Selamat malam minggu, jangan lupa tinggalkan jejak yah. Happy reading
Adegan 🔞 jangan protes
💗💗
Kedua tangan William berada di kedua sisi pinggang ramping wanita yang saat tengah bergerak di atas tubuhnya. Membantu sang wanita terus bergerak untuk mencapai kenikmatannya sendiri.
Erangan, desahan dan kata-kata kotor yang wanita itu keluarkan dari bibirnya yang seksi membuat William tersenyum penuh kepuasan. Wanita itu sangat menikmati pergulatan mereka. Membuatnya lupa akan tata krama dan sopan santun yang beberapa saat lalu wanita itu perlihatkan dihadapannya.
Bukan hal mengejutkan bagi William mendapati seorang wanita bangsawan berubah liar saat mereka bersama. Entah sudah berapa kali ia melihat para wanita yang bersamanya berubah liar bak kuda yang belum di jinakkan ketika mereka menghabiskan malam bersama. Dan ia sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu.
Bagi William, wajar para wanita itu berubah menjadi liar karena kegiatan yang mereka lakukan memang tidak menuntut kesopanan. Setiap orang berhak berubah menjadi apa pun yang mereka inginkan ketika sedang memuaskan hasratnya, begitu dengan para wanita bangsawan. Ia justru semakin bergairah jika wanita yang bersamanya semakin liar dan tak terkontrol seperti yang wanita itu tunjukkan saat ini.
Pekikan tertahan dan tubuh yang bergetar hebat menunjukkan jika wanita itu baru saja mencapai puncak yang sedari tadi di dakinya. William tersenyum lebar. Merasakan kepuasan dalam dirinya menyaksikan sang partner mencapai puncaknya.
William tidak bergerak. Ia membiarkan partnernya menikmati pencapaiannya sebelum ia memulai pendakian untuk meraih puncaknya sendiri.
Tubuh wanita itu terkulai lemas di atas tubuh kekar William. Ia membiarkan sang wanita sedikit lebih tenang sebelum mencium wanita itu lama, membangkitkan kembali gairah sang wanita yang beberapa saat lalu mencapai klimaksnya.
Setelah berhasil membangkitkan kembali gairah sang wanita, William dengan cepat membalik posisi mereka. Kini wanita cantik bertubuh indah itu berada di bawahnya. Berbaring dengan tubuh setengah telanjang dan mata yang sayu menatapnya penuh gairah.
"Giliranku, My Lady."
Wanita itu belum sempat menjawab ketika William menyentuhkan miliknya dengan milik sang wanita. Memukul-mukulnya beberapa kali sebelum melesak masuk ke dalam kehangatan yang wanita itu tawarkan padanya.
Wanita itu tercekat ketika William mulai bergerak. Awalnya pelan, tapi semakin lama semakin cepat, keras dan kuat. Terasa menyentuh dinding kewanitaannya yang membuat sang wanita tidak sanggup menahan erangannya.
Erangan William dan sang wanita bersatu, melebur bersama suara hiruk pikuk pesta di luar sana. Keduanya tidak segan menyuarakan apa yang mereka rasakan karena tidak akan ada yang mendengar. Semua orang terlalu sibuk dengan urusan masing-masing begitu pun dengan William dan wanita yang saat ini tengah bersamanya.
Wanita itu sontak membuka matanya ketika Willam tiba-tiba menghentikan gerakanya dan mencabut miliknya. "My Lord," protes wanita itu.
William yang melihat wajah kesal wanita itu justru terkekeh. Ia menundukkan wajahnya dan menjilat milik sang wanita sebelum membalik tubuh wanita itu. Memposisikannya membelakangi dirinya.
"Aku tidak mungkin berhenti di tengah perjalanannya, My Lady," William memukul bokong putih dihadapannya, membuat sang wanita melenguh penuh kenikmatan.
William membungkuk, menjilat telinga sang wanita sebelum berbisik di telinga wanita itu. "Aku tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan, My Lady," bisiknya dengan suara rendah. William menggigit cuping wanita itu membuat wanita itu memekik. Bukan karena sakit tapi karena bergairah.
"Wanita liar," William kembali memukul bokong sang wanita dengan kedua tangannya, memberikan rasa perih yang anehnya bukan membuat wanita itu kesakitan, tapi justru semakin bergairah.
"My Lord..." napas wanita itu terengah. Gairah membuat kepalanya pusing. Ia menginginkan lebih dan William harus memberikannya sekarang juga. "Aku mohon," pintanya. Ia menoleh pada William yang tengah menatap bokongnya.
"Apa yang kau inginkan, My Lady?"
"Masuki aku. Berikan aku kenikmatan yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, My Lord. Aku mohon," pinta sang wanita itu tanpa merasa malu sama sekali.
"Kau akan mendapatkannya."
Ucapan William disambut teriakan nyaring wanita itu ketika William tiba-tiba mendesak masuk dan mulai menggerakkan miliknya di dalam tubuh sang wanita. Berpacu dengan waktu yang tersedia demi meraih kenikmatannya sendiri dan memberikan kenikmatan yang sama untuk sang wanita.
Tidak lama setelahnya, William menggeram keras merasakan puncak yang sedari tadi di cari menerjangnya. Ia dengan cepat menarik diri dari tubuh wanita itu, menumpahkan cairan kenikmatannya di atas bokong putih yang terlihat sangat menggoda.
William menghela napas beberapa kali setelah kenikmatan itu perlahan meninggalkannya. Ia mengambil sapu tangannya, membersihkan miliknya dan memakai kembali celananya, lalu membantu sang wanita membersihkan diri.
William memang pemain wanita, tapi ia tidak pernah meninggalkan partnernya begitu saja tanpa menunjukkan betapa berharganya mereka. Bagi William, setiap wanita harus diperlakukan dengan terhormat dan hal itulah yang kerap kali membuat para wanita berharap lebih padanya.
Dengan perlahan William membersihkan cairan miliknya dari bokong sang wanita, lalu beralih membersihkan milik wanita itu yang kembali terengah ketika William menyentuh miliknya.
Setelahnya William menurukan rok wanita itu, dan membantu wanita itu merapikan pakaian dan penampilannya.
"Malam yang indah," jemari besar William mengelus pipi merah wanita itu. "Kau sangat mempesona, My Lady. Terima kasih untuk malam yang indah ini."
"Aku tidak keberatan mengulangnya lagi denganmu, My Lord."
William tersenyum. Sayangnya ia sangat jarang bahkan nyaris tidak pernah tidur sebanyak dua kali dengan wanita yang sama. William tidak ingin membuat para wanita itu berharap lebih dan merasa istimewa hanya karena mereka kembali melakukannya untuk yang kedua kalinya.
"Aku akan selalu mengingat ucapanmu itu, My Lady," William mengecup punggung tangan wanita itu dan berdiri. "Aku akan kembali ke pesta. Jika kau masih merasa lelah, kau bisa beristirahat lebih lama disini. Tidak akan ada yang datang kemari, aku akan pastikan itu."
William kembali mencium bibir wanita yang tidak ia ketahui namanya itu untuk terakhir kali sebelum berjalan keluar, meninggalkan wanita itu sendirian.
Wajah wanita itu memerah. Ia tahu alasan kenapa William memintanya untuk beristirahat sedikit lebih lama. Pasalnya selama pergumulan mereka, ia sudah berkali-kali mendapat puncaknya. Bahkan ketika William mencapai puncaknya tadi, wanita itu kembali merasakan hal yang sama.
William benar-benar pria yang hebat dan sangat mengerti apa yang wanita inginkan. Tidak heran banyak wanita yang ingin menjadi rekan tidur pria itu meskipun hanya sekali. Dan wanita itu merasa sangat beruntung karena bisa tidur dengan William Cavendish, Marquess of Chester yang mempesona dan menggairahkan.
💗💗
04092021