3

124 13 0
                                    

~

" Renjun, hari ini kita mulai kembali membahas bab 5 ya, soalan yang kemarin kakak kasih kamu bisa jawab ga? " Tanya pria bergigi kelinci itu sambil membolak-balik halaman pada buku pelajaran matematika milik Renjun.

Hening tanpa suara yang di dapat, pria itu menoleh pada Renjun yang tengah sibuk memainkan cincin kayu yang melingkar manis di jari pemuda munyil itu.

"Kamu lagi banyak fikiran ya?" Tegurnya sekali lagi dan berhasil membubarkan lamuan Renjun.

Renjun mengusap wajahnya dan menggeleng pelan, "maaf ya kak doyoung, aku cuman kecapekan"

Doyoung tersenyum memaklumi, akhir-akhir ini sepertinya muridnya ini mengalami gangguan, ia tau betul kondisi Renjun yang sehari-hari di tekan lansung oleh Ibunya untuk menjadi anak seperti yang ia harapkan.

Doyoung sudah cukup lama menjadi guru les privat Renjun, sekitaran 1 tahun lebih, ini semenjak ia lulus dari Universitas, dikarnakan gajinya sebagai guru kurang memuaskan, akhirnya ia mendaftarkan diri sebagi guru les privat pada keluarga-keluarga kaya seperti keluarga Renjun, dan tak di pungkiri lagi, Doyoung sangat ahli dalam mendidik para muridnya.

"Yasudah, coba teruskan kerjakan yang ini, kakak periksa dulu jawaban kamu yang di sekolah"

Renjun hanya mengangguk dan kembali fokus pada buku pelajaran di depannya, namun sepertinya benar, kepala ia kembali berdengung, taklama kemudian darah segar menggalir di hidungnya.

"Astaga Renjun!, kamu sedang sakit?"
Doyoung lansung dengan cepat mengambilkan beberapa lembar tisu untuk menyeka aliran darah dari muridnya itu.

"Kak... Tolong panggilkan bibi Song di bawah, kepala ku sakit sekali"

Doyoung dengan cepat keluar kamar dan memanggil bibi Song, sang kepala asisten rumah tangga di keluarga Huang.
Tak berselang lama Bibi Song terpogoh-pogoh datang dengan sekotak obat di tangannya.

"Tuan minum dulu ini" Doyoung membantu Renjun untuk duduk dan meminumkan air yang diberikan Bibi Song.

"Terimakasih..." ujar Renjun pelan.

"Tuan, kondisi tuan sudah seperti ini dari seminggu yang lalu, apa alangkah baiknya diberitahukan kepada Nyonya, dan tuan bisa dibawa kedokter" ujar bibi Song mengusap
pelan kepala Renjun.

"Tidak apa-apa bi, mama pasti sangat sibuk disana, aku cuma kelelahan, siang tadi juga panas-panasan di jalan."

"Tapi tuan, kalau tidak diberi tindakan tidak akan sembuh nanti"

"Benar Renjun, kita ke dokter saja ya?" Doyoung akhirnya buka suara karna prihatin melihat kondisi anak didiknya itu.

"Bibi, dilaci itu obat resep dokter, dua hari yang lalu aku sudah ke klinik kok, jadi tidak usah khawatir."

Renjun tidak berbohong, memang benar, dua hari yang lalu ia pergi sendiri ke klinik dekat rumahnya, namun ia hanya meminta dokter untuk meresepi obat-obatan yang ia butuhkan karna flu dan kecapekan.

"Kalau begitu Renjun, les hari ini kita cukupkan saja ya, kamu harus banyak istirahat." Doyoung mengemasi meja belajar Renjun.

"Maaf.. Maaf ya kak kali ini pun aku gaikut les dengan benar, aku mohon jangan lapor mama"
Yang lebih tua tersenyum mengangguk,
"Kamu tidur saja, bibi aku titip Renjun ya, terimakasih untuk hari ini"

"Hati-hati ya"

...

Hangatnya sinar mentari di bulan Juni menemani langkah lemah dari tungkai jenjang pria bermarga Huang itu untuk masuk kedalam gerbang sekolahnya, sudah sekitaran seminggu yang lalu Renjun terakhir memijakan kaki di sekolah ini, dan di hari terakhir kala itu juga ia menemui teman-temanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang