05# Uchiha Itachi

626 82 1
                                    

Di dalan ruangan bernuansa putih terlihat dua pria dewasa sedang membicarakan sesuatu yang mungkin cukup serius.

"Ayah harus memperingatkanmu berapa kali lagi Sasuke? Jika ayah mendengar kabar lagi kau kerumah sialan itu, jangan bermimpi bisa melihat kekasihmu keesokan harinya."

Uchiha Sasuke menatap jengah kearah Fugaku yang merupakan ayah kandungnya, bagaimana bisa ia melarangnya menjenguk sang kakak yang tengah sakit? Cih, dasar pak tua.

"Kenapa kau membawa-bawa Sakura dalam masalah ini? Aku hanya ingin menjenguk Itachi, apa itu salah? Bahkan kau tidak pernah membiarkan ibu melihat putra sulungnya! Apa kau tau setiap saat ibu selalu menghawatirkan Itachi? Hanya masalah kecil ayah, jangan memperbesarnya!"

Sasuke berucap sembari mengurut kepalanya yang pusing.

Astaga kenapa ayahnya selalu saja menyalahkan sang kakak yang jelas-jelas di jebak? Sasuke bersumpah akan membunuh teman kakaknya itu.

"Ayah tidak mau tau! Kau tidak boleh kerumah itu lagi. Biarkan pria itu membusuk disana. Ayah tidak akan peduli!" setelahnya Fugaku meninggalkan Sasuke di dalam ruangan tersebut yang terus mengumpati sang ayah.



****


Di sebuah taman terlihat seorang pria tengah menundukan kepalanya tanpa mempedulikan orang-orang menatap dirinya aneh.

"Hah"

Helaan nafasnya sedikit merileks kan tubuhnya. Ya, setidaknya ia bisa tenang untuk sesaat sebelum pria bersurai hitam itu kembali datang dan mengusik kehidupan tenangnya.

"Lama tidak bertemu eh? Mantan sahabat." pria asing tersebut nampak tersenyum mengejek.

"Apa maumu Zetsu?" pria bernama Zetsu tersebut merubah raut wajahnya menjadi serius.

Keheningan menyelimuti keduanya. Bahkan atmosfer tiba-tiba menjadi dingin.

"Well, to the point  saja. Aku kesini karena ingin memberikan mu ini." Zetsu mengeluarkan sebuah memori card dari saku celana bahannya.

"Apa ini? Kau ingin menipu ku lagi?"

Zetsu memutar bola matanya malas. Oh, ayolah dirinya sedang malas berbohong hari ini. Yah, tidak tau kalau besok.

"Oh, ayolah tuan Uchiha Sasuke yang terhormat, aku sedang malas berbohong kepadamu. Ku beri tahu saja, di dalam memori card tersebut ada bukti-bukti yang kau inginkan. Yah, walaupun kita hanya mantan sahabat tapi aku masih berbaik hati mencarikan bukti bahwa kakakmu tidak bersalah."

Sasuke hanya memandang memori card yang di berikan oleh Zetsu dengan pandangan kosong. Ia masih ragu menerimanya, tapi jika ia menolaknya ayahnya akan terus mengasingkan sang kakak.

Hah, pilihan yang sulit.

Zetsu terlihat jengah melihat Sasuke yang hanya diam. Lebih baik ia pulang dari pada melihat kelakuan Uchiha bungsu tersebut.

Saat akan pergi sebuah suara menghentikan langkah pria tersebut, "Sebenarnya aku malas mengatakan ini, tapi terimakasih."

Zetsu hanya mengangguk dan kembali pergi meninggalkan Sasuke sendirian di taman.

"Aku akan membuktikan jika Itachi tidak bersalah!"




****




Sakura terus saja mondar-mandir seperti setrika membuat Ino yang melihatnya bosan. Bagaimana tidak? Hampir dua jam yang ia lakukan hanya mondar-mandir tidak jelas.

"Ck, kau ini kenapa sih forhead?! Aku pusing melihatmu terus mondar-mandir tidak jelas, sampai-sampai jus yang aku minum ingin kembali keluar!"

Sakura tidak mengindahkan ocehan Ino dan kembali mondar-mandir sambil sesekali menelpon kekasihnya. Ya, sebenarnya sedari tadi ia khawatir kepada kekasih ravennya itu yang sedari kemarin tidak ada kabar sama sekali.

Jangankan menelpon, mengiriminya pesan saja tidak. Huh, sepenting apa sih urusannya itu?! Batin sakura kesal.

Karena lelah ia memilih duduk dan meminum capucino nya yang sudah dingin dengan pandangan kearah jendela cafe.

Yah, tadi setelah mata kuliah terkhirnya selesai ia menyeret Ino untuk menemaninya duduk di cafe yang tak jauh dari Universitas mereka. Dan di hadiahi omelan Ino yang mengatakan jika ia harus membatalkan kencannya dengan sang kekasih dan hanya melihatnya mondar-mandir tak jelas.

"Hah, kau kemana sih Sasuke-kun?"

Ino yang mengoceh menghentikan kalimatnya saat menyadari wajah murung sahabatnya. Begini-begini ia juga masih khawatir kepada sahabat pinknya itu.

"Kau kenapa Sakura?" Sakura hanya tersenyum kecil.

"Aku tidak apa-apa"

"Jangan berbohong! Kita tidak satu atau dua tahun kenal, asal kau tahu. Jadi, aku tidak akan percaya saat kau mengatakan tidak apa-apa!"

Sakura hanya menghela nafas dan tidak berminat membahas apapun dengan Ino. Ino yang melihat Sakura seperti itu hanya menatapnya sendu,

'Kapan kau mau bercerita kepadaku Sakura?'





****





Cklek

Pintu terbuka dan masuklah seorang pria bermanik onxy. Lelah, itu yang Sasuke rasakan.

Setelah menghempaskan tubuhnya kearah sofa ia memilih memejamkan mata sejenak. Bunyi jarum jam mengisi keheningan dalam ruangan.

Tap tap tap

"Kenapa kau kesini? Bukankah ayah melarangmu untuk datang?" tanya seseorang dengan masih berdiri di anak tangga terakhir.

"Ck, biarkan saja. Jangan dengarkan pak tua itu bicara." jawab Sasuke tanpa membuka matanya.

Itachi --kakak Sasuke hanya dapat menghela nafas melihat tingkah adiknya yang tidak sopan mengatai ayah mereka sendiri.

"Apa kau tidak takut jika Sakura kenapa-napa? Kau tau ayah tidak pernah main-main dengan ucapannya Sasuke"

Itachi mencoba membujuk sang adik, tapi yang ia dapatkan malah tatapan tajam milik sang adik.

"Jika Sakura kenapa-napa aku akan membunuh siapapun itu. Tidak peduli ayah sekalipun."

Sasuke beranjak pergi kearah kamar tamu di rumah sang kakak meninggalkan Itachi yang memandang punggungnya yang mulai menjauh.

"Hah, dasar keras kepala"







.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
-----

Hai ada yg kangen cerita ini?

Maaf baru update moodnya lagi bagus buat nulis hehehe^o^

Gimana chapter ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan votmen! Oke? Papay👋

Obsession BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang