Chapter 6

2.5K 331 71
                                    

Bulan purnama di malam ini terlihat sangat terang.

Jarum jam menunjuk tepat di anggka 12 malam.

Tetapi jendela di kamar Shiori masih terbuka dengan orangnya yang masih membaca buku sambil duduk di jendela dengan kaki yang berada di luar jebdela.

Matanya menelusuri setiap huruf di buku itu.

Sampai dia merasa menemukan yang dia cari.

"Kupu-kupu yang bisa membuat ilusi tingkat tinggi, ya?" gumamnya.

Bibir merah mudanya membentuk sebuah senyuman tipis.

"Sepertinya ini akan menjadi sangat menarik."

Dia kemudian mengambil pisau lipat dari sakunya lalu mengiris ibu jarinya dan meneteskan darahnya ke telur besar yang entah sejak kapan ada di hadapannya.

"Kalian akan sangat bersinar nantinya, anak-anak ku. Mohon bantuannya untuk saat ini dan kedepannya." Shiori tersenyum.

Perlahan namun pasti, cangkang telur itu retak. Dari dalam cangkang keluarlah ribuan kupu-kupu dengan sayap hitam dengan beberapa bagian sayap seperti emerald.

Kupu-kupu itu beterbangan mengelilingi Shiori.

Dengan bulan purnama sebagai latar belakangnya, pemandangan itu terlihat sangat indah sekaligus mencekam.
.
.

Keesokan harinya, Shiori berangkat ke akademi seperti biasanya.

Hanya saja bukan bersama Shikadai. Sekarang dia berangkat bersama Sarada dan Chouchou.

"Ne, ne, Sarada, Shiori. Ayo kita beli kripik kentang sebelum pergi." rengek Chouchou sejak tadi.

Shiori dan Sarada saling menatap lalu menghela napas.

"Baiklah. ayo kita segera beli lalu berangkat." ucap Shiori.

"Yatta! kripik kentang, akhirnya kita bisa bertemu!" girang Chouchou.

Kedua gadis lainnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat temannya itu.
.
.
.

Untung saja, bel baru berbunyi tepat sesudah ketiga gadis itu masuk ke kelas.

Shiori menyimak pelajaran dengan serius seperti biasanya.
.
.
.

Bel pulang sudah berbunyi.

"Shiori, kami mau ke thunder burger. Kau mau ikut?" tanya Sarada.

"Maaf Sarada. sepertinya tidak bisa, aku punya rencana lain setelah ini." ucap Shiori.

"Baiklah, kalau gitu kami pergi dulu." ucap Sarada.

Shiori balas mengangguk.

Kemudian Sarada, Chouchou dam Sumire pergi.

Shiori lalu juga ikut pergi.

Shiori lalu pergi ke hutan untuk berlatih dengan seseorang.
.
.

📌Di hutan

"Kau sangat lama, Shiori." ucap seorang pria tampan yang mempunyai garis di sekitar matanya.

"Bukannya sensei yang datang lebih awal ya?" balas Shiori. "Jangan-jangan, sensei merasa kesepian ya?"

Pria itu merasa sebuah panah tak kasat mata tertancap tepat di jantungnya.

"Kau ini memang.." pria itu terlihat kesal. "Ayunkan katanamu sebanyak 3000 kali."

"Ayolah sensei, aku tadi hanya bercanda. Jadi tolong turunkan ya jumlahnya." Shiori menawar.

"Di tolak." balas pria itu.

"Shisui-sensei, tolonglah.. ya ya!" tawar Shiori sekali lagi dengan pupy eyes.

"Tetap tidak. aku sudah kebal dari jurusmu itu." balas Shisui.

Shiori mendecih.

Ia kemudian dengan terpaksa harus mengayunkan katana miliknya yang tadi ia bawa di gulungan yang dia bawa.

Shiori terengah-engah setelah mengayunkan pedangnya sebanyak 3000 kali.

"Selanjutnya, melompat di dahan pohon selama 1 jam." ucap Shisui.

"Heh?!"

"Jangan mengeluh. Kau perlu meningkatkan kecepatanmu. Dan juga kan hanya melompat, itu kan mudah." ucap Shisui.

"Shisui-sensei kan bisa melayang, tentu saja mudah! bagaimana jika aku tergelincir dan jatuh lalu mati muda?!" Shiori heboh.

Shisui lalu memukul kepala Shiori. "Tenanglah, kalau jatuh aku akan menangkapmu."

"Memangnya hantu bisa memukul dan menangkap ya?" gumam Shiori.

"Kalau manusia lainnya aku tidak tahu. Tapi kalau kau, itu sangat mudah. Mungkin karena kau bisa melihatku." balas Shisui.

"Karena kemampuan ini juga, aku terkadang tidak bisa tidur di malam tertentu. Dan ada dari mereka yang selalu menggangguku." gerutu Shiori.

"Jadi apa kau menyesal memiliki kemampuanmu itu, Shiori?" ucap Shisui.

Shiori terdiam.

Dia menunduk. membuat srbagian wajahnya tertutup oleh rambutnya.

"Tidak juga. Karena kemampuan itu aku bisa melihat mendiang kakek dan nenekku. Dan juga berkat kemampuan itu aku bisa bertemu dengan sensei."

Shiori menatap Shisui sambil tersenyum. "Karena itu aku tidak menyesalinya."

Shisui sedikit tertegun lalu dia tersenyum.

"Baiklah, muridku. Sensei tampan mu ini akan menangkapmu jika kau jatuh. Jadi cepatlah melompati dahan-dan pohon selama 1 jam penuh."

'Mau protes tapi emang ganteng.' batin Shiori.

"Bukannya tadi sudah bilang mau menangkapku jika aku jatuh ya?"

"Tadi aku berpikir untuk menangkapmu saat kau 1 inci dari tanah." balas Shisui. "Tapi sekarang aku akan langsung menangkapmu jika kau jatuh.

Shiori menatap Shisui datar.
.
.
.

Bersambung.

BORUTO Naruto Next Generation: NARA SHIORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang