Tunggu!

1.2K 39 4
                                    

Writer's Story
written October 11, 2014 at 9:59pm

hohoho..

kali ini mau coba iseng nulis ceritanya pake bahasa ala novel2 ahh.. :3

sekalian latihan nulis heheh..

yang ini ga serem sih, tapi bikin kepikiran banget waktu ngalaminnya..

Hari Minggu.

Aku paling sebal kalau sudah hari Minggu. Karena itu artinya aku harus kembali ke kost di Tangerang.

Seperti biasanya, aku berencana kembali ke Tangerang naik motor berdua dengan temanku. Kami janjian bertemu di sebuah mini market sekitar pukul 8 malam. Kebetulan, malam itu aku sendirian di rumah. Kedua orangtuaku sedang berada di Malang, kakakku sedang pergi liburan bersama teman-temannya dan adikku masih berada di kost temannya di Depok untuk mengerjakan tugas kuliah. Setelah mengecek pintu belakang dan juga mematikan lampu di bagian belakang rumah, aku bersiap-siap untuk berangkat.

Ketika sedang memakai jaket, tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita. Suaranya terdengar seolah diteriakkan di dekat telingaku tapi dengan volume kecil. Suaranya tidak terlalu jelas, tetapi sepertinya wanita itu meneriakkan kata, "Tunggu!". Aku pun refleks menoleh ke belakang. Pastinya tidak ada siapa-siapa disana.

Mendadak aku merasa merinding. Aku pun bersiul dan bernyanyi untuk mengalihkan pikiran dari kejadian tadi. Sebelum berangkat, aku menyempatkan diri untuk mengirim SMS ke adikku karena aku merasakan suatu hal yang amat sangat tidak enak dan juga perasaan sangat khawatir. Aku juga mengirim SMS kepada ibuku.

Tak lama kemudian aku pun berangkat. Karena bensin yang menipis, aku berhenti di pom bensin terdekat dan mengantri sambil mengecek HP. Ibuku sudah membalas SMS. Syukurlah, aku sedikit lega. Tapi adikku belum membalas SMS. Aku bersabar, mungkin dia sedang mengerjakan tugasnya.

Selesai mengisi bensin, tiba-tiba mesin motorku mati mendadak persis di depan pom bensin. Aku pun turun dan meminggirkan motorku, kemudian mencoba menyalakannya lagi. Tapi motorku sama sekali tidak bisa dinyalakan. Baik starter tangan ataupun starter kaki sama sekali tidak bisa. Kucoba berbagai macam cara, tetapi masih tidak bisa menyala juga. Rasa panik dan sebal mulai menghampiriku. Keringatku pun mulai menetes karena kepanasan.

Kira-kira sudah lebih dari 15 menit ketika ada seorang laki-laki datang dari arah belakang dan menyapaku sambil tersenyum, "Kenapa mbak?"

Kujawab dengan senyum getir, "Ngga tau nih, tiba-tiba mati."

Laki-laki itu berhenti depan motorku sambil tersenyum dan berkata, "Coba cuknya. Jangan pake starter tangan."

"Tadi udah saya coba berkali-kali, tapi tetep ngga bisa." kataku sambil mencoba cuknya lagi dan menyela motor.

Tiba-tiba motorku langsung menyala.

Aku terkejut, lalu mengucapkan terima kasih kepada laki-laki itu walaupun sebenarnya dia tidak melakukan apa-apa selain berdiri di depan motorku sambil tersenyum. Laki-laki tersebut masih tersenyum sambil memandangi motorku dan berbalik pergi tanpa bicara apa-apa.

Aku pun langsung melajukan motorku menyeberangi jalan. Ketika aku berbalik untuk mencari laki-laki itu, dia sudah tidak terlihat dimana-mana. Mungkin dia berbelok atau.. Entahlah, aku tidak tahu.. Yang pasti aku merasa sangat berterimakasih kepadanya. Entah kenapa aku merasa sangat tertolong saat itu. Aku mengucapkan terima kasih lagi dalam hati.

Setelah beberapa jauh, aku berhenti untuk kembali mengecek HP. Adikku masih belum membalas SMS.

Rasa khawatir kembali menyerangku. Tanpa alasan yang jelas tiba-tiba aku merasa sangat khawatir kepadanya.

Kukirim SMS lagi yang menyuruhnya untuk segera membalas SMS. Dan aku menunggu sebentar.

Tiba-tiba seekor ulat jatuh di lenganku. Akupun segera menepisnya dari lenganku.

"Sial!" pikirku, "Bikin kaget aja."

Aku pun berpikir untuk pindah parkir sedikit ke depan supaya tidak kejatuhan ulat lagi dari pohon.

Eh?

Apa?

Dari pohon?

Aku mendongak ke atas.

Kosong.

Di sampingku itu adalah sebuah lokasi proyek pembangunan dan tidak ada pohon di dekatku.

Lalu darimana ulat itu jatuh?

Rasa tidak enak menyergapku. Aku bergegas pergi menuju tempat temanku.

Setelah bertemu dengan temanku. Aku menceritakan semua kejadian malam itu kepadanya. Mulai dari teriakan di rumah hingga ke tragedi ulat.

Dia hanya berkata, "Kenapa lu ngga bilang dari awal? Kalo emang gitu gpp ga usah maksa jalan sekarang. Besok pagi-pagi juga gpp kok. Mungkin lu lagi diingetin sesuatu."

Aku terdiam. Lalu mengecek HP.

Adikku sudah membalas SMS. Dia baik-baik saja.

Untunglah. Everything went well.

Rasa lega yang teramat sangat langsung membanjiriku.

-END-

nah, ga serem kan?

tapi bener2 bikin gue kepikiran waktu itu..

saking khawatirnya sama adik gue, gue emosi hampir nangis dan banting HP di jalan karena dia ga balas2 SMS gue sampe lama banget *jitak si adek*

Horror StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang