Assalamu'alaikum selamat sore, akhirnya bisa update cerita ini, tapi maaf mungkin lama karena aku jarang ada waktu untuk ngetik sekarang, masih belum terlalu bisa menyesuaikan jadwal dengan si kecil. Semoga bisa secepatnya aku ngetik lagi.
Btw, met baca, silahkan tinggalkan jejak yah
💗💗
Georgiana menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan perasaan campur aduk. Bukan karena ia terlihat jelek dengan dandanan dan pakaian yang saat ini dikenakannya, tapi ia merasa seperti terlempar kembali ke beberapa tahun yang lalu.
Tahun-tahun dimana ia masih memandang dunia dengan begitu positif dan optimis. Tahun-tahun dimana ia selalu bersemangat dan antusia untuk menghadiri setiap pesta dansa yang diadakan. Tahun-tahun dimana ia merasa bahwa hidupnya akan selalu baik-baik saja.
Seorang gadis lugu yang baru beranjak dewasa dan dengan penuh keyakinan serta percaya diri ikut berburu calon suami bersama puluhan wanita muda lainnya.
Seperti itulah penggambaran diri Georgiana dulu. Ia hanyalah seorang gadis lugu yang sangat percaya akan menemukan pria yang kelak akan mencintainya dan menikahinya. Dan memang begitulah kenyataannya. Georgiana menemukan pria yang tertarik padanya. Mereka saling mengenal satu sama lain hingga memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Sebuah pernikahan yang selama ini diimpikan Georgiana.
Hanya saja apa yang terjadi selanjutnya tidaklah seindah yang Georgiana impikan selama ini. Impiannya hancur ketika ia mendapati sang calon suami meninggal dengan cara mengenaskan. Dan ketika hal yang sama kembali terulang untuk yang ketiga kalinya, Georgiana merasa hidupnya tidak lagi baik-baik saja.
Georgiana tidak lagi bisa menjadi Georgiana yang sama dengan Georgiana yang dulu. Wanita muda yang selalu memandang dunia dengan optimisme yang luar biasa besar. Wanita muda yang selalu tersenyum lebar dengan manik hijaunya yang sewarna zambrud berbinar indah. Yang tersisa hanyalah Georgiana –sang wanita dewasa yang tidak lagi bisa menegakkan kepalanya dihadapan semua orang. Wanita dewasa yang tidak lagi memiliki kepercayaan diri seperti yang dulu melekat padanya.
Sejak saat itu, Georgiana memutuskan untuk menarik diri dari pergualan para bangsawan dan memilih melarikan diri ke Skotlandia. Menetap di sana untuk waktu yang tidak bisa ia tentukan dan memulai hidup baru tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan.
Skotlandia adalah tempat ternyaman yang selama ini selalu bisa memberinya ketenangan. Tidak ada julukan-julukan buruk yang disematkan orang-orang di sana padanya. Tidak ada tatapan-tatapan menghakimi yang kerap kali di terimanya seperti saat ia berada di London. Skotlandia merupakan rumah yang akan selalu didatanginya setiap kali ia membutuhkan waktu untuk menyendiri, merefleksikan diri serta mengobati dirinya yang terluka.
Jika boleh memilih, Georgiana ingin selamanya menetap di Skotlandia, menjauh dari kehidupan para bangsawan yang selama ini menjadi dunianya. Sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan Georgiana selamanya ketika sang Mama memintanya untuk kembali dan menjalani kehidupanya seperti dulu.
Georgiana bisa saja menolak keinginan Mamanya tapi setelah mendengar tentang kesehatan sang Mama yang sedang tidak baik-baik saja, Georgiana tidak memiliki pilihan selain kembali. Ia tidak boleh egois. Mamanya merindukannya dan ia harus kembali demi wanita yang selama ini sudah berkorban begitu banyak untuknya.
"Kau sangat cantik, sayang."
Suara lembut penuh kekaguman yang terdengar memenuhi telinganya membuat Georgiana mengalihkan pandangan dan menemukan sang Mama tengah berdiri di sampingnya, menatapnya dengan penuh kekaguman.