jangan jadikan aku tersangka bila terjadi apa-apa dengan mu.  Jangan berpikir aneh-aneh".

Raline yang tidak ingin berdebat,  langsung masuk kedalam mobil.  Namun saat sebelum langkah itu menuju mobil rega,  lelaki disampingnya ini memberi jasnya di sampirkan pada punggungnya yang tampak kedinginan ini.

Didalam satu mobil yang sama dan keheningan  menyelimuti keduanya.  Canggung dan tidak ingin membuat riuh keadaan. Ia cukup santai,  namun jauh dilubuk hatinya.

Rega berusaha ingin  menjauhinya,  namun tuhan begitu kejam atau baik padanya selalu melibatkannya pada masa lalu yang berusaha ia hindari.
Dalam diam dan ketermenungan regara saat ini sudah membuat dirinya semakin bimbang. 

"Mas apa suasana acaranya membuatmu berpikir keras disana? ".

"Hmmm...  Kamu kenapa belum tidur ila? ".

Dalam sekejap rega sudah duduk disamping Laila dan melepaskan dasi beserta kemeja kerjanya.  Kini ia bertelanjang dada dan menampakkan keanehan di pikiran laila. Namun laila berusaha santai untuk semua kenyataan ini.

"Ada film bagus dan Aku juga belum ngantuk".

Namun saat ia melihat mata Laila yang sembab.  Ia ingin bertanya namun di urungkan.  Ia hanya melihat wanita dihadapannya ini,  melakukan tugasnya seperti  biasa.  Membereskan semua hal mengenai dirinya,  dari tas sepatu dan lainnya. Sampai keduanya saling tatap.

"Mas Jas kamu mana? "

suara itu tidak menakutkan untuk rega. Namun  pertanyaan itu sungguh tidak diduga oleh rega,  ini membuat detak jantungnya kian cepat.  Ia merasa menjadi lelaki paling berengsek setelah ini. 

"kayaknya ketinggalan dirumah Ayah".

"Oh...  Ya  sudah.  Mas mau dibuatin teh atau coklat hangat? ".

"tidak perlu aku mau langsung bersih-bersih saja.  Kamu lanjutin saja nontonya".

Laila segera mungkin mengambilkan piyama untuk suaminya dan lanjut menonton.  Sedangkan rega cukup legah dengan segala usaha kebohongan yang ia lakukan saat ini.

Namun untuk  Laila yang saat ini sudah selesai menonton dan membaringkan tubuhnya diatas tempat ternyamannya mungkin, tapi sekarang tempat ini seperti  pelik untuknya.  Seperti duri yang selalu menusuknya perlahan .

"seberapa banyak kebohongan yang Mas punya"
batin laila dalam heningnya malam.

Laila menutup matanya namun lukanya kian menganga sulit untuk ia tutup. Rega  yang melihat ilanya sudah tidur menuju mimpi yang indah,  ikut berbaring bersamanya.

Ia membelai kepala laila,  seperti  mengungkapkan banyak kesalahan dalam hatinya. Sedangkan laila langsung tertidur saat belaian tangan Rega menjadi lulabi pengantar tidurnya. Sampai suara bunyi ponsel pertanda pesan masuk untuknya,  membuatnya membalikkam tubuh sejenak.

"Thanks Ga".

Dalam helaan napas yang cukup panjang membuat ia memandang hp itu sejenak.  Dan memandang lailanya kian lama. Yaaa jas itu bersama Raline.

"Maaf kan saya ila".

Dengan memandang punggung Laila yang begitu baik untuknya,  semakin dalam membuat  dirinya ikut dalam lelapnya .

🌾🌾🌾🌾🌾
Bersambung.  .  .

Tadinya mau up malam.
Tapi gatal tangannya
Mintak di up sekrang aja
Hahahaa

Pokoknya selamat membaca
Sengaja untuk part ini gak panjang
Singkat
Tapi ngenak
Wkwkwkwkwk

L A I L A ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang