dedek gemes

4.9K 139 21
                                    

Felix (SKZ)
⚠️ Local , Harsh word , rape ⚠️



"BAHH LUCU BAT ANJENG! DEDEK GEMES GUE ITU" Semua orang yang berada di kelas langsung saja mengarahkan pandangan mereka ke arah Johnny yang sudah berdiri sambil menggebrak meja, oh jangan lupakan teriakannya yang menggelegar itu. Guru yang ada di depan kelas juga cuma bisa geleng-geleng kepala ngeliat kelakuan murid yang paling susah di atur itu, "nah Felix karena gak ada tempat duduk lagi kamu duduk sama dia ya" perintah mutlak dari sang guru, mau tak mau pun Felix harus duduk di sebelah orang yang menurutnya aneh itu.

Belum lagi saat melihat senyuman mesum yang di pancarkan Johnny, rasanya ia ingin mengubur diri saja sekarang.








Waktu istirahat akhirnya tiba, Felix sudah menahan rasa kesalnya daritadi di karenakan Johnny yang selalu memandang ke arahnya. Guru yang sedang menerangkan di depan pun hanya diam saja melihat kelakuan Johnny, sudah bisa Felix tebak kalau Johnny ini anak nakal.

Dan yang paling mengejutkan Johnny 4 tahun lebih tua darinya, seharusnya sekarang ia sudah kuliah atau bahkan lulus. Tapi sayang sekali semenjak menginjak kelas 12 kelakuannya menjadi 360° berbanding terbalik dengan kelakuannya dahulu. Banyak orang bertanya-tanya tentang perubahannya, tapi Johnny hanya menjawab kalau ia hanya iseng.

Well, Felix tidak percaya begitu saja. "It's kinda sus tho," katanya, teman-teman yang lain hanya menghela nafas kasar.

"Kalo kita semua tau dari dulu juga kita udah bantuin ka Jo untuk berubah lagi kaya dulu."

Felix mengerti sekarang, pasti ada sesuatu yang benar-benar menganggu Johnny. Haruskah ia membantunya? Tapi apa pedulinya?

Memang awalnya begitu, menerima semua perlakuan agresif dari Johnny. Menahan malu saat Johnny berteriak memanggilnya di lorong, kantin ataupun kelas dengan sebutan dedek gemes' . Ya, tidak sampai Felix memergoki Johnny sedang menangis di toilet paling ujung.

Mata yang biasanya terlihat tajam itu sayu, wajah sangar dan angkuh yang selalu ia tunjukan itu sedang bersedih. Suaranya pun berubah menjadi sedikit parau, "ka Jo gapapa?"

Tidak ada jawaban.

Johnny tetap menangis tanpa memperdulikan siapa yang ada di depannya, ia terlalu lelah untuk meladeni orang yang ada di depannya. Felix iba, ia menarik lengan Johnny pelan mengajaknya untuk berdiri lalu mendudukan ya di wastafel dari keramik putih itu. Tangannya terangkat untuk menghapus jejak air mata yang masih terlihat jelas di sana, "fe-lix"

"Iya ka, aku disini."

Mata Felix menangkap beberapa bercak merah di sekitar tulang selangka milik Johnny, dan sekarang semuanya semakin jelas.

"Kotor, lix"

"Enggak, kaka gak kotor kok"

"Ayah jahat"

Sebenarnya Felix juga tidak tau apa yang harus di lakukan, tapi yang terpenting sekarang ia harus menenangkan Johnny terlebih dahulu.








"Gak mau ayah!"

Tubuh Johnny langsung terbanting saat ayahnya mendengar anaknya yang meninggikan suara ke padanya, jujur sebenarnya sekarang Johnny merasa takut. Ayahnya benar-benar terlihat berbeda saat ibunya menceraikan sang ayah, dan sialnya hak asuh Johnny jatuh ke tangan ayahnya. Padahal ibunya sudah sekuat tenaga membelanya, tapi apa boleh buat ayahnya menang.

Bahkan ia tidak di perbolehkan untuk melihat sang ibu barang sedetikpun, pernah ia mencoba untuk menelpon ibunya tapi yang terjadi ia malah mendapatkan 10 cambukan keras di punggung dari ayahnya.

Dan ini semakin buruk, ayahnya mulai minum-minum, membawa pulang jalang kerumah setiap hari. Pekerjaan pun sekenanya saja, dan akhirnya Johnny juga yang harus mengurus semua keperluan.

Pada akhirnya ayahnya benar-benar melakukannya.

Malam hari jam 22:30 pm, ayahnya mengetuk pintu dengan kasar. Mau tak mau Johnny pun harus membuka nya, ia melihat wajah sang ayah yang memerah dengan tangannya memegang sebotol alkohol yang masih terisi setengah. Dengan cepat ayahnya mendorong Johnny masuk ke dalam dan memaksa anak itu untuk membuka seluruh pakaiannya.

Johnny takut, sungguh.

"Gak mau!"

Sang ayah tak memperdulikannya, ia malah membanting tubuh Johnny ke lantai lalu menindihnya dan mencium paksa bibir anaknya itu.

Semua berlalu begitu cepat, Johnny pun hanya bisa menangis dalam diam. Ia tidak pernah memberitahukan semua ini kepada sesiapa pun, jam belajarnya habis, nilainya pun hancur. Teman-teman nya menjauh saat melihat Johnny yang terlihat berantakan.

Ini buruk, sangat buruk.

4 tahun ini ia harus menahan semuanya sendirian, tanpa seorang yang bisa ia ajak bicara. Sekalipun itu ibunya.





Sekarang Johnny dan Felix sedang berada di UKS, dan Johnny tertidur di salah satu brankar. Felix sendiri tidak ingin meninggalkan Johnny sendiri, ia takut Johnny akan kembali menangis. Karena sungguh melihat Johnny yang biasanya angkuh dan sering tertawa tiba-tiba menjadi lemah seperti ini membuat hatinya sakit.

Mungkin iya Felix sedikit kesal dengan Johnny, tapi tidak sampai membencinya. Kalau memang boleh jujur Felix mulai menyukainya, dipaksa terbiasa dengan keadaan yang ada. Felix menyukainya.

Ia berjanji akan melindungi Johnny, dengan atau tanpa persetujuan dari yang bersangkutan. Ia akan membawa Johnny pergi jauh dari neraka yang di buat oleh sang ayah.





END

Based on true story.
Terima kasih atas apresiasinya

CUTIE JOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang