Kedua mata Raihan sudah tertutup rapat. Karena ini perintah kakaknya, ia berusaha keras agar rasa penasarannya tidak menguasainya dan membuatnya membuka mata.
Rayaa masih memasang raut wajah yang sama seperti sebelumnya. Saat ini yang ada dipikirannya hanya menyelamatkan adiknya.
Walau bukan dari rahim yang sama, dan juga baru tinggal bersama sekitar kurang lebih dua tahun, ia merasa ada benang merah yang menghubungkannya dengan Raihan.
Malam hari bermandikan hujan menjadi latar kejadian tersebut. Rencana merayakan ulang tahun adiknya yang ke empat seharusnya berjalan lancar.
Namun karena kelalaian dirinya, rencana itu tidak berjalan sesuai ekspektasi.
Seharusnya kini mereka sudah pulang sambil menaiki sepeda. Jajanan yang ditaruh di keranjang depan sepeda, angin malam yang menenangkan, suasana jalanan kota yang tidak terlalu ramai namun juga tidak terlalu sepi, serta adiknya yang tertidur pulas sambil memeluk pinggangnya.
Benar-benar skenario yang indah.
Namun kini si adik justru sedang dijadikan sandra oleh preman brengsek yang mengaku sebagai pemegang geng Moebius.
Kini kakinya melangkah mendekati si adik dan juga preman brengsek itu. Tangannya masih menenteng payung, akan bahaya jika tubuhnya terkena air hujan, karena sekarang ia sedang mengenakan kaos putih polos. Dan bahannya juga tipis.
Hanma masih menatap waspada perempuan yang berjalan ke arahnya. Meski begitu, wajahnya masih saja mengekspresikan remeh ke gadis itu.
" Hanma-san wajahmu terlihat sangat tengang"
" Apa mungkin saja kau takut aku menyerangmu? "
" Tapi kan aku hanya seorang gadis remaja yang masih duduk di bangku kelas 9 SMP"
" Untuk apa kau takut padaku"- Rayaa
Ia masih tersenyum. Sejak tadi senyumnya tidak luntur. Apa mukanya tidak pegal ya tersenyum terus tanpa henti?
"Hee, benar juga untuk apa aku menaruh waspada pada gadis ke- DUAK" - Hanma
Satu tendangan sabit dilayangkan tepat dipelipis sebelah kirinya Hanma.
" Tapi, aku kan tidak bilang bahwa aku tidak akan menyerangmu"- Rayaa
Tendangan itu membuat Hanma mundur ke belakang dengan sedikit terhuyung.
Berkat tendangan tadi, lelaki jangkung itu merasa pusing. Berkat tendangan itu juga Rayaa mendapat kesempatan mengambil kembali adiknya.
Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Rayaa langsung menarik adiknya dengan cepat namun tidak kasar.
Kini kedua adik kakak itu berada dibawah teduhan payung yang sama.
Tubuhnya disejajarkan dengan tinggi bocah didepannya.
Rayaa menatap wajah adiknya yang matanya masih menutup. Memastikan tidak ada luka atau pun lebam dari kejadian tadi.
Tangannya yang menganggur terulur membuka tudung adiknya. Lalu mengusap surai coklat terang itu. Rambutnya lembut, tentu saja karena Rayaa yang merawatnya.
Ekspresinya melembut. Tangannya kini turun menuju pipi sang shota.
Pipinya memerah, matanya pun sembab. Sepertinya dia habis menangis.Rayaa mengelus wajah si adik dengan lembut. Sambil tersenyum, mulutnya terbuka hendak mengucapkan sepatah kata.
" Sampurasun"- Rayaa
Mata Raihan membuka perlahan menampakan netra kuning keemasannya. Mulutnya juga ikut membuka, ingin mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO || Tokyo revengers x Reader
Fanfiction"Dasar psikopat" "Tapi aku seorang DID bukan psikopat " Seorang pelajar asal Indonesia yang mendapat anugerah berupa kejeniusan, memilih untuk bersekolah di luar Negeri dikarenakan rasa benci terhadap Negaranya ia memilih untuk pinda...