Tap tap tap
Bunyi langkah kaki bergema di dalam mansion mewah tersebut. Dengan langkah lebarnya Sasuke berjalan menaiki tangga sembari membawa kepala manusia di tangan kanannya.
Saat telah berdiri di hadapan pintu bercat coklat ia membukanya dengan cara menendang pintu tersebut.
Fugaku menoleh kearah pintu yang telah setengah hancur dan menampakan Sasuke yang berdiri disana, tanpa menyadari sesuatu yang dibawa oleh putra bungsunya itu.
Sasuke memasuki ruang kerja milik ayahnya dan melempar kepala manusia yang sedari tadi ia bawa keatas meja Fugaku. Sedangkan, Fugaku hanya menatap datar kepala di hadapannya,
"Apa maksudmu Sasuke?"
"Aku membawakan hadiah yang bagus bukan? Ah, dan aku telah menjual organ tubuh pria kaparat di hadapanmu itu. Jadi, jangan pernah mengasingkan Itachi lagi karena ia dijebak oleh pria di hadapanmu. Oh, atau sekarang kepala di hadapanmu"
Fugaku menatap Sasuke dengan jari tangan mengetuk meja, "Baiklah, kau bisa keluar sekarang"
"Hanya itu? Cih, harusnya kau senang ku bawakan koleksi baru. Dasar pak tua" Sasuke berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Sedangkan, Fugaku menatap kepala manusia di hadapannya sambil tersenyum tipis.
"Ah, sudah lama aku tidak mendapat koleksi baru. Tidak usah susah-susah mencari, bahkan dia langsung datang sendiri tanpa aku harus mengotori tangan. Hm, mungkin aku akan memberikan hadiah untuk Sasuke nanti."
****
"Berita terkini, terjadi pembunuhan di rumah keluarga Taekuchi. Semua anggota keluarga tidak ada yang selamat. Para polisi sedang melakukan penyelidikan, dari hasil yang di temukan pelaku hanya meninggalkan sebuah pisau yang di jadikannya sebagai senjata. Diduga pelaku adalah orang-"
Pip
"Ck, merepotkan. Apa tidak ada yang lebih menarik dari berita itu? Hey, kau! Beri aku saran, apa yang lebih menantang dari dare yang kau berikan semalam?" seorang pria yang sedang memotong sayuran menoleh sejenak kearah pria bersurai hitam yang baru saja bertanya.
"Bukankah kau telah setuju semalam untuk melakukan dare itu? Mengapa sekarang malah meminta hal lain? Selain menyebalkan kau juga rumit," pria bersurai hitam hanya mengedik kan bahu.
"Ah, aku jadi ingin membuat seluruh Tokyo gempar dengan berita yang aku perbuat."
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Hanya membuat sedikit kekacauan dan akan menjadi- bomm" teman pria bersurai hitam hanya menggelengkan kepala melihat temannya akan membuat kejutan 'lagi'.
"Terserah kau saja"
****
Ino berjalan dengan langkah setengah berlari, sesekali kepalanya menoleh kebelakang guna melihat seseorang yang mengikutinya sedari keluar dari toko bunga.
Jalanan kota yang biasanya masih ramai entah mengapa hari ini menjadi lebih sepi. Beberapa kendaraan berlalu lalang dan dapat di hitung menggunakan jari.
Langkah kaki Ino membawanya berbelok kearah gang yang sialnya buntu. Saat berbalik orang tersebut berdiri tak jauh darinya.
Netra aquarminenya menatap sekeliling guna mencari benda yang dapat di jadikan senjata. Tanpa sengaja ia melihat sebuah balok kayu tergeletak tak jauh dari posisinya sekarang.
Dengan cepat ia menyambar balok kayu itu dan menodongkannya kearah orang misterius tersebut.
"Jangan mendekat!! Atau aku akan memukul mu!!" suara kekehan berat mengalun dari bibir orang itu, Ino sampai gemetar mendengarnya.
"Hahaha, kau mengancam ku menggunakan itu? Lucu sekali" suara familiar memasuki pendengaran Ino, membuat gadis tersebut mengerutkan dahi guna mengingat pemilik suara itu.
"Bagaimana jika kita bermain? Ku rasa anak-anak ku akan senang bisa merasakan kulitmu" orang tersebut mencekal lengan Ino dengan kuat dan menyeret gadis itu ketempat yang lebih gelap.
Suara rintihan Ino mengalun di dalam gang tersebut dan menjadi saksi bisu di gelapnya malam yang sunyi.
****
Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Sakura dari buku yang sedang ia baca. Dengan langkah santai ia membukakan pintu tersebut, dan terkejut saat mendapati Ino dengan luka lebam di wajah, dan beberapa sayatan panjang di lengannya.
Ino memeluk tubuh Sakura dengan erat dan menumpahkan tangis yang sedari tadi ia bendung. Isakan Ino semakin keras saat mengingat kejadian tadi yang baru saja menimpanya.
Sakura mengerjabkan mata bingung dan menuntun Ino masuk kedalam rumah, tak lupa ia menutup pintu kembali.
Setelahnya ia menuntun tubuh Ino agar duduk di sofa yang tak jauh dari pintu masuk, sedangkan dirinya membuatkan minuman di dapur.
Tak berselang lama ia kembali dengan secangkir teh hangat dan meletakannya di hadapan Ino.
"Minumlah" Ino meminum teh tersebut dengan tangan yang masih gemetar. Sakura dengan telaten mengusap bahu Ino pelan.
"Apa kau ingin bercerita?" bukannya menjawab Ino kembali memeluk Sakura dan menangis dengan keras. Untung saja kedua orang tua Sakura sedang ke luar kota jadi, Ino tidak akan merasa tertekan dengan pertanyaaan dari mereka.
"Tidak apa-apa jika belum bisa bercerita. Em, kau mau membersihkan diri terlebih dahulu? Aku akan menyiapkan baju sebentar" Sakura menuntun Ino kearah kamar mandi di dalam kamar miliknya dan meninggalkannya guna mencari pakaian yang biasa Ino pakai saat menginap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
-----Halloo~
Kembali lagi dengan saya~Berdebu ya lapak ini hahaha. Maaf belum dapet feel yg bagus buat nulis.
Di hari spesial ini saya akan update semua cerita yang on going, yeey!
Gimana ada yang kangen? Kalo gitu absen dulu disini👉 oke?
Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya. Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Boyfriend
FanficDesklaimer© Masashi Kishimoto ---Story by @29evelyn Dia itu berbeda Jika ada yang bertanya apakah aku mencintainya? maka akan aku jawab dengan senang hati. Iya Sampai aku mengetahui sebuah fakta bahwa dia kejam dan berdarah dingin. Tak akan sega...